Benarkah?
Kata siapa?
Kata mereka!
Lalu, menurutmu?
Menurutku?
Menurut kita?
Apa?
Bagaimana?
Jawaban tepat dibutuhkan
agar tak menjadi suram, tak bercahaya
di kala memaknai cinta
Karena cinta itu semustinya bercahaya
indah dipandang indah dirasa
bukan tindak durjana
apalagi tindak pidana
Sayang sekali, sayang benar
Kasih sekali, terpikat
Ingin sekali, berharap sekali dan rindu
Susah hati, risau
Itulah makna cinta sejati
sejatinya cinta yang hakiki
Dan, di alam nyata
bagaimana wujudnya?
Adakah padunya kata dengan realita?
Pikiran dan perasaan seluruhnya
yang tak hanya sekedar ucapan belaka
Namun diwujudkan dalam tindak nyata
sebagai harmoni hidup dalam kehidupan
indah nan bercahaya itulah
wujud nyata bernama cinta
Bila dikata membutakan hati
Itu bukanlah cinta!
Bukan!
Nafsu yang dilampiaskan
mengatasnamakan cinta ...
Jikalau memang karena cinta
mengapa harus berdarah-darah
manakala putus asa atas harapan dan keinginan?
Mengapa harus menggurat tragedi
menimpa di antara sesama?
Cintailah sesama manusia
sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri
Kata sang arif nan bijaksana
Jikalau memang cinta pada negeri ini
mengapa saling benci?
mengapa harus korupsi?
mengapa saling menyakiti sesama anak negeri?
Mana cinta sejati yang 'tlah dipahami dan dimengerti
yang 'tlah begayut di alam pikiran
dan hati nan tulus suci?
Manakah?
Tak Usah bicara tentang cinta
bila hanya menoreh duka lara
dera derita dan nestapa, membuka menganga luka
menguras air mata kepedihan ...
Hanya karena lampiaskan nafsu membuta
yang mengatasnamakan cinta
sebenar-benar cinta ...
Di lambung kerinduan untuk hidup
saling kasih sayang antar sesama
sebagai hamba Tuhan itulah
bernama cinta, cinta, dan cinta!
Salam seimbang, salam satu jiwa!
Semoga semesta alam menghendaki ...
*****
Kota Malang, Oktober di hari ketujuh, Dua Ribu Dua Puluh Dua.
Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.