x

ilustrasi peserta tengah berjalan keluar dari ruangan

Iklan

Lidia Dewi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 April 2023

Minggu, 9 April 2023 09:01 WIB

Unik, Tradisi Sambut Kedewasaan di Jepang

Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dalam suatu kelompok yang dimiliki dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi. Budaya meliputi unsur cara berkomunikasi, pakaian, adat istiadat, agama, bahasa, dan seni. Istilah budaya sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, ‘buddhayah’ yang berasal dari bentuk jamak ‘buddhi’ yaitu budi atau akal artinya sesuatu yang berhubungan dengan budi atau akal manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap individu yang lahir pasti akan melewati berbagai fase dalam kehidupan mulai dari bayi, anak anak, dewasa, tua, hingga berujung pada kematian. Fase dewasa merupakan salah satu peralihan bagi seseorang untuk meninggalkan masa anak anak. Tahap ini juga merupakan tanda seseorang telah dianggap cukup umur untuk memasuki jenjang pernikahan dan memulai kehidupan baru. Umumnya, jika seseorang dianggap dewasa maka hal tersebut dapat dinilai melalui perubahan fisik, mental hingga cara berpikirnya. Namun, beberapa negara ternyata memiliki cara tersendiri untuk menandai kedewasaan seseorang.

Contohnya, Indonesia yang memiliki upacara Potong Gigi sebagai tolak ukur penanda kedewasaan seseorang. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali ini dikenal sebagai Metatah, Mepandes atau Mesangih. Hampir serupa dengan Indonesia, Jepang juga memiliki upacara Seijin Shiki untuk menyambut dan menandai kedewasaan seseorang.

Yuk, mari simak penjelasannya!

Mengenal Upacara Seijin Shiki

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seijin Shiki adalah upacara tahunan yang diadakan pada minggu kedua bulan Januari untuk menyambut hadirnya orang dewasa baru Jepang. Upacara ini dilakukan bertepatan dengan hari libur nasional yaitu Seijin no Hi. Upacara tersebut umumnya diselenggarakan di gedung pertemuan atau aula milik pemerintah setempat. Tujuan dari diadakannya upacara ini yaitu untuk menyambut hadirnya orang dewasa baru di masyarakat Jepang.

Sejarah Awal Perayaan Seijin Shiki

Awalnya upacara ini diadakan bagi generasi muda di Jepang dengan tujuan untuk memberi harapan dan semangat yang telah luntur akibat adanya Perang Dunia II. Upacara tersebut dirintis oleh pemuda bernama Takahashi Shojiro di sekolah dasar kota Warabi, Prefektur Saitama. Kemudian pada tahun 1948, pemerintah Jepang menginisiasi contoh perayaan seinen-sai sebagai Seijin no Hi. Sejak saat itu, pemerintah menetapkan upacara tersebut diadakan setiap tanggal 15 Januari yang kemudian diubah pada minggu kedua bulan Januari sesuai dengan sistem Happy Monday.

Rangkaian Acara Seijin Shiki

Dimulai dengan para peserta yang datang dan berkumpul dengan membawa surat undangan yang sebelumnya telah diberikan oleh pemerintah. Pelaksanaan acara ini berlangsung memakan waktu kurang lebih 2 jam. Kemudian, para peserta akan diberi ucapan selamat dan pidato yang disampaikan oleh walikota setempat. Beberapa walikota terkadang memberikan mereka hadiah kecil berupa pen, jam, atau buku catatan.

Setelah acara berakhir, mereka akan keluar dan melakukan kegiatan terpisah dari kelompoknya masing masing seperti mengunjungi kuil untuk berdoa serta sesi foto bersama teman dan keluarga. Beberapa diantaranya juga akan pergi dan mengadakan pesta jamuan atau minum minum sebagai pencapaian bertambahnya usia mereka.

Ketentuan Pakaian Seijin Shiki

Dalam acara tersebut, pakaian yang digunakan saat perayaan Seijin Shiki harus menggunakan pakaian formal. Para perempuan akan mengenakan furisode atau jenis kimono lengan panjang formal dan menggunakan zori atau alas kaki tradisional dengan riasan wajah dan hasil tata rambut terbaiknya, sementara laki laki akan mengenakan setelan haori yang digabungkan dengan bawahan berupa hakama.

Makna Upacara Seijin Shiki

Makna dari filosofi yang terkandung dalam tradisi Seijin Shiki ini yaitu sebagai langkah untuk memahami arti kedewasaan sebenarnya. Mereka yang telah memasuki fase ini juga dituntut untuk belajar sebaik mungkin dalam mempersiapkan diri menuju awal kehidupan yang baru baik secara fisik maupun mental.

Terlepas dari budayanya, tradisi ini mencerminkan betapa pentingnya fase kedewasaan bagi masyarakat Jepang. Mereka yang telah beranjak dewasa mendapatkan kebebasan untuk memilih dan diharapkan mampu mengemban tanggung jawab yang lebih besar.

 

Nah, bagaimana menurut kalian setelah membaca penjelasan diatas? Coba berikan komentarmu ya!

Ikuti tulisan menarik Lidia Dewi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB