Melatikrisan (16)
Minggu, 26 Maret 2023 06:34 WIB![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/all/2023/03/26/f202303260038236.jpg)
![img-content](https://webtorial.tempo.co/mulyana/indonesiana/desktop/assets/image/ads/adsartikel.png)
Melatikrisan (16) Kenangan. Angan tiba ataupun telah lalu. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Transendental jernih jiwa. Cerita sunyi, cinta, asmara tak kunjung padam. Salam kasih sayang saudaraku.
Waktu telah lama lewat. Malaikat pencatatmu baru saja menyampaikan kepada Sang Maha Langit. Kabar berikutnya kepadaku, katanya kau telah di rumah cahaya. Tafakur, pada syukur aku panjatkan. Secepat itu kau di sana. Lantas kapan waktuku tiba, mendampingimu kekasih.
Tak lama berselang, datang suratmu kepadaku. Kau tak lagi perlu penderitaan ataupun kebaikan. "Di sini sempurna tak serupa apapun," katamu. Tak ada cerita apapun tentang kefanaan. Kekal mengkristal kini sudah. Ikhlasku tertampak bening olehmu. Pesan terpenting darimu kepadaku "Jangan pernah menghitung seberapa besar ataupun seberapa kecil, menerima atupun memberi. Keluasan Fitrah-Nya, tak serupa luas apapun."
Ya Rabana, Ya Alkarim. Sejak tak pernah tahu dihidupkan, sejak itu pula aku di lahirkan rahim ibuku. Hidup ini sungguh sederhana sebagaimana tampaknya, lahir, hidup, sampai tiba perjalanan akhir kisahku, di antara kilauan spektrum pemberi tanda-tanda perjalanan pagi, siang, sore menuju malam. Bersujud saja, ikhlas. Maka jawaban dari kesabaran hadir di luar sangkaku.
Ya ... Kekasih, rumpun melatikrisan, terpelihara dengan baik, sebenar air menyiram jiwa tetumbuhan, bersemi tak terlihat oleh kesabaran, tanwujud terkembang, sang kala mendewasakan tumbuh kembang asmarandana serenade biru muda. Sari bunga menghidupi para serangga melukis warna waktu purnama. Matahari sembunyi perlahan malu-malu rembang petang.
Di bahuku kau pernah bilang cemburu pada ketika aku lupa mengecup keningmu sebelum peraduan memeluk malam. Kerinduan setiap hari, meski kau tahu aku senantiasa ada untukmu. Kau lepas, girang melompat menari kian kemari. Senyuman segera ingin usai kewajibanmu di arena koreografi. Ya, aku setia bersama waktu tunggu, setelahnya rebah kudus cinta itu, kehangatan menyatu jiwa melekat tak ingin lepas.
Senada irama mengombak aroma pandan tak ingin melepaskan ranum putik bunga. Membisik mawar pada ilalang melepas embun di atasnya. Serumpun huma menyimpan gerimis, awan-awan hujan menghimpun badai kumulus menjejak petir bersahutan. Menggelegak temaram melepas fajar sidik kaki langit. Pelangi tersipu-sipu memberi warna.
Bola matamu galak, melepas pesan. Setiap kali mengantarmu ke arena pengajaran. Padahal hanya beberapa waktu saja masing-masing menjalankan kewajiban mengolah hidup, meski kau tahu, aku, kembali menjemputmu, setelah rutinitas kerja memisahkan, kita. Tali kasih mengikat erat komitmen kesetiaan ... Truly loved you ...
***
Jakarta Indonesiana, Maret 26, 2023.
![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/profile-default.jpg)
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/all/2024/07/02/f202407021426309.jpg)
Antumbra
Selasa, 2 Juli 2024 19:30 WIB![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/all/2024/06/25/f202406251613163.jpg)
Eskrim Pop Up (35)
Selasa, 25 Juni 2024 19:34 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler