x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Senin, 30 Januari 2023 15:05 WIB

Melacak Jejak Manusia Jawa di Sangiran

Museum Purbakala Sangiran ini terkenal dengan kawasan yang banyak ditemukan fosil-fosil prasejarah. Sekitar tahun 1936 hingga 1941 dilakukan penggalian pertama. Kemudian penggalian berlanjut hingga sekarang. Banyak fosil seperti Meganthropus Palaeo Javanicus dan Pithecanthropus Erectus atau Homo Erectus yang terkenal di dunia ditemukan di Sangiran. Pantaslah, kawasan ini masuk jadi warisan dunia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh  Komite World Heritage, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) . Sangiran adalah situs prasejarah yang berlokasi sekira 15 kilometer di sebelah utara kota Solo, tepatnya di wilayah Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah.

Kekayaan potensi Sangiran bagi ilmu pengetahuan semakin diakui dunia ketika fosil-fosil manusia ditemukan. Paling tidak separuh dari jumlah populasi temuan fosil Homo erectus di seluruh dunia berasal dari Sangiran dan situs sekitarnya. Kontribusi ini sangat berharga arena Homo erectus memegang peran penting dalam evolusi manusia.

 Situs Sangiran kurang lebih memiliki luas 56 km2 dan banyak menyimpan peninggalan masa lalu berupa sisa-sisa kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Fosil manusia purba, fosil fauna, fosil tumbuhan,  artefak dan data lapisan tanah yang terendapkan secara alamiah tidak kurang dari 2 juta tahun silam merupakan sumber ilmu pengetahuan untuk memahami kehidupan masa lalu. Karena kelebihan-kelebihan itulah UNESCO menetapkan Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia. C.593 pada tahun 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sangiran merupakan situs manusia purbakala paling lengkap  di dunia. Ini yang membuat saya penasaran  menziarahinya. Konon situs Sangiran merupakan salah satu asal nenek moyang manusia.

Matahari belum sepenggalah ketika saya menjejakkan kaki di bumi Sangiran. Sudah beberapa tahun keingin saya untuk  ziarah budaya sekaligus melacak jejak manusia Jawa—tertunda akhirnya siang ini terlunaskan.

Sebenarnya, saya sudah terobsesi ingin berkunjung ke Sangiran—yang konon salah satu tempat yang yang  diyakini asal muasal nenek moyang bangsa manusia ini --- sejak saya diduduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Saya terpesona dan “teracuni” olerh provokasi  guru sejarah saya ketika mengisahkan  tentang Homo Erectus dari Sangiran.

Evolusi Manusia (Christian Saputro)

 

Sangiran  situs arkeologi beserta museumnya, selain menjadi destinasi  wisata yang menarik bagi pelancong juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di  dunia.

Kekayaan warisan budaya berupa situs manusia purba juga terdapat di daerah lain di Indonesia yaitu di daerah Sambungmacan, Trinil, Ngawi, Ngandong, Mojokerto, Jigar dan Patiayam.

Sangiran menyimpan jejak manusia Jawa Home Erectus. Melacak jejak manusia Jawa bagi pejalan sekaligus ziarah budaya menelisik asal usul nenek moyang kita.

Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu  berjarak  sekitar 17 km dari kota Solo. Di kawasan ini juga terdapat museum Sangiran.  Di museum  Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa .

Museum Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kecamatan Kalijambe , Kabupaten Sragen , provinsi Jawa Tengah , Indonesia . Museum ini berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran.

Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km2 meliputi tiga kecamatan di kabupaten Sragen yaitu kecamatan Gemolong ,Kalijambe ,  Plupuh dan   Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar . Memandang Sangiran dari gardu pandang Pagerrejo bagaikan menyaksikan “mangkuk terbalik” dengan lapisan tanah berbagai masa.

 Sangiran termasuk rangkaian pegunungan Sirkum Mediterania. Apa yang kita lihat sekarang berbeda dari jaman dulu. Tanah dan lingkungan telah berubah dan manusia beradaptasi dengan lingkungannya.

Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan.

World Heritage Center

Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus Erectus ---salah satu spesies dalam taxon Homo erectus--- oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.

Lebih menarik lagi, di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini. Relatif utuh pula. Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.

Lokasi Homo Erectus Ditemukan (Christian Saputro)

 

Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia pra sejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran stratigrafinya.

Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah inilah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain.

Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.           

Menurut Sejarawan Widianto, dalam bukunya Sangiran, Situs Parsejarah Dunia, sampai saat ini, Situs Purbakala Sangiran masih menyimpan banyak misteri yang perlu untuk diungkap. Sebanyak 50 (lima puluh) individu fosil manusia Homo erectus telah ditemukan. Jumlah ini mewakili 65 persen  dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50 persen dari populasi Homo erectus di dunia .

Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan.

Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs pra sejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.

 

Berdasarkan fakta inilah  Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh  Komite World Heritage Tahun 1996 pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko. Sangiran selain masuk dftar sebagai cagar budaya warisan dunia dalam kriteria budaya juga sebagai salah satu situs kunci untuk memahami evolusi manusia berdasar fosil temuan manusia purba dan artfaknya. Sebagai Early Man Site dari World Heritage Center, Sangiran terdaftar sebagai S7 24 E 110 49 dengan referensi nomor 563.

 Warisan Dunia yang Menakjubkan

Pulau Jawa ternyata telah dihuni manusia sejak 1,8 juta tahun yang lalu. Bukti-bukti fosil manusia purba itu terpendam dalam lapisan-lapisan tanah di Sangiran.

Sebagai tempat yang dikelilingi gunng api, Sangiran menyimpan bukti-bukti, gunung api tealah meletus berkali-kali meletus dan memuntahkan lahar dan abu vulkanik. Bukti itu bisa dilihat dalam lapisan-lapisan tanahnya.

 

Prasasti World Heritage Site (Christian Saputro)

Kubah antiklinal di Sangiran terbentuk karena pengangkatan tanah (orogenesa). Ujung kubah mengalami erosi menyebabkan laisan-lapisan tanah tersingkap sehingga formasi Kalibeng, Oucangan dan Grenzbank, Kabuh dan Notopuro dapat terlihat. Formasi tersebut terbentuk berdasarkan komposisi batuan yang meliputi ukuran butiran, tekstur, warna dan kandungan fauna yang menyertainya.

Laboratorium Alam

Sangiran adalah laboratorium alam yang menyimpan iklim dan kejadian geologi masa lalu dalam jejak lapisan-lapisan tanahnya. Keunikan lapisan-lapisan tanah di Sangiran merupakan warisan budaya dunia, bukan hanya di Indonesia.

Di Situs Sangiran banyak ditemukan fosil manusia purba Homo erectus. Dahylu manusia purba disebut manusi purba disebut Pithecantrhropus, Megantrophus paleojavanicus, Pithecantrophus soloensis dan Pithecantrophus Mojokertensis, kini semua nama itu disepakati para ilmuwan menjadi Homo erectus.

 

Grenzbenk Sangiran (Christian Saputro)

Selain itu, di Situs Sangiran juga banyak ditemukan fosil  hewan purba yang hidup pada zaman purba seperti; gajah,buaya,banteng, babi, kuda sungai, badak, kerbau, banteng dan babi.

Hewan bertulang belakang (verterbrata) Sangiran yang paling awal diperkirakan berumur 2 juta tahun. Fosil hewan purba tertua ditemukan di foramsi Pucangan paling atas, dibatasi lapisan Pucangan zona Grenzbank berpenaggalan 1,58 juta tahun di bawah tufa berumur 1,66 juta tahun.

Sedangkan fosil hewan air yang ditemukan Sangiran selain buaya dan kura-kura adalah keong, kerang dan ikan. Manusia purba mengkonsumsi hewan ini karena gampang mendapatkannya.

Kehidupan tumbuh-tumbuhan purba dapat diteliti dari sisa serbuk sari (pollen), Sedangkan bukti tumbuhan yang besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang adalah fosil kayu.

 

Manusia purba membuat alat-alat dari batu-batu di pegunungan dan sungai. Ukuran alat bau dibuat sesuai dengan genggaman tangan atau pegangan jari manusia saat itu. Jenis lat dari batu misalnya, kapak penetak dan kapak perimbas bifasial atau mono fasial. Alat –alat batu digunakan untuk membantu pembuatan alat dari kayu.

Menurut  buku Sejarah Nasional Indonesia, penelitian manusia purba di Indonesia dibagi dalam tiga tahap yaitu dari tahun 1889 hingga 1909 peneliti-peneliti Belanda yang berperan. Tahap kedua, tahun 1931hingga 1941 kerjasama peneliti Belanda dan Indonesia. Tahap, ketiga, tahun 1952 hingga sekarang kerjasama peneliti Indonesia kerjasama dengan peneliti perancis, Amerika, Jepang, Australia dan Jerman.

Ilmuwan Eugene Dubois, Dufjes, Tjokro Handoyo, Rapl von Koenigswald banyak meneliti pada tahap pertama dan kedua. Sedangkan pada tahap ketiga, para ilmuwan Indonesia yang meneliti Homo erectus dari Sangiran antara lain; Tuku Jacob, Etty Indriati, Sartono, Fachroel Azizm Harry Widiantom Yahdi Zaim dan Johan Arif.

Bagaimana Memanfaatkan Situs sangiran?

Situs Sangiran sebagai Warisan Dunia, seharusnya jadi tujuan pariwisata dunia yang bertumpu pada daya tarik dari informasi peradaban manusia. Selain dapat dimanfaatkan sebagi laboratorium dan pusat informasi untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, sejarah dan kebudayaan. Situs sangiran harus mampu memberikan nilai manfaat bagi masyarakat sekitar sebagai tujuan wisata.

Sebagai tujuan wisata dunia, alam pengembangannya, Situs Sangiran memiliki 4 kluster destinasi yaitu:

Pertama, Kluster Krikilan, merupakan pusat informasi tentang kehidupan manusia purba , tidak hanya di Sangiran tetapi di Indonesia.

Kedua, Kluster Ngebung, secara khusus akan menyajikan informasi tentang sejarah penemuan Situs Sangiran sejak ditemukannya alat-alat serpih yang pertama oleh G.H.R von Koenigwald pada tahun 1934 dan fosil manusia purba pertama pada tahun 1936.

Ketiga, Kluster Bukuran, kluster ini berisikan informasi mengenai evolusi manusia secara lengkap.

Keempat, Kluster Dayu, Kluster ini dikembangkan sebagai sebuah pondok informasi mengenai hasil-hasil penelitian museum.

Aktivitas yang Bisa Dilakukan

Bagi pelancong  yang suka petualangan bisa langsung mengnjungi lokasi-lokasi penemuan fosil yang tersebar di berbagai tempat. Yang perlu diingat jangan membuat aktivitas yang merusak situs atau melakukan tindakan ilegal membawa fosil-fosil atau peninggalan purbakala keluar Sangiran.

Di kawasan sekitar Museum Sangiran banyak ditemukan Galerry atau gerai-gerai Cindera mata yang menjual benda-benda dari batu berupa cincin, kalung, dan gelang. Selain itu juga benda-benda bercorak alat-alat manusia purba seperti; kapak atau yang lainnya yang juga terbuat dari batu. Di kawasan Sangiran  juga sangat tepat  untuk hunting foto, karena masih banyak rumah-rumah Jawa Kuno (Joglo)  dan kehidupan masyarakatnya yang masih tradisional dan bersahaja.

Jalan Menuju Sangiran

Bila pelancong menggunakan kendaraan pribadi dari Solo bisa lewat Mojosongo atau Masaran (Sragen). Selain itu bisa juga  bisa mencarter taxi. Sedangkan kalau menggunakan kendaraan umum bisa   naik bus jurusan Solo –Purwodadi turun di pintu gerbang Sangiran di Kalijambe, kemudian dilanjutkan dengan ojek ke lokasi sekitar 3 kilometer. Atau kalau dari Sragen naik bus umum ke Gemolong kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik angkutan perdesaan ke Kali Jambe dilanjutkan dengan naik ojek. Kalau naik kendaraan umum agak repotnya ada dua tempat yang harus dikunjungi Gardu Pandang di Pagerejo dan Museum di Kerikilan. Belum lagi kalau mau melihat  lokasi-lokasi penemuan fosil yang tersebar di berbagai kawasan  Situs Sangiran.

 

*) Christian Heru Cahyo saputro,pegiat heritage,  tukang tulis, tukang motret penyuka jalan-jalan bermukim di Kota Semarang, Jawa Tengah.

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler