Kata Mutiara Rumi Tentang Kesulitan dan Hikmahnya

Senin, 20 Maret 2023 11:47 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Maulana Jalaludin Rumi punya banyak sekali kata mutiara yang menginspirasi jutaan orang. Inilah kata mutiaranya tentang kesulitan dan hikmahnya.

Oleh: Bambang Udoyono

Siapa tidak kenal dengan Maulana Jalaludin Rumi?  Sang sufi dari Konya, Turkiye ini karyanya tak pernah berhenti menginspirasi jutaan manusia di seluruh dunia. Puisi puisinya sungguh telah memesona manusia sejak abad ketigabelas sampai detik ini.  Berikut ini petikan salah satu kata mutiaranya tentang kesulitan dan hikmahnya yang terkesan paradoksal.  Mari kita bahas.

 

I rejoice when I suffer. I flourish when I am ruined. I look quiet like the earth, but my wailing reaches the sky like thunder. (Aku bergembira bersuka cita ketika aku menderita.  Aku berkembang ketika aku hancur.  Aku diam seperti bumi, tapi ratapanku menggapai langit seperti guntur)

 

Kata mutiara Rumi itu berpijak pada Islam.  Ada beberapa hadist yang mengutarakan bahwa penderitaan yang dialami oleh orang beriman akan membawa manfaat. 

 

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa- dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun- daunnya”. (HR.Bukhari no 5660 dan muslim no 2571).

 

“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka,”(HR. Ibnu Majah no. 4031).

 

Di hadist lain dikatakan bahwa tertusuk duri juga membawa kebaikan.

“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya,”(HR. Bukhari no. 5641).

 

Itulah sebabnya Rumi mengatakan bahwa dia bergembira ketika dia menderita.  Dan dia berkembang ketika dia hancur.  Kata hancur di sini saya tidak mengartikan sebagai kehancuran fisik atau mental.  Tapi saya mengarrtikan sebagai hal lain.  Bisa jadi kegagalan, kerugian usaha bisnis. Mungkin juga diphk dsb.

 

 

Segala kesulitan yang dialami manusia ada hikmahnya.  Tapi syaratnya manusia harus rido.  Kalau kita tidak menerima maka kita tidak akan mendapat manfaatnya.

 

Ada lagi kata mutiara Rumi yang senada dengan itu. The days that break you are the days that make you.  Saat saat sulitmu adalah saat yang membentukmu (membuat kamu berhasil).  Allah swt sudah menegaskan di dalam Al Qur’an bahwa manusia akan diuji dengan berbagai kesulitan.

 

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah [wahai Nabi Muhammad], kabar gembira kepada orang-orang sabar, [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn’ [sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali]. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. Al-Baqarah :155-157).

 

Dijelaskan di ayat di atas bahwa manusia akan mendapatkan ampunan, rahmat dan petunjuk.  Bukankah itu sebuah keberuntungan besar?  Itulah paradoks kehidupan.  Itulah sebabnya Rumi mengatakan bahwa dia bergembira pada saat dia menderita.  Dan dia berkembang ketika dia hancur. 

 

Rumi tidak sedang bercanda Ketika mengutarakan kata mutiaranya. Memang ternyata di balik segala kesulitan itu Allah sudah menyiapkan hadiah yang besar sekali. Ternyata saat sulit adalah saat yang membahagiakan.  Tentu saja syaratnya manusia harus rido agar mampu menemukan hikmahnya.

 

Jadi mari kita menata hati agar rido menerima segala macam ujian dari Allah.  Saat ini Covid-19 sudah mulai reda, tapi dampak buruknya masih terasa. Ekonomi masih belum sepenuhnya bangkit.  Meskipun demikian kalau kita rido maka kita akan mampu memetik hikmahnya.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler