1. Malam sebisu batu. Musim dingin kali ini tak hanya ada salju, tapi juga pecahan-pecahan masa lalu, di saku baju.
2. Larut malam yang risau. Beberapa memaki rindu, beberapa mengutuk temu, yang lain menjatuhkan diri dalam sajak pilu.
3. Sepagi ini cinta telah menimbun embun di matamu, hingga sajak-sajak semakin terasa perih menyayat hari.
4. Pagi adalah cinta yang tak pura-pura. Padanya segala indah diciptakan. Kuning mentari, senyum ibu, dan pesan pendek tentang rindu.
5. Engkau serupa puisi yang pecah di lidah lalu tumpah menjadi apa-apa yang menyesatkan.
6. Katamu, "Aku ingin mencintaimu dengan biasa saja. Seperti luka dan nyeri yang menjadikanmu nyata."
7. Angka sembilan jatuh di kalender. Jarum jam menghujam kening, mengemas mimpi yang tertidur di dada Desember.
8. Di meja, dua cangkir kopi mengasuh sepi. Di balik pintu, cinta dipecah angin, diterbangkan keakuan yang semakin.
9. Hanya pecah di lidah, tak sanggup menembus pintu dan jendela. Kasih itu, kekasih, serupa bulat hosti untuk diri sendiri.
10. Saat bayang-bayangmu pergi, aku terbunuh sepi. Tertidur dalam rindu yang nyeri.
Ikuti tulisan menarik Dien Matina lainnya di sini.