Istriku Anugerah Terindah

Rabu, 8 Maret 2023 20:02 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kisah kali ini menceritakan tentang seorang suami yang begitu merindukan istri tercinta. Sang suami terpaksa harus bekerja di luar pulau jauh dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, rasa cinta yang begitu dalam kepada sang istri, serta pengorbanan sang istri dalam mengurus rumah tangga seorang diri, telah memunculkan sebuah keinginan untuk memberi sebuah hadiah yang spesial. Bagaimanakah kelanjutan kisah yang akan menguras emosi serta air mata para pembaca? Ikuti kisahnya dalam cerpen yang berjudul Istriku Anugerah Terindah

   Malam ini suasana terasa begitu sunyi dan sepi di sebuah jalan kampung. Tidak nampak orang yang berlalu-lalang seperti pada malam-malam sebelumnya. Ditambah lagi dengan cuaca akhir-akhir ini yang kurang bersahabat seperti yang terlihat pada malam ini. Di langit gugusan awan hitam pekat terlihat menakutkan, dengan sesekali kilatan petir yang menyambar keluar dari balik awan, ditambah lagi dengan hembusan angin yang begitu kuat sehingga membuat dahan-dahan pohon bergoyang tak tentu arah. Kombinasi dari dua anomali cuaca yang terjadi malam ini menandakan bahwa, akan turun hujan dengan intensitas tinggi atau yang lebih buruk terjadi hujan badai.

Malam ini Fahad tengah duduk bersantai di sebuah kursi yang ada di depan kamar kosnya sambil menikmati malam yang kelabu. Dalam kesendirian dan kesunyian, perasaan rindu dan sayang di dalam hati Fahad sudah tak mampu ditahan lagi manakala membayangkan wajah cantik istrinya yang sudah lebih dari satu tahun ini tidak pernah bersua, itu dikarenakan Fahad harus bekerja di luar pulau demi mencukupi kebutuhan keluarga. Tidak cukup sampai di situ, rasa sayang dan rindu yang begitu membuncah Fahad rasakan manakala teringat dengan dua wajah gadis kembar yang sangat cantik hasil dari buah cinta pernikahannya dengan Fahna. Fahad sudah tidak sabar ingin bisa segera memeluk serta mengajak bermain kedua buah hatinya yang bernama Faiza dan Farhana di sebuah taman bermain saat ia pulang ke rumah nanti.

   Tetes-tetes hujan mulai turun dari langit dan tidak menunggu waktu lama berubah menjadi hujan deras yang disertai dengan angin kencang, serta sesekali terdengar suara guntur yang menggelegar dengan suara keras. Fahad segera bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan masuk ke dalam kamar serta mengunci pintu. Fahad segera mematikan lampu kamar, kemudian berbaring di atas kasur sambil mendengarkan suara hujan yang sedang mengamuk di luar. Di dalam kesendirian serta gelapnya kamar tidur, pikiran Fahad kembali terbayang wajah cantik Fahna yang begitu ia cintai. Tiba-tiba dari lubuk hati yang terdalam terbersit sebuah ide untuk memberi sebuah hadiah yang sangat spesial kepada Fahna.

Di dalam hati, Fahad merasa kasihan melihat Fahna yang ia tinggal seorang diri di rumah, ditambah lagi harus merawat kedua buah hatinya tanpa ada seorang pembantu. Tetapi Fahad mengetahui, bahwa Fahna begitu menyukai serta menikmati peran barunya sebagai seorang ibu, dan belum pernah sekalipun Fahad mendengar keluhan dari istrinya mengenai urusan dalam rumah tangga. Fahad merasa beruntung juga bersyukur memiliki seorang istri seperti Fahna, dan Fahad telah berjanji di dalam hati untuk tidak pernah sekalipun mengkhianati cinta serta kepercayaan yang telah Fahna berikan.

   Tidak terasa malam semakin larut dan hujan seakan tidak ingin berhenti menumpahkan air dari langit dalam waktu dekat, hingga tanpa sadar akhirnya Fahad jatuh tertidur dengan seulas senyum bahagia menghiasi wajahnya. Begitulah malam itu berlalu di mana hujan deras yang disertai dengan angin kencang seakan mengamuk di luar, sedangkan di dalam kamar yang gelap ada seorang suami yang begitu merindukan istrinya nan jauh di sana.

***

   Tak terasa pagi yang berselimut awan kelabu akhirnya tiba, ditandai dengan suara burung yang saling bersahut-sahutan di atas pohon. Fahad baru saja membuka mata setelah melalui malam yang dingin seorang diri dengan potongan-potongan kecil mimpi indah, dan pagi ini Fahad merasakan luapan perasaan bahagia menyambut datangnya hari baru. Fahad segera duduk di pinggir tempat tidur, lalu tanpa sengaja pandangannya jatuh ke sebuah bingkai foto yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidur. Ada dua buah bingkai foto, yang satu memperlihatkan seorang wanita cantik tengah berdiri di sebuah pantai berpasir putih dengan berlatar laut biru sejauh mata memandang, dengan senyum menawan merekah di wajahnya seakan dunia beserta seluruh isinya adalah miliknya, dan wanita cantik di foto itu adalah Fahna. Sedangkan bingkai foto satunya, memperlihakan dua wajah gadis cantik yang identik dengan rambut ikal terurai sedang belajar berenang di sebuah kolam renang, pancaran kebahagiaan terlihat jelas di wajah mereka berdua. Foto itu adalah foto Faiza dan Farhana. Fahad mengambil salah satu bingkai foto yang ada di atas meja, lalu memandanginya dengan seksama serta penuh perhatian seolah foto itu adalah barang berharga yang dimilikinya. Setelah puas memandangi foto kedua buah hatinya yang tengah belajar berenang, Fahad meletakkan kembali bingkai foto ke atas meja dan tanpa ia sadari senyum bahagia tersungging di wajahnya. Hari ini ada banyak hal yang harus Fahad kerjakan terlebih dahulu, sebelum esok hari ia akan melakukan perjalanan panjang pulang ke rumah untuk berjumpa dengan keluarga kecil yang sangat ia cintai dan rindukan. Sebelum berangkat pulang, Fahad berencana membelikan sebuah hadiah yang begitu spesial untuk Fahna, sebagai ungkapan rasa cinta dan sayangnya, serta ungkapan rasa terima kasih karena telah menjadi istri juga ibu yang baik bagi kedua buah hatinya.

   Pada pukul sembilan pagi, Fahad pergi meninggalkan rumah kos dengan mengendarai sepeda motor menuju ke sebuah toko perhiasan yang sangat terkenal di kota. Ketika telah sampai, Fahad segera memarkir motor di pinggir jalan, lalu berjalan masuk ke dalam toko perhiasaan yang mulai ramai dengan para pembeli. Ketika Fahad telah berada di dalam toko perhiasan, seorang pelayan wanita yang masih muda datang menghampiri dengan senyum ramah dan berkata:

   “Ada yang bisa saya bantu bapak?”

   “Saya sedang mencari sebuah perhiasan sebagai hadiah yang akan saya berikan kepada wanita yang begitu spesial dalam hidupku, yaitu istriku. Hadiah ini bisa berupa gelang, kalung atau cincin,” kata Fahad menjelaskan keinginannya dengan penuh semangat.

   “Saya bisa menunjukkan sebuah kalung yang sangat indah, dan saya yakin pasti cocok ketika dipakai oleh istri bapak,” ujar pelayan muda tadi, lalu menunjukkan kalung yang dimaksud.

   Fahad segera mengamati kalung yang ditunjukkan oleh pelayan muda tadi, dan benar saja, kalung itu terlihat sangat indah dengan balutan emas murni yang berkilau di bawah sinar lampu, serta desain yang sangat berkelas dan elegan, tidak cukup sampai di situ, di bagian ujung kalung juga terdapat sebuah simbol cinta yang diukir dari batu safir berwarna biru. Fahad langsung jatuh hati pada pandangan pertama dan tanpa pikir panjang langsung membelinya.

   “Kalung ini terlihat begitu indah dipandang mata dan saya sangat menyukainya,” ujar Fahad dengan senyum bahagia. “Saya ambil kalung ini dan tolong kemas kalung ini dengan sebaik mungkin, karena akan saya jadikan sebagai hadiah yang sangat spesial,”

   “Baik bapak. Permintaan bapak akan segera kami siapkan beserta surat-surat dan nota pembeliannya. Sambil menunggu pesanan bapak disiapkan, bapak bisa duduk sejenak di kursi yang telah disediakan,” kata pelayan muda itu dengan senyum cantiknya sambil menunjuk ke deretan kursi yang terletak di seberang meja penjualan.

   Fahad segera berlalu dari meja penjualan dan duduk di deretan kursi yang telah disediakan. Setelah menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya pesanan Fahad tiba dengan sebuah kemasan yang sangat menarik serta menyembunyikan isi yang ada di dalamnya. Fahad segera membayar harga kalung emas yang terbilang cukup mahal tapi sesuai dengan yang diharapkannya, lalu mengucapkan terima kasih banyak kepada pelayan muda tadi dan segera berjalan keluar toko.

   Setelah dari toko perhiasan, Fahad kini menuju ke sebuah biro perjalanan untuk membeli sebuah tiket pesawat terbang dengan jadwal keberangkatan esok hari ke Pulau Bacan. Setelah mendapatkan tiket pesawat, Fahad segera kembali ke rumah kos untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

***

   Pada pukul dua dini hari, Fahad mengunci pintu kamar tidurnya lalu berjalan keluar rumah kos tempat ia tinggal selama ini. Di depan rumah kos sudah menunggu seorang pengemudi ojek online yang akan mengantar Fahad menuju ke terminal bus. Fahad segera naik ke atas motor lalu motor itu segera melaju meninggalkan rumah kos yang terlihat sepi pada dini hari. Perjalanan dengan motor memakan waktu kurang lebih lima belas menit untuk tiba di luar terminal bus yang terlihat suram dan gelap pada dini hari. Pengemudi ojek online menepikan motornya di depan sebuah pos polisi yang pada saat itu terlihat gelap dan kotor. Fahad segera turun dari motor dan berdiri seorang diri menunggu bus yang akan lewat. Setelah menunggu cukup lama, datanglah bus Harapan Jaya. Fahad segera naik ke dalam bus lalu memilih duduk di kursi kosong yang ada di bagian belakang bus. Selama perjalanan Fahad tertidur pulas di kursi hingga bus tiba di terminal tujuan pada pukul lima pagi.

   Pagi itu terminal Purabaya Surabaya masih terlihat sepi dari para penumpang yang turun dari bus. Fahad bergegas turun dari bus dan berjalan menuju ke deretan bus Damri yang sedang terparkir menunggu penumpang. Fahad memilih bus yang ada di bagian depan, lalu masuk ke dalam bus yang akan membawanya menuju ke bandara Juanda. Pukul enam lebih tiga puluh menit bus Damri akhirnya tiba di terminal keberangkatan domestik bandara Juanda. Fahad segera turun dari bus Damri, kemudian mengambil sebuah troli untuk meletakkan barang bawaan yang dibawanya. Pagi itu bandara Juanda mulai terlihat ramai dengan para calon penumpang yang akan bepergian ke berbagai wilayah. Sambil mendorong troli Fahad berjalan santai menuju ke pintu masuk keberangkatan yang ada di bagian ujung terminal. Sesampainya di depan pintu masuk keberangkatan, Fahad harus menunggu antrian untuk pemeriksaan surat-surat oleh petugas bandara. Setelah berhasil masuk ke bagian dalam area bandara, Fahad segera menuju ke konter tiket maskapai Lion Air. Setelah melalui proses boarding dan memegang tiket keberangkatan, Fahad bergegas menuju ke ruang tunggu keberangkatan yang berada di lantai dua.

   Sambil duduk bersantai di ruang tunggu keberangkatan, perasaan Fahad sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Fahna serta kedua buah hatinya yang cantik, yaitu Faiza juga Farhana. Dari pengeras suara yang ada di dalam ruang tunggu keberangkatan, terdengar panggilan yang ditujukan kepada para calon penumpang untuk segera masuk ke dalam pesawat. Fahad segera bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan bersama para calon penumpang lainnya menuju ke pesawat yang tengah terparkir di landasan. Ketika berada di dalam pesawat, Fahad menempati tempat duduk yang ada di bagian belakang serta bersebelahan dengan jendela pesawat. Ketika tengah duduk di kursi pesawat sambil memandang keluar jendela, kembali pikiran Fahad membayangkan kejutan spesial yang akan ia berikan kepada Fahna dan bagaimana reaksi Fahna ketika mengetahui kejutan yang telah ia siapkan. Tanpa sadar Fahad tersenyum kepada dirinya sendiri dan bersamaan dengan pesawat yang lepas landas menuju ke Pulau Bacan.

***

   Pukul delapan belas lebih tiga puluh menit petang, pesawat Lion Air akhirnya mendarat di Bandara Osman Sadiq Labuha. Ketika Fahad turun dari pesawat dan menginjakkan kembali kakinya di Pulau Bacan setelah lebih dari satu tahun merantau, banyak perasaan campur aduk yang Fahad rasakan pada saat itu. Pulau Bacan memiliki beragam cerita serta kenangan yang begitu spesial dan akan selalu membekas dalam ingatan. Fahad berjalan santai sambil menikmati udara malam yang hangat menuju ke area terminal kedatangan. Setelah berada di dalam area terminal kedatangan, Fahad segera menuju ke ban berjalan untuk mengambil barang bawaannya. Selesai mengambil barang bawaan dan meletakkannya di atas troli, Fahad berjalan menuju pintu keluar bandara. Setelah berada di area luar bandara, Fahad mendapati suasana lengang di area sekitar bandara dan ini bisa dipahami mengingat sudah tidak ada lagi jadwal penerbangan untuk hari ini. Fahad segera meletakkan troli, mengambil tas yang dibawanya, lalu berjalan menuju ke ujung jalan untuk mencari ojek yang akan mengantarkannya menuju ke rumah.

   Pukul sembilan belas lebih tiga puluh menit, Fahad akhirnya turun dari ojek motor yang ditumpanginya. Fahad hanya berdiri diam di luar sebuah rumah sederhana dengan halaman kecil di mana selama ini keluarganya tinggal dengan tatapan haru. Tanpa terasa setetes air mata kebahagiaan turun membasahi pipinya. Dengan perlahan Fahad berjalan menuju ke teras rumah yang terlihat bersih. Ketika Fahad telah berada di teras rumah dan akan menekan bel, terdengarlah suara tawa dan senda gurau dari dalam rumah. Dengan seulas senyum bahagia, Fahad lalu menekan bel rumah dan terdengar dari dalam rumah suara anak kecil yang berkata:

   “Mama. Itu sepertinya ada orang di luar rumah.”

   “Iya sayang. Biar mama yang lihat siapa orang yang ada di luar rumah.”

   Terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat ke pintu, lalu suara kunci yang diputar, dan sejurus kemudian pintu terbuka. Alangkah terkejutnya Fahna ketika mengetahui siapa orang yang tengah berdiri di depan pintu.

   “Assalamualaikum, selamat malam Fahna sayang” kata Fahad dengan senyum bahagia yang tergambar jelas di wajah.

   Fahna masih tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya, seolah semua ini adalah mimpi yang tidak pada tempatnya. Lalu, dengan suara bergetar serta mata yang mulai berkaca-kaca Fahna menjawab:

   “Waalaikumsallam suamiku, sungguh aku masih tidak percaya saat melihatmu berdiri di depan pintu dengan senyum manismu.” Fahna langsung mencium tangan suaminya dan begitu juga Fahad segera memeluk istri yang sangat dicintainya.

   “Bagaimana kabar anak-anak sayangku, apa mereka semua baik-baik saja?” tanya Fahad dengan lembut.

   “Alhamdulillah sayangku, Faiza juga Farhana semuanya sehat. Dan satu hal lagi, mereka adalah murid yang berprestasi di sekolah.”

   “Alhamdulillah kalau anak-anak sehat dan juga berprestasi di sekolah. Insyaallah Faiza dan Farhana akan jadi orang baik dan bisa berguna bagi sesamanya kelak jika mereka sudah dewasa. Dan aku yakin, mereka pasti bisa jauh melampaui orang tuanya dalam perjalanan hidup ini.”

   “Jangan merendah sayangku. Semua ini adalah anugrah dari Allah dan begitu juga aku sangat bangga memiliki suami seperti dirimu. Tidak terkecuali Faiza juga Farhana, mereka begitu bangga memiliki seorang ayah yang istimewa dan juga seorang guru kehidupan yang tidak mereka dapatkan di sekolah,” kata Fahna sambil merapatkan tubuhnya ke suaminya yang begitu ia cintai.

   Lalu, Fahna mengajak Fahad masuk ke dalam rumah untuk menemui Faiza juga Farhana yang sedang bermain di ruang keluarga. Ketika sampai di ruang keluarga, Fahad mendapati kedua buah hatinya tengah asyik bermain tanpa mengetahui siapa orang yang berdiri di belakangnya. Tanpa bisa ditahan lagi, Fahad segera menghampiri lalu memeluk erat kedua buah hatinya.

   Alangkah bahagianya Faiza juga Farhana ketika mengetahui siapa orang yang datang lalu  memeluk mereka berdua secara bersamaan. Malam itu segera berubah menjadi kegembiraan, senda gurau, serta suka cita manakala keluarga kecil itu kembali berkumpul bersama. Terdengar suara Faiza begitu bersemangat saat menjelaskan sesuatu kepada ayah tercintanya dan sesekali ditambahi oleh suara Farhana sebagai penutup. Fahad melihat dua gadis kecilnya bagai pinang dibelah dua dan mereka seakan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Itulah nikmat terindah yang Fahad miliki di samping adanya seorang istri yang luar biasa.

*** 

   Pagi ini cuaca begitu cerah dengan langit biru bersih tanpa ada awan yang terlihat, Fahad begitu menikmati suasana berada di rumah serta berkumpul bersama keluarga kecil yang begitu ia cintai. Dengan perasaan bahagia yang membuncah di dalam hati, Fahad menghampiri kamar tidur kedua buah hatinya, lalu dengan perlahan membuka pintunya. Setelah pintu kamar terbuka, Fahad melangkah masuk ke dalam kamar dan mendapati kedua buah hatinya tengah tertidur pulas dalam buaian mimpi. Fahad mendekat ke samping ranjang lalu dengan lembut membetulkan selimut yang dipakai oleh Faiza dan Farhana. Tidak ketinggalan, Fahad mencium pipi Faiza juga Farhana secara bergantian. Setelah itu Fahad berjalan keluar sambil menutup kembali pintu kamar tidur kedua buah hatinya.

   Pada pukul sembilan pagi setelah menyantap hidangan makan pagi yang khusus disiapkan oleh Fahna, Fahad meminta izin kepada Fahna untuk keluar karena ada urusan yang harus diselesaikan. Dengan mengendarai sepeda motor milik Fahna, Fahad menuju ke sebuah toko roti yang begitu terkenal di Pulau Bacan. Ketika tengah berada di dalam toko roti, Fahad melihat-lihat berbagai jenis roti yang akan ia gunakan untuk memberi kejutan spesial kepada Fahna. Setelah menemukan roti yang diinginkan, Fahad segera membayar di kasir dan menunggu roti disiapkan. Setelah menerima roti yang dipesan, Fahad kembali mengendarai sepeda motor kembali ke rumah.

   Hari ini Fahad ingin menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya yang begitu ia cintai. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat hari itu dan senja pun akhirnya tiba dengan semburat warna jingga di langit saat matahari mulai terbenam. Malam ini adalah waktu yang Fahad nantikan selama ini, karena malam ini Fahad akan memberikan sebuah hadiah yang begitu spesial kepada Fahna. Fahad tidak bisa memastikan bagaimana reaksi Fahna saat mengetahui hadiah yang telah ia siapkan.

   Akhirnya waktu yang dinanti pun tiba. Setelah makan malam bersama yang kembali diselingi dengan obrolan yang tiada henti dari Faiza juga Farhana mengenai berbagai hal. Fahna segera membersihkan meja makan, serta mengambil piring-piring kotor dan membawanya ke dapur untuk dibersihkan. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh Fahad untuk memberi tahu serta mengajak kedua buah hatinya memberi kejutan kepada Fahna di hari ulang tahunnya.

   Fahad segera mengajak Faiza juga Farhana menuju ke ruang tamu yang gelap, di mana Fahad telah menyiapkan semuanya untuk memberi kejutan kepada Fahna. Ketika Fahna telah selesai dengan urusan di dapur. Fahna segera menuju ke ruang keluarga untuk berkumpul serta menikmati malam yang indah bersama keluarga kecilnya. Tetapi alangkah terkejutnya Fahna ketika mengetahui tidak ada seorang pun di ruang keluarga. Fahna berusaha mencari ke kamar tidur dan tidak mendapati ada orang di dalamnya. Fahna menjadi bingung dengan semua ini, ke mana sebenarnya Fahad, Faiza juga Farhana pergi. Akhirnya Fahna berusaha mencari ke teras rumah, siapa tahu mereka semua sedang berkumpul dan bermain di depan. Saat berjalan menuju ke teras rumah, Fahna melewati ruang tamu yang terlihat gelap pada saat itu. Fahna tidak menyadari juga mengetahui jika suaminya, beserta kedua buah hatinya sedang duduk diam bagai patung di salah satu sudut ruang tamu.

   Fahna mengintip ke teras rumah dan hatinya langsung kecewa ketika mengetahui tidak ada siapa pun di luar sana. Fahna semakin bingung dan berusaha memanggil kedua buah hatinya juga suaminya, tetapi tidak ada seorang pun yang menjawabnya hanya kesunyian yang Fahna rasakan. Fahna merasa jengkel dengan kejadian ini karena tidak diberi tahu dan ditinggal begitu saja seorang diri di rumah. Dengan satu tarikan napas panjang yang terdengar keras, Fahna kembali berjalan meninggalkan ruang tamu. Ketika baru berjalan beberapa langkah, Fahna mendengar suara yang memanggil namanya secara bersamaan dan ini membuatnya terkejut.

“Selamat ulang tahun mama Fahna sayang,” ucap Fahad, Faiza juga Farhana.

   Fahna langsung menolah ke sumber suara yang didengarnya dan baru menyadari jika di sudut ruang tamu yang gelap terdengar tawa Faiza juga Farhana yang telah berhasil membuat Fahna terkejut. Sejurus kemudian terlihat nyala api di sebuah lilin yang ada di atas roti yang dletakkan di atas meja.

   Fahna segera menyalakan lampu ruang tamu karena didorong rasa penasaran, dan apa yang Fahna lihat berikutnya sungguh benar-benar di luar dugaan. Setelah lampu ruang tamu akhirnya menyala, barulah Fahna bisa melihat Fahad, Faiza dan Farhana sedang duduk dengan wajah berseri-seri di salah satu kursi yang digeser ke sudut ruang tamu. Tidak cukup sampai di situ, Fahna juga melihat ada sebuah roti ulang tahun dengan motif cinta di atas meja dengan nyala api dari lilin di atasnya. Ditambah dengan piring-piring kecil berjumlah empat buah juga sebuah pisau untuk memotong roti.

   Ketika Fahna mengetahui kejutan apa yang telah disiapkan oleh Fahad beserta kedua gadis kecilnya yang tampak cantik dengan senyum bahagia di wajahnya. Hati Fahna langsung berbunga-bunga dan tanpa bisa dibendung lagi air mata kebahagiaan turun membasahi pipi Fahna. Fahad segera bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan menghampiri Fahna dan memeluknya dengan erat sambil berkata:

   “Maafkan aku sayangku, karena tidak memberi tahu terlebih dahulu mengenai kejutan kecil ini. Dan juga telah membuatmu merasa khawatir dengan kejadian malam ini.”

   “Tidak apa-apa sayangku dan sungguh ini kejutan yang sungguh luar biasa. Sampai-sampai aku hampir tidak mempercayainya ketika melihatnya,” kata Fahna sambil berurai air mata serta bersandar di dada suaminya.

   Fahad lalu menggandeng tangan Fahna untuk meniup lilin yang ada di atas roti ulang tahun lalu memotongnya untuk dibagikan kepada semuanya. Dengan hitungan mundur tiga, dua, satu akhirnya Fahna meniup lilin hingga padam dengan diiringi tepuk tangan meriah dari Fahad, Faiza juga Farhana. Setelah api lilin padam, barulah Fahna mengambil pisau lalu mulai memotong rotinya. Untuk irisan roti yang pertama, Fahna berikan kepada Faiza, lalu berikutnya kepada Farhana, dan yang terakhir kepada suami tercinta. Tangis bahagia Fahna akhirnya pecah ketika menikmati momen-momen kebersamaan serta kebahagiaan bersama keluarga kecilnya yang begitu ia cintai.

   “Sayangku Fahna,” kata Fahad kepada istrinya, “aku masih mempunyai satu lagi kejutan yang begitu spesial untukmu malam ini.” Wajah Fahad kembali berseri-seri menikmati momen bahagia seperti malam ini.

   “Sayangku. Kejutan apa lagi yang sudah engkau siapkan untukku?” jawab Fahna dengan senyum menawan yang akan selalu Fahad rindukan.

   “Karena ini begitu spesial, maka ada syaratnya untuk bisa mengetahuinya,” kata Fahad dengan mengedipkan sebelah mata.

   “Kalau begitu apa syaratnya sayangku? Cepat beri tahu jangan buat istrimu ini semakin penasaran.”

   “Syaratnya cukup sederhana sayangku. Engkau hanya perlu pejamkan mata sejenak.”

   “Baiklah sayangku, aku akan pejamkan mata sekarang.”

   Fahna segera memejamkan matanya dengan detak jantung yang semakin berdegup kencang karena ketegangan yang semakin memuncak menanti kejutan apa yang akan diberikan oleh suaminya. Ketika Fahna telah menutup mata, dengan perlahan Fahad mengeluarkan sebuah kotak persegi yang telah dibungkus sangat rapi dengan pita merah berbentuk simbol cinta. Fahad lalu meletakkan kotak persegi itu di atas meja di hadapan Fahna. lalu Fahad berkata kepada istrinya:

   “Sayangku. Sekarang bukalah kembali matamu.”

   Perlahan Fahna mulai membuka matanya dan alangkah terkejutnya ketika mendapati ada sebuah kotak persegi yang dibungkus dengan sangat rapi serta sebuah simbol cinta dari pita ada di atas meja. Dengan perasaan bingung, Fahna lalu menatap suaminya dan bertanya:

   “Ini kotak apa sayangku yang ada di atas meja?”

   “Aku tidak tahu sayangku. Jika engkau ingin mengetahui isinya, maka bukalah kotak itu,” ujar Fahad tanpa memberi tahu isi yang ada di dalamnya.

   Dengan perlahan Fahna mulai memegang kotak persegi yang ada di atas meja, lalu dengan rasa penasaran yang semakin membuncah, Fahna mulai membuka terlebih dahulu ikatan pita dengan simbol cinta. Setelah ikatan terbuka, barulah Fahna membuka kertas yang membungkus kotak persegi misterius ini. Setelah semua lapisan pembungku telah terbuka, barulah terlihat sebuah kotak persegi berwarna hitam dengan kombinasi warna kuning keemasan yang terbuat dari bulu-bulu yang sangat halus saat disentuh. Dengan tangan yang mulai gemetar serta jantung yang berdegup semakin kencang, Fahna mulai membuka kotak persegi itu dengan perlahan seolah sesuatu yang ada di dalamnya dapat meledak kapan saja. Ketika akhirnya kotak persegi itu terbuka, maka nampaklah isi yang ada di dalamnya. Reaksi Fahna seperti seorang yang tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Mata Fahna seakan tak berkedip memandang sesuatu yang berkilau di dalam kotak persegi. Ditambah lagi dunia Fahna seakan jungkir balik dengan semua yang terjadi malam ini secara bersamaan. Dan kini ada sesuatu yang berkilau di hadapannya. Dengan suara bergetar Fahna berkata kepada suaminya:

   “Ya Allah sayangku. Engkau memberiku sebuah hadiah berupa kalung emas dengan simbol cinta di ujungnya di hari ulang tahunku?”

   “Iya sayangku juga cintaku Fahna,” jawab Fahad sambil memeluk istrinya. “Aku sengaja membelikan kalung itu khusus untuk dirimu sayangku, karena aku yakin, engkau pasti terlihat sangat cantik ketika mengenakannya.”

   “Aku tidak tahu harus berkata apa malam ini setelah semua yang telah engkau berikan kepadaku sayangku. Sungguh, aku masih tidak percaya dengan semua kejutan ini, seolah ini semua hanya mimpi di siang bolong.” Terdengar suara isak tangis bahagia Fahna.

   “Akulah yang harusnya berterima kasih banyak kepada engkau sayangku. Engkau telah memberiku kebahagiaan hidup yang belum pernah aku rasakan selama ini, menjadi seorang ibu yang luar biasa bagi kedua buah hati kita, merawat serta menjaga rumah saat aku tidak berada di rumah, serta engkau tidak melupakan kewajiban melayani suami dengan penuh keikhlasan. Oleh karena itu, aku sebagai suami ingin memberikan sesuatu yang begitu spesial untukmu sebagai ungkapan rasa sayangku juga cintaku kepadamu, serta rasa terima kasihku yang tulus kepadamu karena telah menjadi bagian dari perjalanan hidupku baik dikala susah maupun senang.”

   “Sungguh beruntungnya aku memiliki seorang suami seperti dirimu sayangku. Aku akan selalu berada di sisimu apa pun keadaannya. Cintaku kepadamu tidak akan pernah luntur dimakan waktu. Jadilah imam yang baik untuk selalu membimbing diriku juga buah hati kita sayangku.” Fahna semakin membenamkan wajahnya dalam pelukan suaminya.

   “Sayangku, izinkan aku memasangkan kalung emas ini di leher cantikmu. Kalung ini akan menjadi simbol cinta kita yang abadi, serta tidak akan lekang dimakan oleh waktu hingga ajal yang akan memisahkan kita,” kata Fahad dengan haru dan berurai air mata.

   Dengan penuh kasih sayang serta kelembutan, Fahad akhirnya memasangkan kalung emas berhias batu safir di leher Fahna. Ketika kalung itu telah terpasang sempurna, Fahad memandang wajah cantik istrinya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Momen itu benar-benar mengharukan bagi keduanya. Dengan beruarai air mata kebahagiaan Fahna langsung memeluk suaminya dengan erat. Fahad membalas pelukan istrinya dengan melingkarkan kedua tanganya di punggung Fahna. Tanpa diduga Faiza juga Farhana yang sedari tadi duduk di kursi sambil melihat kedua orang tuanya saling mencurahkan kasih sayang, kini ikut bergabung bersama kedua orang tuanya. Ketika Fahna mengetahui kedua buah hatinya datang mendekat, Fahna segera memeluk Faiza juga Farhana seolah kedua gadis itu adalah sesuatu yang paling berharga dan tidak ternilai di dunia ini.

   Momen-momen indah malam itu akan selalu menjadi kenangan terindah bagi keluarga kecil yang Fahad miliki dalam mengarungi perjalanan hidup ini. Tidak ada yang dapat menggantikan keluarga kecil itu dengan apa pun di dunia ini. Karena keluarga kecil itu dibangun di atas pondasi cinta yang tulus, kasih-sayang, kejujuran, tanggung jawab, serta pengorbanan yang tak kenal lelah dari seorang suami untuk bisa membahagiakan keluarga kecilnya.

                                                            -The End-

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Frank Jiib

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Tulang Rusuk

Senin, 1 Juli 2024 19:43 WIB
img-content

Perang Dunia Ketiga Sudah di Depan Mata

Jumat, 7 Juni 2024 17:45 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua