x

Gregorisu Mantur, Petani muda dari Kampung Wela, Manggarai

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Jumat, 3 Maret 2023 06:32 WIB

Gregorius Mantur, Petani Muda Sukses dari Kampung Wela, Kabupaten Manggarai

Sekarang industri pariwisata di Labuan Bajo, ujung barat dari Pulau Flores semakin ramai menggeliat, setelah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai destinasi wisata super-premium. Ini menandakan kualitas industri pariwisata di sana sangat tinggi, layanannya tentu sangat berkelas, dan pasti manfaat ekonominya juga super-premium bagi orang lokal atau para investor sebab tamu-tamu yang datang pastilah orang-orang berduit pula. Kemajuan ini berpeluang membawa keberuntungan, berkah bagi Gery dan petani-petani lain di Manggarai Raya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya



Gregorius Mantur akrab dipanggil Gery mulai menggeluti agribisnis sayur-sayuran pada tahun 2013 setelah menyelesaikan Pendidikannnya di Sekolah Menengah Kejuruan Atas Negeri Kuwus, satu sekolah kejuruan pertanian di Manggarai Barat. Pemuda asal kampung Wela, Desa Golo Worok, Kecamatan Ruteng ini, tidak terpengaruh sedikitpun oleh ajakan teman-teman sekelasnya, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas, agar dapat gelar Sarjana. Dia dengan keyakinan kuat, lebih memilih untuk memanfaatkan lahan milik orang tuanya di Kampung Wela guna mewujudkan mimpi menjadi seorang petani muda sukses ketika sedang menempuh pendidikan kejuruan di SMAKN Kuwus.



Menurut Gery, menjadi petani sayur-sayuran di Manggarai, adalah satu keputusan yang tepat kala itu, sebab pasar sangat terbuka lebar dan merupakan peluang usaha yang menjanjikan. Apalagi hasil survey dari Lembaga Swisscontact menyatakan permintaan sayur-sayuran untuk memenuhi kebutuhan hotel, kapal pesiar dan restauran sangat tinggi di Labuan Bajo. Namun situasi ini, dimanfaatkan oleh petani-petani di luar Kabupaten Manggarai untuk menjual sayur-sayuran mereka dalam jumlah besar ke Labuan Bajo, diperkirakan puluhan miliar rupiah masuk ke saku para petani dari luar, mereka manjadi penerima manfaat dari kemajuan pariwisata.



Sekarang industri pariwisata di Labuan Bajo, ujung barat dari Pulau Flores semakin ramai menggeliat, setelah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai destinasi wisata super-premium. Ini menandakan kualitas industri pariwisata di sana sangat tinggi, layanannya tentu sangat berkelas, dan pasti manfaat ekonominya juga super-premium bagi orang lokal atau para investor sebab tamu-tamu yang datang pastilah orang-orang berduit pula. Kemajuan ini berpeluang membawa keberuntungan, berkah bagi Gery dan petani-petani lain di Manggarai Raya.



Keputusannya untuk menjadi petani sayur, cerita Gery, terinspirasi oleh suatu pengalaman ketika belajar bisnis hortikultura dengan salah satu petani sukses di Kampung Maras, Desa Belang Turi, namanya Huber Cupung. Pada tahun 2012, ketika Gery masih duduk dibangku kelas II, Lembaga tempat dia mengenyam pendidikan kejuruan, yaitu SMKAN Kuwus bekerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesa menyelenggarakan satu program live in siswa-siswi di keluarga-keluarga petani. Melalui program ini, siswa-siswi belajar tentang hal tehnis pertanian dan tatakelola usaha sayur-sayuran dengan petani-petani sukses dampingan dari Yayasan Ayo Indonesia.



Tiga minggu tinggal bersama Huber Cupung, ungkap Gery, banyak pengalaman berharga yang diperoleh, tidak hanya menyangkut tehnis budidaya, dan tata kelola usaha, tetapi lebih dari itu, Hubert juga memberi motivasi terkait bagaimana mengelola mental disaat mengalami kesulitan atau tantangan dalam menjalankan usaha. Sebagai wirausahawan, kata Huber, waktu itu, harus berani menghadapi persoalan untuk menguji kesungguhan dan ketangguhan kita, sebab menjadi pebisnis sayur-sayuran sangat beresiko.

Bulan Juni Tahun 2013, Gery , menanam sayur jenis pakcoi di atas 4 buah bedeng, berukuran masing-masing 1 m x 15 m, menggunakan pupuk organik. Sayur-sayuran itu, tumbuh dengan suburnya dan berukuran besar, satu bulan kemudian ribuan pohon pakcoi waktunya dipanen, dan ketika itu, hasil panenannya dibeli oleh warga sekitar kampung Wela. Lebih dari sejuta hasil penjualannya, dan nilai uang sebanyak ini sangat berarti bagi orang muda, seperti Gery. Sayur jenis pakcoi menjadi sejarah dalam hidupnya, dimana uang sejuta lebih tadi masuk ke saku celana orang muda yang sedang bermimpi menjadi petani bisnis sayur-sayuran. Mendapatkan uang sebanyak itu bagi orang muda dari bertani di manggarai tentulah nilai sosialnya besar.

Kebun Sayur-sayuran Milik Gery di Kampung Wela, Desa Golo Worok, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai



Kemudian dari pengalaman baik itu, mendorong dia untuk memperbanyak jumlah bedeng agar rupiah yang diperoleh lebih banyak lagi, lantas dia menanam pakcoi dan sawi.



Tetapi dalam perjalanan waktu, ternyata masih ada keraguan dalam dirinya, apakah usaha sayur-sayuran bisa mewujudkan impiannya punya uang untuk bisa menikah dan membangun rumah sendiri. Pada pertengahan tahun 2015, keputusanya menjadi petani bisnis sayur-sayuran organik diuji oleh satu Cerita Indah, ujar Gery, dari orang-orang di kampungnya yang merantau di Kalimatan. Di sana (kalimatan) banyak pekerjaan dengan gaji yang cukup besar, kata mereka, cerita indah dari para perantau ini mampu mengubah pikiran Gery.


“Bulan Juli Tahun 2015, saya terpaksa meninggalkan Lahan Bisnis yang telah menghasilkan sejuta lebih rupiah per bulannya, dan pergi ke Kalimantan, konon di sana kerja bagus dengan gaji cukup besar, uang banyak di sana, ternyata kami kerja di pertanian juga (perkebunan sawit), dan selalu mendapat perintah dari mandor kebun setiap waktu, dan kami diatur meski gajinya bagus. Kenyataan ini dirasa tidak menyenangkan,” cerita Gery

Saya tidak tahan lagi, lanjut Gery, lalu memutuskan pulang kembali ke Wela untuk olah lahan usaha yang sempat ditinggalkan 7 bulan. Dalam benaknya dia berpikir, kerja di kebun sendiri berarti menjadi lebih independen untuk mengatur usaha secara mandiri.

Kampung Wela Menjadi Kampung Sayur-sayuran




Beberapa hari di Wela setelah kembali dari Kalimatan, dia memutuskan untuk bertemu lagi dengan Hubert yang dia anggap sebagai mentornya, dan hal itu pun terjadi. Huber Cupung, mengajak Gery ke kebun usaha miliknya, seluas 3.000 meter persegi di sana dia menjelaskan kepada Gery tentang pola tanam yang mengacu atau berorientasi kepada perilaku pasar (permintaan) dan menjelaskan juga tentang KADIM, sebuah wadah kelompok petani produksi dan penjual sayur-sayuran organik ke Labuan Bajo. Gery kemudian bergabung ke KADIM, menjadi salah satu anggota, dan di wadah ini dia mendapatkan pengalaman baru lagi, terkait potensi pasar dan jaringan pembeli sayur-sayuran organik di Labuan Bajo. Selain itu, Hubert juga berbagi kepada Gery tentang jumlah pendapatan setiap tahun yang diperoleh dari lahan usaha 3.000 meter persegi miliknya yang mencapai angka 100-an juta. Dari pendapatan inilah Hubert mengkisahkan kepada Gery, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat perguruan tinggi dan 1 unit membangun rumah.


Strategi untuk menjamin pasokan sayur-sayuran selalu tersedia

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan




Pengalaman Pahit selama beberapa bulan di Kalimantan dan termotivasi dari pengalaman Huber Cupung, tutur Gery, mendorongnya untuk memutar otak, berpikir bagaimana cara meningkatkan usaha, menaikan pendapatan (omset) di lahan usahanya, maka yang dilakukan kemudian, adalah menambah jumlah luas lahan menjadi 60 bedeng (1/4 hektar).

Upaya yang lain, untuk mendukung usahanya itu, termasuk menjamin ketersediaan sayur-sayuran, adalah 1) memelihara ternak Kambing (Bantuan dinas peternakan Manggarai), Babi dan Kerbau. Dia mengembangkan Usaha Tani Terpadu (beternak dan usaha hortikultura), 2) Membangun pertemanan dengan para pedagang sayur di Golo Welu (6 orang/perempuan lansia), di Cancar, Lembor, Ruteng, dan Labuan Bajo, 3) Menjadi anggota Koperasi Kredit Ayo Mandiri (AMAN) untuk menyimpan uang dan mendapatkan akses modal usaha, dan 4) Mendorong petani lain di kampung Wela untuk bertani sayur-sayuran.

Upaya menjamin ketersediaan sayur-sayuran, yang dia lakukannya menjadi prioritas dengan cara mendorong 30 orang petani lainnya di kampung Wela untuk menjalankan usaha yang sama di atas lahan 1.8 ha Milik Tambah Ruang Kelas (TRK) Wela (sehingga sayur-sayuran selalu tersedia). Ini merupakan satu langkah yang baik dan tepat untuk memastikan ketersediaan pasokan sayur-sayuran ke jaringan pemasaran di Ruteng, Cancar dan Labuan Bajo. “Jika kita sudah berteman dengan para pedagang sayur-sayuran di Pasar, tidak boleh ada kata yang terucap “ TIDAK ADA STOK” Makanya saya harus ada teman-teman lain yang selalu siap memproduksi sayur-sayuran (kerja sama atau kita bangun jaringan),”imbuh Gery.


Buah dari strategi ini, transaksi penjualan sayur-sayuran dari Kampung Wela mencapai ratusan juta rupiah per tahun dan Gery sendiri meraup pendapatan bersih mencapai 40 Juta rupiah per tahun, sejak tahun 2016 hingga tahun 2022, penghasilan tetap dari usaha sayur-sayurannya inilah yang memungkinkan dia bangun 1 unit rumah impiannya pada tahun 2019.


Dampak positif dari usaha Gery dan bersama 30 Kepala Keluarga (KK) di Lahan Lahan Milik Sekolah (TRK), seluas 1.8 Ha tersebut, adalah mereka berkontribusi menggaji 1 Guru Komite di TRK Wela, sebab Lahan yang mereka kerjakan, adalah Lahan Milik Sekolah, 2) Pendapatan mereka meningkat, 3) memberi kesempatan kerja kepada 6 orang tua lanjut usia, dan 4) Gery menjadi narasumber untuk memotivasi orang muda menjadi pebisnis sayur-sayuran organik .

Gery menjadi narasumber untuk memotivasi anak-anak muda Local Champion di Manggarai menjadi petani agrobisnis

 
Atas keberhasilannya ini, dia menyampaikan Terima Kasih kepada beberapa pihak, antara lain : 1) Yayasan Ayo Indonesia yang terus berdikusi tentang cara bisnis dan penerapan tehnologi untuk mengatasi dampak perubahan iklim dalam bentuk plastic mulsa, dan cara membuat arang sekam pertanian karbon, 2) Lembaga Swisscontact telah membantu terkait strategi pemasaran dan analisis usaha, 3) Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai yang menyediakan berbagai jenis benih sayur-sayuran dan 4) Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai yang telah bantu Ternak Kambing, sehingga sekarang tidak kesulitan lagi untuk mendapakan bahan baku pupuk organic.










 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler