Posisi Surabaya yang terletak sebagai kota pelabuhan di Jawa Timur, bermula dari pelabuhan Ujung Galuh. Terlepas dari berbagai kontroversi mengenai posisi pelabuhan tersebut, namun bisa dipastikan bahwa keberadaannya menjadi awal mula munculnya pelabuhan Surabaya.
Prasasti Kamalagyan yang berangka tahun 1037 M menyebut pelabuhan Ujung Galuh, yang merupakan pelabuhan utama dimana para pedagang dari berbagai pulau datang. Pelabuhan tersebut diidentifikasi di sekitar Balongbendo (Sidoarjo). Pada prasasti ini juga diceritakan pembangunan bendungan wringin sapta yang dibangun oleh Raja Airlangga.
Bergesernya peran pelabuhan Ujung Galuh
Pelabuhan Ujung Galuh mulai tidak kondusif karena semakin ramainya perdagangan pada pelabuhan kecil tersebut. Maka dari itu peran yang besar tersebut dipindahkan ke Pelabuhan Surabaya yang memanfaatkan muara sungai Kalimas. Diperkirakan Pelabuhan ini juga memiliki tahun yang tua yakni semenjak kerajaan Majapahit. Salah satu sumber yang menceritakan eksistensi pelabuhan Surabaya adalah laporan Ma Huan yang menuliskan perjalanan laksamana Cheng Ho pada tahun 1405-1421.
Ma Huan (1433), sebagaimana dikutip oleh Anthony Reid (2019), menuliskan :
“(Tujuh mil agak ke timur, - dari Gresik) kapal tiba di Su-lu-ma-i yang nama asingnya (Jawa) adalah Surabaya... Di sini ada seorang penguasa kampung yang memerintah lebih dari seribu keluarga asing (Jawa) dan di antara mereka ada juga orang-orang dari Cina.”
Pelabuhan Surabaya
Menurut Frank Broeze dalam kajiannya mengenai kota-kota pelabuhan di Asia pada abad ke 16-20, bahwa kota-kota pantai beserta pelabuhan merupakan jembatan penghubung antara daratan dan lautan. Menurut Reid (2019:85) komoditas yang dibawa dari pelabuhan Surabaya ke luar antara lain : lada, cengkeh, pala, kayu sapang/secang (sappanwood), dan produk-produk kehutanan. Sebagian produk itu mungkin bukan berasal dari Jawa Timur,namun menunjukan bahwa pelabuhan Surabaya telah menjadi pelabuhan transit bagi pengangkutan rempah-rempah.
Karakteristik Perdagangan Rempah di Surabaya
Perdagangan di Pedalaman :
- Berpindah-pindah sesuai siklus mancapat
- Antar desa terhubung dengan desa-desa yang lain di sekitarnya
- Pasar desa yang tidak kejatuhan siklus menjadi sepi atau tutup
Perdagangan di Pesisir :
- Tidak begitu terpengaruh siklus mancapat
- Pasar dapat berpindah sesuai dengan kedatangan kapal dagang
- Kepala daerah dapat membuka lahan dan dijadikan tempat berdagang
- Pedagang kecil menggunakan perahu dan merapat ketika kapal dagang datang.
Ikuti tulisan menarik Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com lainnya di sini.