Cerita Setan (9)

Senin, 19 Desember 2022 18:59 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
CERITA SETAN (9)
Iklan

Cerita Setan (9) Seri iblis vs iblis. Setan ngintip setan. Cerita imaji, Obrolan ruh penasaran versus dirinya sendiri. Sombong, pandir, mati sendiri. Karena infiltrasi Ciluuk Baaa dogol-isme. Salam baik saudaraku.

Cerita Setan (9) Episode: Infiltrasi Ciluk Baaa ...

Waktu Pagi Hari.

Dua Makhluk, nangkring di atas monumen gigantik. Batin mereka saling berdialog, bertukar pikiran, kadang-kadang kelahi. Terkadang pula konflik mendadak muncul di benak masing-masing. Saling meludahi. Keduanya menghela napas. Seperti sedang gelisah jiwaraga. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Makhluk bermata satu batinnya ngomong. "Meja kursi. Kalau saling bertukar rupa, boleh dibilang infiltrasi kursi meja atau sebaliknya. Kalau infiltrasi bantal guling terhadap kasur barangkali menjadi, infiltrasi kasur terhadap tempat tidur mencipta momen bunga tidur."

"Loh, ko'k begitu (?) Lah iyalah terhadap si penidur." Jawaban batin si makhluk bermata banyak.

"Kata infiltrasi mencoba menggeliat." Batin Mata Satu, menyelidik tetangga sebelahnya.

"Ohalah, itu mah konsep lama aransemen baru dari zaman purba." Mata Banyak, nyengir kuda. 

"Lantas mengapa si infiltrasi itu bisa masuk ke lemari manajemen kompleks. Emangnya kagak di check and recheck gitu. Apakah masuk sembari menyanyi ataukah sembari menari." Mata Satu, mendengus. 

"Nah itu dia ketika pesona membius senyum maka si dia masuk berlenggang. Ada senyum lesung pipit. Ada pula senyum manis berkumis tebal."

Mata Banyak, agak berbisik "Ssst ... Sejauh hal menyangkut infiltrasi sekalipun demi keamanan apapun dimanapun, dengan alasan sedini waktu mungkin, mencakup pula demi  hua ho ho. Tetap tidak bisa menjadikan maklum sebagaimana adanya. Karena kata infiltrasi itu sayang disayang berkonotasi negatif, konon pula dilarang perserikatan makhluk dunia setan. Wah ... "

"Oh! Begitu." Mata Banyak, seolah-olah heran.

"Apa udah tipis ya nilai kepercayaan di antara panorama iman (?) Sampai begitu perlu menggandeng si Om Infiltrasi, agar tak tampak keserupaannya dengan predator si alien, alias, ego ini gue ..." 

"Mungkin. Karena, latian dasar pernapasannya selaku oknum kelompok teror infiltrasi. Mereka masih kelas bulu. Kalau boleh dibilang masih berada di peringkat low level, hihihi ..."

"Oh begitu." Mata Satu, pura-pura heran.

Lanjut, Mata Banyak. "Kurang piawai mengontrol perilaku, berakibat, gampang banget diterka, dari level infiltrasi narahubung kelas Z hingga A, atau memang otaknya dogol."

"Bisa jadi ... Oknum itu berpura-pura berotak dogol-isme."

**

Menjelang Waktu Siang Hari.

"Arus tenang kadang menghanyutkan. Perlu uji coba situasi pasar. Apakah ada hiu ngumpet atau ada paus pemangsa tengah menerawang air dari dasar ke permukaan, siap menerkam sumber rantai target makanan mengombak badai." Mata Banyak, mencoba meyakinkan diri sendiri.

"Belum tentu." Tukas, Mata Satu. Lanjut lagi sebelum, Mata Banyak, menyela.

"Bergantung jenis kelaminnya. Badai Utara, Selatan, Timur, Barat, bergantung pula pada pesanan koki konspirasinya. Apakah keju kornet atau roti bakar, atau kambing guling atau pula mie kuah." Sembari ngucek-ngucek matanya, lantas menerawang jauh. Keduanya hening membisu. 

Mata Banyak, batinnya membuka obrolan lanjutan. "Wajib dilihat juga kokinya, made in mana (?) Bisa masak apa, dengan bumbu dapur atau beli bumbu di toko kelontong, pasar swa-beli atau pula dalam sistem pembayaran tanggung renteng, tukar guling atau model cicilan barter. Termasuk, interior ruangan resto bergantung pula pada penataan juru masaknya, berikut menentukan undangan akan hadir. Apakah dalam jumlah terbatas atau massal."

"Taktis juga ya ..." Mata Satu, sembari membuang muka ke arah lain.

Mata Banyak agak dongkol atas kepura-puraan, Mata Satu, lantas lidahnya menjulur sejenak, melanjutkan kalimatnya "Undangan untuk golongan dompet tebal atau dompet tipis. Iya 'kan (?) Bergantung pula daya tawar kekuatan pasar data di peruntukan bagi benua jauh, benua biru, merah, kuning, hijau.

Transaksi di waktu sunyi, hal biasa dalam suatu perhelatan, namun mungkin saja mengundang kontroversi di keramaian, lantas senyap, data terlanjur bergulir lewat gorong-gorong narahubung." Senyumnya terpaksa mengembang.

Keduanya bisu lagi. Sepi mengoreksi batin masing-masing.

**

Menjelang Waktu Sore Hari.

Mata Banyak, mencoba membuka serangan batin satiris. Menggugat batin, Mata Satu "Infiltrasi, enggak hebat-hebat amat loh. Perilaku itu merugikan publik negara dimanapun. Apabila pula, merugikan publik jurnalis dimanapun. Lembaga jurnalisme, merupakan pengabdian tanpa pamrih di negara manapun demi kemaslahatan arus informasi publik-pembentuk negara." Menghela napas sejenak. 

Mata Banyak, lanjut lagi. "Mengapa demikian (?) Karena negara bukan bentuk kekuasaan milik personal. Kecuali sebuah negara penganut asas diktator-isme-oligarki. Nah loh."

Mata Banyak, melanjutkan lagi dengan kalimat lebih cepat. Agak menohok "Mau (?) Punya negara seperti entuh (?) Ogah kale. Perlu kehati-hatian, menyikapi infiltrasi, sebab si dia itu kompanyon dari sebuah sistem entah dimana. Namun, kalau mencuri dengar atau mencuri teks, dalam bentuk big data. Uhui (!) Bisa disebut, hal macam itu, infiltrasi mentang-mentang. Serupa preman elite kesurupan tuyul koruptor." 

"Waduh!" Mata Satu, pura-pura terkejut.

Mata Banyak, berapi-api. Lebih menohok dengan kalimat lebih cepat "Namun pula, sebagaimana lazimnya, preman elite infiltrasi, 'kan menghilang setelah isu merebak ke angkasa, atau pula 'kan berkelit seribu bahasa bagai udang sembunyi di balik fakta." 

"Jangan-jangan ente biangkeroknya." Mata Satu, sembari menyirna.

"Woi. Sesama iblis ko'k saling mendahului sih (?)."

"Ente pura-pura majenun." Hanya suara, Mata Satu.

***

Jakarta Indonesiana, 19 Desember 2022. 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Bronk

Minggu, 6 Juli 2025 17:50 WIB
img-content

Militerisme? Biarin Aja

Sabtu, 5 Juli 2025 14:29 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

Lihat semua