x

Seorang guru yang sedang mengajar

Iklan

Febrian Eka Ramadhan

Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Prajabatan Gelombang 1, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Bergabung Sejak: 8 Maret 2023

Kamis, 9 Maret 2023 11:19 WIB

Tantangan dalam Melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi muncul dari kenyataan bahwa peserta didik mempunyai berbagai perbedaan, baik dalam kemampuan, kepribadian, pengalaman, minat, bakat, bahasa, budaya, sampai gaya belajar. Jadi tidak adil jika dilakukan penilaian yang sama untuk seluruh siswa. Pendidik mesti memperhatikan berbagai perbedaan tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketika mengisi acara perayaan Hari Guru Nasional 2022: Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 27 November 2022, Maudy Ayunda mengatakan bahwa guru adalah sosok paling berjasa dalam hidupnya. Sebab, gurunya senantiasa menghadirkan inovasi yang membuatnya tumbuh menjadi pencinta belajar, pencinta ilmu.

Maudy mengatakan, saat memberikan tugas, gurunya memperbolehkan Maudy untuk mengumpulkan tugas tersebut dalam berbagai bentuk, seperti musik, video, tarian, gambar, maupun tulisan. Menurutnya, hal itu membuatnya lebih kreatif dalam mengekspresikan minat dan bakatnya.

Sepenggal cerita tentang pengalaman belajar Maudy Ayunda tersebut menunjukkan suatu praktik pembelajaran yang baik. Pembelajaran akan berkesan untuk peserta didik apabila mereka memiliki kemerdakaan dalam mengekspresikan dirinya. Setiap peserta didik memiliki keunikan dan potensinya masing-masing. Oleh karena itu, pendidik mesti menghadirkan pembelajaran yang mampu menumbuhkan setiap potensi peserta didik, bukan menyeragamkan mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Konsep pembelajaran seperti itu dinamakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang menyesuaikan dengan karakteristik dan gaya belajar peserta didik. Peserta didik mempelajari materi atau konten pelajaran berdasarkan kemampuannya, kesukaannya, dan kebutuhan individu sehingga mereka tidak frustrasi dan merasa gagal selama proses pembelajaran (Breaux dan Magee, 2010; Tomlinson, 2017; Fox dan Hoffman, 2022).

Dengan kata lain, pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang tepat (teaching at the right level). Pembelajaran yang tepat atau sesuai dengan kesiapan, minat, karakteristik, dan gaya belajar peserta didik yang beragam.

Pembelajaran berdiferensiasi muncul dari kesadaran akan kenyataan bahwa peserta didik mempunyai berbagai perbedaan, baik dalam kemampuan, kepribadian, pengalaman, minat, bakat, bahasa, budaya, sampai gaya belajar. Oleh sebab itu, akan tidak adil jika pendidik menyediakan proses pembelajaran dan penilaian yang sama untuk seluruh peserta didik. Pendidik mesti memperhatikan berbagai perbedaan peserta didik dan berupaya untuk memberikan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Latar Belakang Pembelajaran Berdiferensiasi

Secara teoritis, pembelajaran berdiferensiasi berdasar pada pandangan filosofis, sosiologis, dan hukum.

Tujuan pendidikan Indonesia dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat pendidik, yaitu progretivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progretivisme mamandang bahwa kesalahan atau kekeliruan merupakan hal yang wajar karena itu bagian dari proses belajar. Aliran konstruktivisme memandang ilmu pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja dari pendidik kepada peserta didik. Hal itu karena ilmu pengahuan bukan sebuah produk jadi, melainkan suatu proses yang bergerak terus-menerus. Oleh karena itu, peserta didik mesti aktif menginterpretasi dan mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Aliran humanisme memandang bahwa setiap peserta didik memiliki kekhasan potensi dan motivasi belajar.

Dengan demikian, dalam proses pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang secara kreatif mampu membentuk pemahamannya sendiri akan suatu pengetahuan. Sedangkan pendidik berperan sebagai teman belajar, motivator, dan pelayan pembelajaran demi mengantarkan peserta didik mencapai tujuannya masing-masing.

Selanjutnya, berdasarkan aspek sosiologis, konsep pembelajaran berdiferensiasi sesungguhnya telah digagas oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD), Bapak Pendidikan Indonesia. KHD berpendapat bahwa pendidikan mesti menghargai heterogenitas peserta didik. Setiap perbedaan peserta didik mesti dilayani dengan bijak dan tidak boleh diseragamkan.

Hal itu didukung pula oleh konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD, Zone of Proximal Development) dan kecerdasan majemuk (multiple intelligences).

Dalam konsep ZPD, kemampuan peserta didik dibedakan menjadi dua, yaitu kemampuan aktual dan kemampuan potensial. Kemampuan aktual adalah kemampuan nyata peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya, sedangkan kemampuan potensial adalah tingkat optimal suatu kompetensi yang akan tercapai apabila peserta didik mendapat dukungan, baik dari pendidik maupun teman belajarnya. Dengan demikian, pendidik mesti menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif untuk mendukung setiap peserta didik mencapai potensi maksimalnya.

Kemudian, pembelajaran berdiferensiasi juga berdasar pada konsep kecerdasan majemuk. Dalam konsep kecerdasan majemuk, kecerdasan manusia terbagi menjadi delapan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, spasial-visual, kinestetik-jasmani, musikal, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Oleh karena itu, proses pembelajaran mesti mempertimbangkan keberagaman kecerdasan yang dimiliki peserta didik dan mendorong peserta didik untuk berprestasi sesuai dengan jenis kecerdasannya.

Lalu, berdasarkan aspek hukum, pembelajaran berdiferensiasi tertuang dalam Undang-Undangn Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 12 yang menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Pasal 36 juga menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan mesti dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Landasan filosofis, sosiologis, dan hukum tersebut menujukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan gagasan untuk meningkatkan mutu dunia pendidikan Indonesia.

            Aspek Pembelajaran Berdiferensiasi

Untuk mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi, pendidik perlu memperhatikan empat aspek, yaitu konten atau materi pelajaran, proses belajar, produk belajar, dan lingkungan belajar. Pendidik mesti merancang empat aspek tersebut guna memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai dengan karakteristik, minat, dan gaya belajar mereka.

Pertama, diferensiasi konten. Konten atau materi pelajaran adalah seperangkat pengetahuan yang akan diajarkan oleh pendidik atau pengetahuan yang akan dipelajari oleh peserta didik. Pendidik dapat menyesuaikan konten atau materi pelajaran berdasarkan kesiapan dan minat belajar peserta didik, serta menyesuaikan cara belajar yang akan dijalani peserta didik. Sajian materi pelajaran yang bervariasi, yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat kemampuan peserta didik, akan menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna bagi mereka.

Kedua, diferensiasi proses. Aspek diferensiasi proses mengacu pada kegiatan yang dilakukan peserta didik di lingkungan belajarnya. Setiap peserta didik memiliki kecenderungannya masing-masing dalam menempuh pembelajaran. Ada peserta didik yang senang berdiskusi dan bekerja dalam kelompok, sedangkan yang lain lebih nyaman mengerjakan tugas secara mandiri. Ada peserta didik yang akan lebih mudah memahami materi apabila menggunakan media gambar, sedangkan peserta didik lain cukup dengan tulisan.

Oleh sebab itu, pendidik perlu merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Penilaian yang dilakukan pendidik pun bukan sekadar penilaian numerik, tetapi penilaian kualitatif berupa catatan atau umpan balik mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan oleh peserta didik.

Ketiga, diferensiasi produk. Seperti kisah Maudy Ayunda di atas, pendidik perlu memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengekspresikan pemahamannya melalui berbagai hal. Hasil belajar peserta didik dapat beragam sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Kebebasan dalam memilih produk yang ingin dihasilkan akan membuat peserta didik lebih percaya diri terhadap pengetahuan, kemampuan, dan karakteristiknya. Pendidik mesti menghindari penyeragaman produk belajar yang monoton karena akan mematikan kreativitas dan potensi peserta didik.

Keempat, diferensiasi lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada ekosistem pembelajaran akan menunjang proses pembelajaran dan mendukung peserta didik mencapai potensi terbaiknya. Lingkungan belajar yang baik dapat dilihat dari dua sisi, yaitu fisik dan nonfisik atau psikis. Secara fisik, lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang bersih, rapi, dan sedap dipandang.

Secara psikis, lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang suportif, setiap penghuninya saling menghormati, jauh dari tindak perundungan, sehingga mampu mendorong peserta didik menjadi versi terbaik dirinya. Lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik akan menciptakan rasa nyaman dan membuat peserta didik senang belajar di dalamnya.

            Generasi Emas Indonesia

Target besar pendidikan Indonesia adalah menciptakan generasi emas yang berprofil pelajar Pancasila. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan mesti bersifat fleksibel. Fleksibilitas kurikulum tersebut menuntut adanya pembelajaran yang berdiferensiasi, pembelajaran yang memberikan kemerdekaan belajar kepada peserta didik. Keragaman peserta didik mesti diakomodasi dengan baik sehingga mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat dengan jalannya masing-masing.

Yogyakarta, 2022-2023

Profil Penulis

Febrian Eka Ramadhan. Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Bertempat tinggal di Sedayu, Bantul. Dapat dihubungi melalui surel febrian_ekaramadhan@yahoo.co.id.

Ikuti tulisan menarik Febrian Eka Ramadhan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB