x

Iklan

Riandy Kadwi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Juli 2022

Senin, 1 Mei 2023 15:55 WIB

Silabus Politikus

3 min. read

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pertama-tama dan yang paling utama dari segalanya

Selamat datang untuk para penantang maut

Kalian selangkah lebih dekat dengan kematian

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan setengah raga dan jiwa di ambang karam, di tengah-tengah medan peperangan

Tanggalkan keyakinan, ideologi, identitas di depan altar kebebasan juga simpan keragu-raguan,kecemasan, pandangan moral, logika nalar, dan naluri kritis di sudut terpencil lalu kunci rapat-rapat dalam diri anda

Hiraukan bisikan-bisikan tak dikenal, bunuh saja bila perlu 

Itu adalah nurani anda

 

Pertemuan i

 

“Kalian pasti familiar dengan Si Buta dari Gua Hantu yang rela membutakan matanya demi menaklukkan kegelapan dunia,” begitulah politisi itu membuka kelas. “Kedamaian merupakan sebuah titik pertama yang diawali kegelapan bagi yang masih bernyawa.” lanjutnya merasuki kepala-kepala kopong para calon politikus.

 

Hari ini bilang begini

Urusan besok, ya, bilang saja begitu 

Untung saja kita generasi keblinger dan pelupa akut

Intinya, urusan kemarin tak perlu khawatir

Seperti bocah yang mudah bosan dengan mainan lamanya

Mereka pasti sudah menemukan yang baru untuk dibenci

 

Pertemuan ii

 

Dibalik mata yang layu

Telinga yang menyusup tak segan

Di antara tinta-tinta deras mengalir

Thomas Hobbes mengatakan: sifat dasar manusia adalah saling memangsa

 

Takdirmu jurang tak bertepi

Senyummu padang pasir tandus tiada oasis

 

Pulanglah, dan

Asah lidah mu setajam mungkin

 

Musim berburu akan segera tiba

 

Pertemuan iii

 

Kita adalah waktu

 walau yang tak pernah diinginkannya

 

Kota hanyalah ambisi

 ‘tuk memburu lalu

 mengoyak-ngoyak ekor sendiri

 

Bercerminlah di manapun

 di telaga bapakmu

 di kemewahan

 di lantai marmer

 di langit-langit kaca

 di jargon-jargon

Seolah Narkissos dan bayang-bayangnya

 merasuki mu

 

Karna kita dan kota

 dikutuk oleh yang takkan pernah

 bisa dijadikan cermin:

Waktu

 

Ujian (Kerja Praktis)

 

Bentangkan janjimu

seluas Samudera Hindia

Tumpahkan hingga manis seisi-isinya

 

Sajikan senja terelok

di muka rumah mereka

Senandungkan lirih ke inti nalar mereka

sebuah lullaby

Niscaya keseakanan ‘kan terbit

Ikuti tulisan menarik Riandy Kadwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler