x

sumber foto: Well+Good

Iklan

Hakiki Ide Wicaksana

Mahasiswa Studi Kejepangan, Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Airlangga
Bergabung Sejak: 10 April 2023

Selasa, 11 April 2023 11:11 WIB

Resesi Seks dan Penurunan Populasi, Bagaimana Jepang Mengatasinya?

Resesi seks, penurunan populasi, faktor-faktor, serta cara pemerintah Jepang dalam mengatasinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jepang merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan memiliki budaya yang kaya dan beragam. Banyak orang-orang di dunia memasukkan rencana destinasi liburannya maupun keinginannya untuk bekerja di  Jepang.

Pada 2023 ini Jepang sedang menghadapi masalah yang cukup serius, yakni populasi penduduknya selalu menurun. Hal itu karena terjadinya resesi seks, yaitu di mana pria dan wanita tidak memiliki ketertarikan dalam berpasangan dan berhubungan badan untuk memiliki anak. Resesi seks menjadi perhatian karena masalah ini sangat berdampak dengan kelanjutan negara, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial di negara Jepang.

Pada tahun 2020, dilaporkan bahwa populasi Jepang pada tahun tersebut mencapai 125,6 juta penduduk. Di tahun berikutnya, populasi Jepang menurun 0,2% menjadi 125,3 juta penduduk. Di tahun 2022 persentase penurunan bertambah 0,4% menjadi 124,8 juta penduduk. Laporan tersebut menandakan bahwa dalam 3 tahun berturut-turut, populasi Jepang berkurang dan semakin memburuk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


Ada banyak faktor yang mendasari dalam terjadinya resesi seks dan penurunan populasi ini, seperti biaya hidup yang mahal untuk membiayai seorang anak, lebih memilih fokus terhadap karirnya, dan orang Jepang tidak jago dalam hal asmara. Pemerintah Jepang selalu mencari cara bagaimana dapat mengatasi masalah ini, namun setiap tahunnya rencana Jepang dalam menyelesaikan masalahnya kurang berhasil.


Masalah biaya hidup untuk anak membuat masyarakat Jepang enggan memiliki anak karena dianggap merepotkan jikalau memiliki anak harus membiayai anaknya yang masih kecil dengan biaya yang tidaklah kecil. Walaupun pekerjaan yang ada di Jepang memiliki gaji yang cukup tinggi, namun itu saja belum cukup untuk kebutuhan sehari-harinya, sehingga orang-orang Jepang lebih memilih untuk tidak memiliki anak saja. Dengan tidak memiliki anak, orang-orang Jepang juga tidak terbebankan dengan kebutuhan anak dan bisa bebas melakukan apapun yang mereka mau. Minimnya kelahiran anak ini membuat sejumlah sekolah di Jepang ada yang tutup karena kurangnya pendaftar murid atau anak kecil.


Selain itu, masyarakat Jepang lebih memilih untuk fokus karirnya terlebih dahulu yang disebut dengan istilah Karoshi (過労死). Karoshi merupakan seseorang yang memiliki watak yang gila kerja, sehingga hampir setiap harinya mereka selalu bekerja tanpa henti sehingga kesehatannya terganggu dan bahkan menyebabkan kematian. Seseorang fokus terhadap karirnya bukan karena dia senang untuk bekerja, melainkan mereka takut untuk dipecat. Sebagai orang Jepang untuk mencari pekerjaan di Jepang berada di tingkatan yang sulit. Sehingga sekalipun dia diterima di salah satu tempat kerjanya, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Namun, karena aturan jam kerjanya yang sangat panjang menyebabkan orang Jepang yang bekerja sering untuk lembur. Pemerintah Jepang telah memberikan peraturan tentang pembatasan kerja lembur maksimal 30 jam dalam satu bulan jam lembur, dan sisanya tergantung pekerja itu sendiri. Walaupun ada peraturan tersebut, masalah karoshi belum juga terpecahkan. Karena seseorang memiliki watak gila kerja, mereka tidak punya waktu untuk memikirkan tentang hubungan asmara maupun memiliki anak.


Ada satu hal unik mengapa populasi di Jepang mengalami penurunan karena beberapa orang Jepang yang memilih untuk menyendiri hingga mengalami penuaan. Seseorang memilih untuk menikmati hidup dengan menyendiri hingga tua dan mati sendiri, sehingga mereka tidak terpikirkan beban lain seperti hubungan asmara dan memiliki anak. Hal unik tersebut adalah sebuah fenomena yang beberapa orang Jepang memilih untuk menyendiri atau mengurung dirinya sendiri di sebuah kamar rumahnya atau di sebuah apartemen. Fenomena ini disebut Hikikomori (引き籠もり).  Mereka menganggap bahwa dia tidak diterima oleh orang-orang di luar dan lebih memilih untuk menyendiri di ruangan kecil dan menunggu hari kematiannya tiba. Hikikomori menyebabkan dia kurang untuk bersosialisasi dengan sekitar dan kebanyakan hikikomori berada pada golongan usia 20-29 tahun. Untuk mengetahui keberadaan di luar kamarnya, biasanya dia memiliki sebuah komputer atau laptop untuk membaca berita terkini atau artikel, dan melakukan kegiatan sehari-harinya dengan bermain game, menonton acara televisi, hingga mencari uang di internet demi kebutuhan pangannya.


Karena pada dasarnya orang Jepang sering mengalami stres, kasus bunuh diri di Jepang juga sangat tinggi. Inilah salah satu mengapa populasi di negara Jepang menurun secara drastis. Orang Jepang mengalami stres di segala faktor, misalnya stres karena masalah pekerjaannya, stres karena sering dirundung di sekolahnya, stres karena masalah biaya hidupnya yang kurang, stres karena sulitnya mencari pekerjaan, dan masih banyak lagi. Pada intinya, mereka memiliki masalah pada kesehatan mental dan kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar. Pemerintah Jepang sudah berusaha untuk mengurangi tingkat bunuh diri melalui berbagai program pencegahan, namun nyatanya dari tahun ke tahun semakin naik dan mayoritas laki-laki yang melakukan bunuh diri.


Pemerintah melakukan segala cara untuk bagaimana resesi seks dapat terhentikan. Uniknya, pemerintah Jepang memiliki cara yang unik untuk menghadapinya, yaitu menjodohkan dan dinikahkan bagi yang belum menikah. Hal ini unik karena baru ini pemerintah yang mengatur dalam hubungan asmara masyarakat Jepang dalam menghentikan masalah resesi seks. Segala cara pemerintah Jepang mencoba dan berupaya keras mengatasi masalah ini. Selain itu, Fumio Kishida (Perdana Menteri Jepang) mengumumkan kebijakan bahwa akan ada badan khusus masalah mengenai anak dan pengasuhan anak. Pada April 2023, pemerintah akan meluncurkan Badan Anak dan Keluarga dengan tujuan untuk mendukung para orang tua dan memastikan “keberlanjutan” di negaranya.


Sudah seharusnya masyarakat Jepang juga sadar akan penurunan populasi dari tahun ke tahun. Jika masalah penurunan populasi terus terjadi, diperkirakan beberapa tahun ke depan, Jepang akan punah. Masyarakat Jepang perlu berkolaborasi dengan pemerintah Jepang untuk menemukan solusi yang efektif. Upaya yang perlu dilakukan seperti meningkatkan dukungan bagi pasangan dan keluarga, meningkatkan kesadaran akan pentingnya suatu hubungan romantis dan seksual, serta menyediakan layanan dan dukungan untuk membantu seseorang dalam mencari pasangan hidup.


KESIMPULAN

Jepang selalu dihadapi dengan masalah penurunan populasi. Resesi seks menjadi permasalahan di tahun 2023 karena berdampak dengan kelanjutan negara dan kesejahteraan sosialnya. Setiap tahunnya, pemerintah Jepang kurang berhasil dalam mencari cara untuk mengatasi masalah penurunan populasi. Beberapa faktor seperti biaya hidup anak yang mahal dan tidak jago dalam sebuah hubungan romantis menjadi suatu masalah terjadinya resesi seks. Dan stres juga menjadi faktor dalam menurunnya populasi yang drastis, sehingga perlunya layanan psikologi bagi seorang individu agar stres seseorang dapat teratasi. Program dijodohkan oleh pemerintah Jepang menurut penulis sedikit memaksa, karena seorang pria dan wanita semata-mata berjodoh bukan karena saling cinta, tetapi karena suatu paksaan. Diharapkan bahwa masyarakat Jepang dan pemerintah dapat bekerja sama dan mencoba untuk mencari tahu bahwa hubungan romantis adalah sesuatu yang menyenangkan dan masyarakat Jepang perlu memahaminya.

 

DAFTAR PUSTAKA

CEIC. (n.d.). Jepang Populasi. CEIC. Diakses 30 Maret 2023, dari https://www.ceicdata.com/id/indicator/japan/population

Dedi. (2023). Alami Resesi Seks, Pemerintah Jepang Undang Para Jomblo untuk Dinikahkan. VIVA. Diakses 30 Maret 2023, dari https://www.viva.co.id/berita/dunia/1580267-alami-resesi-seks-pemerintah-jepang-undang-para-jomblo-untuk-dinikahkan

Firmansyah, G. (2019). 5 Fakta Karoshi, Budaya Gila Kerja di Jepang yang Akibatkan Kematian. IDN Times. Diakses 30 Maret 2023, dari https://www.idntimes.com/science/discovery/ganjar-firmansyah/5-fakta-karoshi-gila-kerja-di-jepang-yang-mengakibatkan-kematian-c1c2

Tim detikcom. (2023). Jepang Siaga 1 Resesi Seks, Pemerintah Bentuk Badan Khusus. detikTravel. Diakses 30 Maret 2023, dari https://travel.detik.com/travel-news/d-6552851/jepang-siaga-1-resesi-seks-pemerintah-bentuk-badan-khusus

Wikipedia. (n.d.). Hikikomori. Wikipedia. Diakses 30 Maret 2023, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Hikikomori

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Hakiki Ide Wicaksana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB