Melatikrisan (17)

Sabtu, 1 April 2023 16:15 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melatikrisan (17) Kenangan. Angan tiba ataupun telah lalu. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Transendental jernih jiwa. Cerita sunyi, cinta, asmara tak kunjung padam. Salam kasih sayang saudaraku.

Kalau gajah mati meninggalkan gading, aku, tak pernah tahu akan meninggalkan apa. Sejak balita tertatih-tatih belajar jalan, Ibu, senantiasa menyuarakan kata-kata, paham atau tidak, sampailah waktu, aku, bersuara sebagaimana aku meniru kata-kata Ibu. Menggendong, mengasuh welas asih terekam lengkap sampai, aku, bisa berlari selangkah-selangkah.
 
Makna tertangkap bunyi alfabetis, awal mula duduk di kursi kelas sekolah, selebihnya aku mengeja kata satu lalu menjadi dua, membaca buku cerita, mengenali huruf besar atau huruf kecil di koran Ayah, selepas pulang sekolah. Melatih menulis halus huruf miring, mengurai perkalian sampai dengan pembagian angka dalam kurung buka atau tutup, kepangkatan berbanding kuadrat awal mula ilmu pasti. 

Tapi, aku gemar ilmu sosial. Kepala sekolah geleng-geleng kepala, pada ketika itu IPA idaman siswa SMA, aku memohon dipindahkan ke IPS, aku jatuh cinta pada bentuk-bentuk seni sejak sekolah dasar-menengah pertama. Perjalanan hidup memberi warna berbeda-beda, sempat mampir di universitas, hatiku bilang, lebih baik memilih autodidak, di ranah itu aku bertemu eksak-noneksak, barangkali itu Fitrah Ilahi.

Bilangan matematis, serupa perkalian berbanding vertikal ke horizontal atau sebaliknya, memelesat anak panah Arjuna, bertemu anak panah Kresna di angkasa, pada batas kulminasi gravitasi, sebuah benda akan kembali ketitik awalnya, setelah cukup waktu melalui ruang hampa, seterusnya akan melewati pula garis maya. Sampailah ia kembali ke habitat titik awalnya, meski hal itu bukan akhir dari perjalanan.

Hidup bukan pertaruhan gelanggang gladiator, sesungguhnya ia mengalir alami di garis bujur Jagat Buana antar Bimasakti, itu sebabnya pula sukma mengendalikan tubuh, sebagaimana duet gravitasi-frekuensi saling terikat tak terpisahkan di ranah hukum Ilahi, mengendalikan akal budi semesta, mencipta sehat jasmani-rohani, kontrol sosial kemaslahatan pilihan-pilihan, kiri atau kanan, siang atau malam.

***

Jakarta Indonesiana, April 01, 2023.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Antumbra

Selasa, 2 Juli 2024 19:30 WIB
img-content

Eskrim Pop Up (35)

Selasa, 25 Juni 2024 19:34 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua