x

Ilustrasi kekuatan magnitude gempa Turki

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 11 Februari 2023 18:09 WIB

Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Bisa Mencapai 30 Ribu Jiwa

Mengacu pada parahnya korban gempa 1999 yang menelan korban lebih 17.000 jiwa, Pemerintah Turki memberlakukan satu jenis pajak yang unik: "pajak gempa bumi (earthquake tax)", yang khusus untuk membiayai pencegahan dan penanganan dampak gempa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gempa kembar besar yang mengguncang Turki Selatan dan Suriah Utara pada 6 Februari 2023, hingga artikel ini ditulis pada 10 Februari 2023, telah menelan korban tewas di Turki hampir 20 ribu (dua puluh) ribu jiwa. Korban cedera mendekati angka 80.000 (delapan puluh ribu) orang. Lebih dari 13 juta orang terdampak gempa.

Di Suriah, korban tewas sudah melewati angka 3 ribuan. Korban cedera lebih dari 7.000 (tujuh ribu) jiwa. Total warga yang terdampak lebih dari 6 juta jiwa.

Pencarian korban di bawah dan celah-celah reruntuhan bangunan masih terus berlangsung. Berlomba dengan waktu, sambil berharap-harap cemas menemukan korban yang masih hidup.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tiap jam, di berbagai titik, dalam radius sekitar 500 km, tim penyelamat terus mengeluarkan dan mengangkat ratusan mayat dari tumpukan puing-puing bangunan runtuh, yang di Turki saja membentang dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur, dan dari Malatya di utara hingga Hatay di selatan.

Secara teori, seseorang bisa bertahan hidup dalam kondisi susah bernapas selama 4 menit; atau bisa bertahan hidup tanpa minum air selama 4 hari; dan mampu bertahan hidup tanpa makan selama 5 hari.

Namun mukjizat selalu terjadi tiap kali terjadi bencana alam, yang sulit dirasionalkan dengan argumen apapun.

Gempa besar yang kembar

Lazimnya, setiap gempa berkekuatan besar akan diikuti gempa-gempa susulan dengan kekuatan kecil. Jarang-jarang gempa susulan itu berkekuatan dengan magnitude gempa induknya.

Gempa Turki-Turki pada 6 Februari 2002 agak unik, karena terjadi gempa kembar besar yang magnitudenya hampir sama: pertama, gempa magnitude 7,8 pada pukul 04.17 local time (08.17 WIB). Sekitar sembilan jam kemudian, disusul gempa kedua dengan magnitude 7,5 (7,6) pada pukul 13.24 local time (17.24 WIB).

Sangat boleh jadi, gempa kedua ini yang mengakibatkan kerusakan fisik bertambah parah, dan tentu saja, korban gempa (tewas ataupun cedera) juga ikut bertambah banyak.

Menurut pakar tektonik, setiap tahun di seluruh dunia, rata-rata hanya terjadi sekitar 15 (lima belas) kali gempa dengan magnitude 7 atau lebih.

Turki duduk di atas tempayak gempa tektonik

Terkait dengan wilayah tektonik, wilayah negara Turki diilustrasikan seperti “duduk” di atas kawasan rawan gempa. Meskipun secara geografis jauh dari ring of fire di Pasifik.

Karena wilayah Turki berada antara Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Fault) dan Patahan Anatolia Utara (North Anatolian Fault), yang merupakan dua patahan tektonik yang cukup aktif.

Secara geologis, bagian timur Mediterrania (Laut Tengah) memiliki struktur tektonik yang kompleks, karena menjadi wilayah pertemuan beberapa patahan mikro (microplates), termasuk patahan Anatolia.

Menurut para ilmuwan gempa, wilayah Turki yang menjadi pusat gempa terakhir (Kahramanmaras dan Ekinozu), sekitar 100 juta tahun silam, berada di Patahan Anatolia, yang awalnya adalah pantai bagian selatan dari lautan yang dulu disebut “Laut Tethys” (kini sudah menjadi daratan), yang memisahkan benua Afrika dan Eurosia (Eropa dan Asia). Yang tersisa dari Laut Tethys tersebut saat ini hanya Laut Aral (kini lebih berupa danau yang terletak antara Kazakhstan dan Uzbekistan), Laut Kaspia, dan Laut Hitam.

Karena itulah, Turki dan sekitarnya termasuk negara atau kawasan dalam interval tahun tertentu diguncang gempa dengan korban jiwa puluhan ribuan jiwa.

Pada tahun 1939, gempa magnitude 7,7 menelan korban lebih dari 32.000 jiwa.

Pada tahun 1989, gempa dengan magnitude 6,8 mengguncang negara Armenia, yang menewaskan lebih 25.000 jiwa.

Pada tahun 1999, gempa dengan magnitude 7,4 mengguncang kawasan Duzce, bagian Timur Laut Turki, yang menewaskan lebih 17.000 jiwa.

Mengacu pada parahnya dan paska korban gempa 1999 itulah, Pemerintah Turki memberlakukan satu jenis pajak yang unik: pajak gempa bumi (earthquake tax), yang khusus untuk membiayai pencegahan dan penanganan dampak gempa.

Respons internasional

Sejauh ini, lebih dari 60 negara yang telah-sedang-akan memberikan atau berkomitmen menyerahkan berbagai jenis bantuan kemanusiaan kepada Turki.

Dan ada satu negara yang unik, pada 7 Februari 2023, Deutsche (Jerman) Telekom menggratiskan komunikasi telepon antara Jerman dengan masing-masing Turki dan Rusia selama sepekan penuh, sebagai bentuk respons simpati kepada korban gempa dan keluarganya. Catatan: banyak orang keturunan Turki dan Suriah yang hidup dan menetap di Jerman.

Cuplikan deskripsi tingkat kerusakan Fisik

Hampir seluruh bangunan di Kota tua Antakya sudah kolaps. Kawasan bazar kuno telah menjadi puing-puing. Mesjid Ulu yang berusia ratusan tahun rata dengan tanah; gedung parlemen tua di pusat alun-alun kota Antakya tidak lagi berdiri.

Sebuah rumah sakit Kahramanmaraş mengalami kerusakan parah. Ranjang rumah sakit dan peralatan medisnya terlihat dari tanah setelah jendela dan dindingnya hancur dan menganga.

Nyaris tanpa henti, mobil ambulans hilir-mudik, mengangkut mayat atau korban cedera, melintasi jalan-jalan yang juga dipenuhi kendaraan.

Para wartawan berbagai stasiun televisi, yang menyiarkan langsung liputannya dari banyak titik di wilayah terdampak gempa, selalu dan selalu memperlihatkan gambar latar belakang, yang dapat digambarkan: sejauh mata memandang, yang terlihat mencolok adalah puing-puing dan reruntuhan.

Bahkan bangunan yang terlihat masih berdiri utuh sekalipun tetap rawan untuk difungsikan kembali, sebelum dilakukan penilaian teknis sipil.

Akibat kerusakan jalan-jalan akses antar wilayah, beberapa titik seperti wilayah Hatay (selatan Turki) agak terlambat dijangkau tim penyelamat.

Mengacu pada kerusakan infrastruktur yang masif, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberlakukan keadaan darurat bencana selama tiga bulan.

Warga yang berada di tempat-tempat pengungsian, yang umumnya berupa tenda-tenda di ruang terbuka, berjibaku menghadapi paparan suhu dingin yang rata-rata sekitar 0 hingga 3 derajat celcius.

Kondisi ini mungkin akan berlangsung paling kurang hingga tiga bulan ke depan. Artinya, sebagian besar dari mereka akan menjalani bulan Ramadhan dan lebaran 1444H di tempat pengungsian.

“Ancaman mayat membusuk”

Setelah memasuki hari kelima paska gempa (pada 10 Februari 2023), muncul kekhawatiran mayat-mayat korban gempa yang belum dapat diangkat dari tumpukan reruntuhan bangunan akan memicu bau tidak sedap dan bakteri, yang berpotensi memicu penyakit baru.

Syukurlah, kemungkinan ancaman mayat membusuk ini diperkirakan akan sedikit berkurang atau bisa dinetralisir oleh suhu dingin (0-3 derajat celcius) di seluruh kawasan yang terdampak gempa.

Syarifuddin Abdullah | 10 Februari 2023/ 18 Rajab 1444H

Sumber: aljazeera.com (English); economist.com; nytimes.com.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler