Api Nyali Tak Lagi Membara - Fiksi - www.indonesiana.id
x

Tanah kering dari lumpur lapindo terlihat mengandung logam semikonduktor. Foto- Ist.

sucahyo adi swasono

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474
Bergabung Sejak: 26 Maret 2022

Rabu, 16 November 2022 17:40 WIB

  • Fiksi
  • Topik Utama
  • Api Nyali Tak Lagi Membara

    Harimau garangku yang pernah kusaksikan sendiri dua puluh empat tahun yang lalu, kini jadi ompong melompong, tak  terdengar lagi aumnya ...

    Dibaca : 864 kali

    Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

    Aku sudah tak habis pikir, hilang akal dan cara untuk menyemangatimu. Kenapa saat ini engkau jadi seperti ini? Bagai helai-helai dedaunan yang layu ditimpa terik mentari bertubi-tubi, siraman air tak kunjung menerpa. Lunglai tiada daya, enggan berupaya, apalagi kembali bangkit, tegak kokoh berdiri, tak nampak lagi ...

    Harimau garangku yang pernah kusaksikan sendiri dua puluh empat tahun yang lalu, kini jadi ompong melompong, tak  terdengar lagi aumnya ...

    Mengapa? Kemanakah api nyalimu yang pernah membara di kala itu? Di kala dari titik nol reformasi menuju harapan baru, meski tak kesampaian jua ujungnya? Namun, setidak-tidaknya engkau telah berbuat, turut memberi andil, tumbangkan sang rezim otoriter selama tiga puluh dua tahun. Di tonggak 1998, titik nol,  semustinya dimulai dalam langkah-langkah menuju perubahan yang  berarti ...

    Kecewakah engkau saat ini? Lantaran gaung reformasi justru berujung menjadi repot nasi, sibuk lakukan korupsi dengan cara yang lebih rapi berkompromi sana sini, agar tak gampang dikenali ... 

    Reformasi berubah haluan menuju maraknya korupsi, gratifikasi, sabet sana sabet sini seperti sudah menjadi tradisi ... 

    Karena itukah engkau jadi lunglai dan tak bergairah lagi? Api nyalimu enggan membara lagi, terhalang oleh bayang-bayang kawan seperjuangan yang sudah tak sejalan menurut hati nurani nan suci murni, terbuai oleh bisikan rayuan yang telalu sulit dihindari  ...

    *****

    Lumajang, November di hari keenam belas, Dua Ribu Dua Puluh Dua.

    Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.



    Suka dengan apa yang Anda baca?

    Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.


    Oleh: Frank Jiib

    1 hari lalu

    Untuk Adikku

    Dibaca : 91 kali









    Oleh: Frank Jiib

    5 hari lalu

    Aisyahra

    Dibaca : 241 kali






    Oleh: Frank Jiib

    5 hari lalu

    Aisyahra

    Dibaca : 241 kali