Tak Berguna; Dialog Jiwa dan Raga.
Terhimpit dinding-dinding tebal berkelabu
Usang dan berdebu
Diam terpaku tak berdaya
Mencoba terlepas, namun tak bisa
Pintu terbelenggu gembok kokoh, meskipun sudah karatan
Engsel terlihat segar mengkilap seperti habis dibersihkan
Warna perak menghiasi pintu itu dengan cantik
Ratusan pengeras suara juga turut andil dalam menghiasi ruangan
Tak berguna
Tubuh sehat nan segar tak bisa membuka pintu itu
Entah apa yang dipikirkan jiwa ini hingga ia mau menghuni raga itu
Betapa lemahnya jika dipersatukan
Bagai alu pencungkil duri
Terkurung dengan suara gaduh yang memekakan telinga, sepi dalam keramaian
Menutup kupingpun percuma
Menghantam pengeras suara sialan itu pun juga percuma
Tak ada benda lain di ruangan
Tegakah jiwa meninggalkan raga di tempat memuakaan seperti itu?
Mereka sudah menyatu sejak lama
Mungkinkan perpisahan mereka sudah dekat?
Tak ada yang tahu
“Wahai Jiwa, sudikah engkau menahannya sebentar saja?”
“Oh, Raga. Bagaimana mungkin aku bisa menahannya?! Lolongan itu membuatku muak! Tiada hentinya mereka menancapkan belati melalui mulutnya.”
“Biarkanlah mereka berbuat demikian. Abaikan mereka dan buatlah dirimu tenang. Jika tidak, semakin jadi pula tingkah mereka.”
“Kau pandai berbicara seperti itu. Kau tak merasakan apapun, Raga! Akulah yang merasakan pahitnya.”
“Keras sekali rupanya dirimu, Jiwa!”
Seonggok makhluk tak berguna itu hanya bisa diam
Melihat jiwa dan raga yang selalu bertengkar
Tak ada satupun yang memikirkan kunci
Dasar bodoh
Kebodohan ini membuat hidup semakin indah di dalam kurungan
Persetan dengan pengeras suara
Dialah pemicu jiwa dan raga bertengkar
Hingga melupakan hal yang sangat penting
Hal yang tak disadari
Tanpa harus bertengkar dan berpisah
Akal pun belum kau bangunkan
Agar ia menuntunmu keluar.
Ikuti tulisan menarik Puti Endah P. lainnya di sini.