salam, salam, pemimpin hirarki
yang berbahagia dan diberkati.
******
pagi hari, kau datang ke gereja, datang untuk bertemu bapa.
lonceng berbunyi, padre membawa kitab suci ke meja altar.
seluruh umat, termasuk kau, berdiri menghadap ke arahnya.
tiba-tiba matamu jatuh pada gaun ungu di tubuh sang hawa.
gaun ungu?
mengapa gaun ungu begitu mengusik matamu?
bukankah gaun ungu hanya pranata, hiasan dunia,
sama seperti lilin, kursi, meja, pengeras suara,
kain kafan, juga patung patung dingin yang sepi?
mengapa gaun ungu begitu mengusik matamu?
liturgi tengah berjalan dan matamu abai;
tak lagi mengarah pada tubuh dan darah.
seekor unta melepas segala
'tuk melewati lubang jarum
sedang matamu sibuk
dengan kain kafan ungu
"siapa melihat akan buta
siapa buta akan melihat"
makna hilang selayang pandang
tanganmu tak bisa menahan goda;
kain kafan ungu abadi dalam kamera.
tanganmu, ya, tanganmu itu!
tangan yang pernah menerima buah waktu;
tangan yang tak mampu menggenggam janji;
tangan yang dilumuri darah adiknya sendiri;
tangan yang mahir membuat semangkuk bubur kacang;
tangan yang menerima kantung 30 keping perak;
tangan yang memotong daun telinga dengan pedang;
tangan yang dicuci di depan mata para orang buta;
tangan yang telah membunuh anak rahim ibunda;
tangan yang dulu tak berani melempar batu
kini berani melempar belati ke dada hawaku
—kekasihku tercinta
sudah bersih kau rupanya, adam?!
Ikuti tulisan menarik Jerpis M. lainnya di sini.