x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Minggu, 5 Februari 2023 19:11 WIB

Pahawang, Serpihan Surga di Teluk Lampung

Lingkungan pulau Pahawang ini juga masih menghijau dalam tebalnya balutan hutan mangrove alias bakau yang jadi magnet para peneliti. Kawasan perairan pulau ini yang tenang karena masuk dalam ceruk Teluk Lampung ini cocok untuk para pehobi diving, snorkeling dan mancing. Suasana ini masih berbonus pendududuk Pahawang yang welcome dan ramah-tamah kepada setiap pendatang dan wisatawan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pahawang  memang belum setenar  Bunaken (Manado) dan Raja Ampat (Papua). Tetapi setidaknya panorama keindahan bawah laut di kawasan Pahawang ini tak kalah menarik dan memesona . Pahawang yang berlokasi di Teluk Lampung adalah surga penggila diving dan snorkeling.

Penasaran? Maka tak salah kalau  Pahawang Anda masukkan  dalam jadwal liburanmu  mendatang. Selain itu pulau Pahawang juga jadi magnet dan surga  bagi para mangrover sebutan untuk para pemerhati dan peneliti mangrove (bakau).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Binatang Bulu Babi

Lingkungan  pulau Pahawang  ini juga masih menghijau dalam tebalnya balutan hutan mangrove alias bakau yang jadi magnet para peneliti. Kawasan perairan pulau ini yang tenang  karena masuk  dalam ceruk Teluk Lampung ini cocok untuk para pehobi diving, snorkeling dan mancing. Suasana ini masih berbonus  pendududuk Pahawang yang welcome dan ramah-tamah kepada setiap pendatang dan wisatawan.

Untuk para penggila  diving dan snorkeling  ada beberapa spot   yang  indah dan memesona. Bahkan konon ada salah satu spot terumbu karang soft coral  yang tak kalah keindahannya dari Raja Ampat.

Pulau ini jadi destinasi dan surga para peneliti mangrove tak hanya dari dalam negeri  tetapi dunia.  Pulau Pahawang  memiliki hutan mangrove seluas 1.402 ha   dan  tercatat memiliki  22 jenis mangrove yang  di antaranya menjadi spesies khas Pahawang.

Menanam Bakau

 

Pulau Pahawang yang merupakan gugusan pulau yang ada di sekitar Teluk Pedada dan merupakan satu dari 21 desa yang ada di Kecamatan Punduhpedada, Pesawaran. Karena banyak potensi yang tersimpan di Pahawang  banyak   beberapa investor sudah  melirik dan berinvestasi di pulau seluas 1.084 hektare itu.

 

Explore Underwater

 

Pulau Pahawang diapit dua pulau  yaitu; Pulau Kelagian dan Pulau Lelangga. Sebelum sampai  Pahawang, dari atas kapal kita bisa meninkmati keindahan panorama Pulau Kelagian. Pulau Kelagian merupakan pulau tidak berpenghuni. Ombak di perairan sekitar Pahawang kecil dan tenang. Hamparan pasir yang putih sepanjang pantai  bersih dan terawat. Pahawang mempunyai terumbu karang dan kekayaan ikan hias yang masih terjaga.

 

Dengan menggunakan alat snorkeling kita bisa menikmati keindahan terumbu karang dam biota laut yang lokasinya hanya beberapa meter dari gigir pantai.Gerombolan ikan hias yang warna-warni bersliweran di antara karang-karang. Beberapa jenis karang yang masih bisa ditemui di sekitar perairan Pahawang adalah karang jahe, karang kapur, karang otak, karang nanas, karang anemon, dan karang seroja.

 

Sedangkan jenis ikannya  adalah  ikan monyo yang hitam dan kuning, ikan batok biru, ikan tempala, dan ikan naso. Nama ikan dan terumbu karang ini yang biasa digunakan masyarakat Pahawang.
Salah seerang warga Pahawang yang biasa menyeleman, Sulaiman, mengungkapkan keberadaan terumbu karang dan ikan hiasa mulai banyak dibandingkan tahun 1990-an.

Aktivitas di Dermaga

Masyarakat sudah mulai sadar untuk tidak mengambil terumbu karang dan ikan hias. Penggunaan bom ikan yang menjadi penyebab rusaknya terumbu karang juga sudah dikurangi.
“Pelan-pelan ikan hias mulai banyak di pinggiran pantai. Ada beberpa ikan yang sempat hilang tapi kini muncul lagi seiring makin membaiknya kondisi pantai,” kata Sulaiman.

 

Wisata Konservasi

Menurut Supriato dari LSM Mitra Bentala pulau Pahawang kini menjadi satu contoh keberhasilan penyelamatan hutan mangrove di Lampung. Kini di kawasan pulau ini  hutan mangrove menghijau, lestari  dan menjadi salah satu destinasi adalah wisata alam pilihan.

Menurut Suprianto pada awalnya memang butuh konsentrasi yang tinggi untuk mengubah dan membentuk kemauan masyarakat agar peduli terhadap keberlangsungan hutan mangrove. Apalagi untuk masyarakat yang hidup di pulau relatif awam dengan kata konservasi.

Kini, masyarakat Pulau Pahawang sudah tak lagi menjadi perusak, mereka bahkan sadar betapa hutan mangrove bisa memberikan banyak manfaat kehidupan buat mereka. Kesadaran ini terus dipupuk oleh LSM Mitra Bentala, mulai dari anak-anak Pulau Pahawang.

Setelah kemauan itu mulai timbul dari masyarakat Pahawang, Mitra Bentala bersama pamong desa Pulau Pahawang juga berhasil merumuskan sebuah peraturan desa (perdes) tentang keberlangsungan hutan mangrove di Pulau Pahawang.

Perdes ini mengatur mulai dari pembibitan sampai sanksi jika ada masyarakat atau masyarakat luar yang menebang atau merusak hutan mangrove. Selain itu, kini masyarakat setempat juga membentuk Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove (BPDPM).

Tak hanya itu saja, Mitra Bentala  juga berupaya memperkenalakan program penghijauan ini sejak dini dengan  menyisipkannya  kegiatan ekstra kurikuler  untuk anak-anak sekolah di Pulau Pahawang. Mereka dilibatkan dalam program penghijauan  dengan melibatkan  siswa-siswi kelas tiga, empat dan lima menanam pohon mangrove. “Upaya learning by doing  ini dimulai dari menanam, memberikan nama untuk bibit bakau yang mereka tanam sampai mengawasi pertumbuhan bibit bakau,” papar Suprianto.

Kegiatan luar sekolah yang semula menjadi kegiatan nonformal, kini sudah menjadi ekstra kurikuler tersendiri, sampai akhirnya anak-anak pulau Pahawang memiliki kelompok sendiri, yakni Anak Pecinta Lingkungan (APL), dengan jumlah tanam bibit bakau yang telah dilakukan sebanyak 3.000 batang.

Sekarang, di beberapa sisi Pulau Pahawang sudah rimbun dengan pohon bakau. Sebentar lagi pulau seluas 1.084 hektare itu mungkin akan tenggelam oleh tebal lebatnya hutan mangrove.

Padahal dari era tahun 1970-an hingga 1990-an, pulau Pahawang terkenal masyarakatnya tak  kenal kompromi menjarah hutan mangrove. Bakau di kawasan ini habis dijarah tak hanya oleh penduduk setempat tetapi juga dari luar pulau. Pasalnya, mereka  mengincar batang bakau dan cacing bakau untuk mata pencahariannya sehari-hari.

 

Legenda Pahawang

Desa Pulau Pahawang sendiri terdiri atas enam dusun. Yakni Suakbuah, Penggetahan, Jeralangan, Kalangan, Pahawang, dan Cukuhnyai. Pulau ini dihuni ratusan jiwa yang berprofesi sebagai nelayan dan petani.

Kalau menyigi soal asal-usul pulau Pahawang ini cukup menarik. Ada dua versi hikayat yang berkembang di masyarakat sekitar  . Yang pertama, konon pulau ini dinamai Pohawang, karena dulu sekitar tahun 1800 yang pertama menemukan dan tinggal dipulau ini adalah perempuan Betawi- Cina yang bernama Mpok Awang.

Makam yang berada di puncak bukit di tengah pulau yang dikeramatkan masyarakat setempat diyakini oleh warga setempat makam Mpok Awang. Warga pulau ini menyebut kuburan ini keramat.

Yang menarik dan unik dari legenda Mpok Awang dan makamnya ini bisa dipetik pelajaran berupa kearifan lokal sehingga masyarakat setempat tidak berani merambah dan mengutak-atik hutan di kawasan bukit, karena ada keramat alias makam Mpok Awang.

Ini menjadikan hutan di kawasan Pahawang  tetap hijau dan lestari. Manfaatnya karena hutan terjaga sumber air di kawasan tersebut tetap lancar, sehingga sebagian air di Pahawang tidak payau apalagi asin seperti pulau-pulau lain di sekitarnya. “Ini semua karena hutannya  terjaga baik, berkat  kearifan lokal,” ujar Supriato dari LSM Mitra Bentala yang berkiprah melakukan pendampingan masyarakat  di seputar Pahawang.

Hikayat yang  kedua, penduduk  yang tinggal di Pahawang berasal dari pesisir Pesawaran. Untuk itu, semua suplai makanan di Pahawang diambil dari pesisir. Pemberian suplai makanan dari pesisir ke pulau ini dalam bahasa Lampung setempat disebut pahaw. Lambat laun pahaw berkembang menjadi Pahawang.
Terlepas darimana kebenaran asal-usul nama Pahawang, pulau ini memang menyimpan keindahan alam dan kekayaan laut yang luar biasa.

Road To Pahawang

Untuk menuju ke Pahawang tidaklah sulit. Perjalanan menuju  Pahawang dari Jakarta bisa ditempuh dengan berbagai alternatif lewat udara maupun jalan darat.

By Air :

Dari Bandara Soekarno – Hatta bisa naik pesawat Garuda, Sriwijaya Air, Susi Air, Lion Air,  menuju pelabuhan Radin Intan, Lampung.  Kemudian  dari  Bandara bisa mencharter Taxi ke dermaga Ketapang, ongkosnya bisa dinegosiasi.

 

By Overland :

Pilihan lainnya bisa naik kendaraan umum bus Damri regular Jakarta – Bandar Lampung,  dari stasiun Gambir menuju Bandar Lampung. Kemudian dari Bandar Lampung bisa mencharter Taxi atau naik kendaraan angkutan kota menuju desa Ketapang selanjutnya menumpang kapal ke Pahawang.

 

Atau kalau yang suka bertualang ala backpacker  bisa naik bus ngeteng dari terminal bus Kalideres – Merak. Kemudian dari Merak menumpang kapal Ferry ke Bakauheni. Dari Bakauheni menumpang travel hingga pangkalan angkot  untuk jurusan Padang Cermin di Gudang Garam, Telukbetung terus nyambung naik angkot menuju Ketapang.

 

Activity:

Sepanjang jalan kita akan menikmati pemandangan pesisir pantai Teluk Lampung dan hijaunya Taman Hutan Rakyat Wan Abdul Rachman. Sebelum sampai Ketapang kita akan melewati daerah transmigrasi angkatan darat (transad) Hanura yang kini sudah berkembang pesat pesat menjasi sebuah kota kecil.

 

Dari dermaga Ketapang bisa menggunakan kapal atau perahu yang jarak tempuhnya sekitar 40 menit perjalanan.Selama perjalanan menuju Pahawang kita bisa menikmati  pemandangan pesisir Teluk Lampung yang berbukit-bukit begitu memesona. Dan tentunya cocok diabadikan lewat fotografi untuk membingkai kenangan perjalanan petualangan di Pahawang.

*} Christian Heru Cahyo Saputro. pejalan, suka motret, tukang motret dan tukang tulis suka berbagi kisah kini tinggal di Semarang.

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu