x

Nelayan menangkap ikan sumber foto : https://manado.tribunnews.com

Iklan

Taufiq Sentana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Agustus 2022

Sabtu, 28 Januari 2023 06:35 WIB

Dimas dan 1000 Buku untuk Anak Nelayan

Tentang perjuangan kecil untuk pendidikan literasi anak anak tepi pantai

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh Dimas/edit oleh taufiqsentana.

1//

Teringat di benakku ketika sedang belajar dalam ruang kelas. Aku merasakan kesejukan dari AC yang menyala dan membuat satu ruangan menjadi tenang. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesejukan itu mengingatkan pada masa kecilku ketika sedang membaca buku di tepi pantai menikmati hembusan angin yang tidak pernah berhenti seraya melihat ombak laut yang sedang berkejaran ke pantai. Dari kecil aku selalu senang dengan buku.

Hingga setiap aku bertemu teman-temanku mereka selalu mengejek-ngejekku dan di juluki nama mister buku dan ada juga yang memanggilku kutu buku. 

Aku seorang pelajar yang tidak suka julukan nama kutu buku. Namun bagiku buku itu ibarat matahari yang selalu menyinari dedaunan dan memberikan lantera kehidupan. Buku juga menjadi sebuah jembatan bagi anak-anak untuk menggapai kesuksesan di masa depan. 

Dari kecil sampai sekarang aku selalu bersahabat dengan buku dan aku memiliki teman yang sama hobinya sepertiku yaitu membaca buku. 

Dari kecil kami sudah memiliki cita-cita untuk mendirikan pustaka buku di desa kami yang sangat tertinggal. 

Anak nelayan yang masih duduk di bangku kelas 5 SD di desaku sangat ingin balajar dan menikmati masa kecinya dengan membaca buku.

Namun sayang seribu kali sayang, karena faktor bapaknya nelayan maka mereka labih banyak melaut barsama ayahnya dari pada balajar untuk menggapai masa depan.

2//

Aku selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak yang ada di desaku. Seperti masa kecilku yang selalu bergelimang dengan buku. 

Dan bahkan setiap aku pulang kampung, aku selalu meminjamkan buku-buku yang aku miliki untuk mereka baca. Aku juga senang mengajar mereka dan memberikan motovasi belajar untuk mereka. 

Permasalahan yang terjadi terhadap anak-anak yang ada di desaku, sangatlah menyedihkan. Mereka ingin belajar di tempat yang nyaman, yang memiliki fasilitas yang lengkap seperti anak-anak yang ada di kota-kota besar. 

Memang benar,  bukan fasilitas yang menjamin kesuksesan. Tetapi bagi mereka, semangat dalam belajar yang menjadikan mereka sebagai pemimpin  masa depan.

3//

Kini aku sebagai mahasiswa yang baru merasakan kemudahan dalam belajar dan juga dapat menikmati berbagai fasilitas yang lengkap. Semua kesenangan yang aku rasakan ini, ingin sekali aku berikan kepada anak-anak yang ada si desaku. 

Temanku Damrus pernah berpikir dan bertanya padaku. “Dimas, bagaimana jika kita melakukan penelitian dan pengabdian di desa kita”? 

jawabku. “yaa, boleh saja tetapi sebaiknya kita tanyakan dulu kepada dosen yang memang ahli dalam mata kuliah pendidikan”. 

Kemudian kami mencari dosen yang dapat memberikan kami penerangan dalam melakukan pengabdian kepada mesyarakat dan meberikan pengajaran kepada anak-anak yang lemah dalam pendidikan.

Ketika kami ingin menjumpai dosen yang dapat membimbing dalam memberikan pengajaran, dosen itu bertanya, “Ada keperluan apa kelian menjumpai saya”? Ketika kami ingin menjawab, beliau langsung menimpali:

“Hari ini saya lagi sibuk jadi datang sajalah di lain waktu”. Mendengar bahasa bapak dosen yang menggunakan nada yang tinggi, Kami pun langsung bergegas untuk meninggalkan ruangan Bapak itu. 

Dan kamipun dapat memaklumi bahwa Bapak itu orangnya sangat sibuk. Namun  belau memiliki sifat yang ramah dan memiliki solidaritas yang tinggi terhadap masyarakat.

Setelah tiga hari berlalu kamipun kembali datang untuk menjumpai Pak dosen. Kami langsung mengatakan padanya.

“Pak taufiq, tolong kami untuk membantu anak-anak yang membutuhkan pelajaran di kampung halaman kami”. Kemudian bapak dosen itu bertanya kepadaku. 

“Dimas? Tolong ceritakan sedikit pemasalahan yang terjadi pada mereka”. Kemudian setelah itu aku pun bercerita tentang permasalahan yang tejadi.

Setelah 2 jam berlalu dengan cerita panjang-lebar,  akhirnya Allah pun telah mengetuk pintu hatinya untuk dapat membantu kami seraya berkata:

 “Yaa Dimas, jika permasalahan itu yang sedang terjadi pada anak-anak maka sayapun siap membantu”. Bapak Taufiq sangat setuju dengan tindakan yang kami lakukan. Dari situlah semangat kami semakin bertambah.

Mendengar dari pembicaraanku, maka beliau memberikan jalan kepada kami untuk memperoleh buku-buku bekas yang sudah tidak dipakai untuk kami berikan kepada anak-anak yang ada di desa. 

Katanya: “Bapak akan memberikan sebagian buku yang bapak mikili”. Jawabku. “Alhamdulillah” seraya tersenyum manis. 

Kemudian selain buku dari bapak dosen itu kami juga mencari jalan lain untuk memperolah buku yang banyak. 

Kami mencari sponsor, melalui teman di whattsap dan juga sosial media lainnya serta mancari penerbit buku-buku ternama untuk dapat membantu kami.

4//

Setelah kami dapat mengumpulkan buku-buku yang sudah banyak, kamipun langsung mengantarkannya ke desa, walaupun hanya menggunakan sepeda motor pribadi yang menggunakan keranjang tempat buku untuk mempermudah kami membawanya.

Dengan jarak tempuh yang sangat jauh membuat kami sedikit kewalahan dalam perjalanan namun semangat kami untuk menyampaikan dan memberikan ilmu itu sangatlah membara. 

Kemudian setelah menempuh 4 jam perjalanan kamipun tiba di desa. Dan anak yang sedang bermain di pinggir pantai, tiba-tiba langsung menghampiri kami seraya mengatakan:

 “Eehh kawan-kawan, ada bang Dimas tuu, pasti dia mempunyai buku-buku baru yang akan diceritakan kepada kita”. Karena mereka sudah terbiasa melihat aku yang sering membawa hal-hal baru bagi mereka,  dan anak-anak itupun langsung mengerumuni kami serta berlomba-lomba mengambil buku yang yang kami bawakan.

Ketika aku sedang membagikan buku kepada anak-anak itu, kemudian ada seorang ibu datang menghampiriku seraya berkata “Nak, mau di simpan dimana semua buku-buku yang kalian bawa itu”? akupun menjawab “kami sedang mencari tempat untuk menyimpan buku yang kami berikan kepada anak-anak ini Buk”. Kemudian “ooh kalau begitu ibu punya sebuah rumah kosong yang bisa dititipkan di situ” katanya.

Kemudian buku-buku yang kami bawa, semuanya disimpan di rumah milik ibu Suarti yang tinggal di desa itu. Ia juga seorang pendidik bagi anak desa. Kemudian ia juga menberikan rumah sebagai pustaka bagi anak-anak yang ada di desa itu. Setelah merapikan semua buku-buku itu, kemudian haripun mulai malam dan kamipun langsung bergegas pulang untuk kembali ke kota.

Berlangsung dua hari kemudian sebelum berangkat kuliah, aku menikmati secangkir kopi di pagi hari. Seraya terbayang di benakku kebahagiaan anak-anak desa,  dan melihat senyum keceriaan yang tergambar dalam raut wajah mereka. Membuat aku bahagia dan kembali semangat dalam menjalakan aktifitas kuliah.

 

Ikuti tulisan menarik Taufiq Sentana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler