Rumi: Bukalah Tanganmu Kalau Ingin Dijabat
Bambang Udoyono
Kata Mutiara Rumi
Open Your Hands If You Want to Be Held. Itulah kata Mutiara dari Maulana Jalaludin Rumi, seorang sufi dari Konya, Turkiye. Dia hidup di abad ketigabelas, tapi karya karyanya sampai saat ini masih digemari orang seluruh dunia. Tiada lain karena karyanya sangat indah dan sarat makna. Mari kita elaborasi kata mutiaranya tadi.
Open Your Hands If You Want to Be Held. Bukalah tanganmu kalau ingin dipegang atau dijabat. Demikian terjemahan bebas kata mutiaranya. Kalimat ini bisa diartikan secara fisik dan bisa juga diberi makna sebagai metafora.
Secara fisik kalau kita ingin tangan kita dipegang atau dijabat orang lain maka kita harus membuka tangan kita. Kalau kita mengepal ya tidak bisa orang lain menjabat tangan kita.
Meskipun demikian saya percaya kalimat mutiara tersebut mengandung arti secara kiasan.
Siaran radio dan televisi
Saya teringat sebuah peristiwa yang sudah terjadi puluhan tahun silam dulu tatkala saya masih SMA. Suatu malam saya duduk nonton tv di ruang tengah bersama almarhum bapak. Sembari nonton acara televisi kami ngobrol ngalor ngidul. Nah di tengah obrolan itu almarhum bapak menyisipkan sebuah masukan yang sederhana saja namun sangat kuat kesannya sehingga tidak pernah saya lupakan sampai sekarang.
Beliau berkata dalam Bahasa Jawa yang artinya begini, ”Siaran televisi dan radio itu sebenarnya ditujukan untuk semua orang, tapi kenyataannya tidak semua orang mampu menangkapnya dan menikmati acaranya. Hanya mereka yang menyetel radio atau televisinyalah yang mampu menangkap dan menikmati acaranya. Demikian juga wahyu Allah swt. Sebenarnya wahyu itu diberikan kepada semua orang, tapi tidak semua orang mampu menangkapnya. Hanya mereka yang berniat meminta petunjukNya saja yang akan mampu menangkap dan memahaminya. Mereka yang tidak meniatkan memohon petunjukNya ya tidak akan mendapatkannya. Jadi kita harus selalu memohon tuntunanNya.”
Dengan kata lain hidayah dari Allah itu seperti tamu. Dia mengetuk setiap pintu rumah. Apabila si tuan rumah tidak membukakan pintu maka dia tidak akan masuk. Ketika si tuan rumah membukakan rumah dan menyambut hangat maka barulah tamu masuk. Hidayah akan masuk ke hati manusia yang siap menerimanya.
Demikian juga dengan pertolongan Allah swt. Saya yakin Rumi ingin mengatakan bahwa pertolongan Allah juga tergantung kepada sikap mental manusia. Allah selalu siap menolong. Tapi pertolongan itu diberikan kalau manusia memohon. Kalau tidak memohon, bahkan berdoapun tidak pernah maka Allah akan membiarkannya tersesat. Manusia iu tidak akan mendapat tuntunan apalagi pertolongan Allah swt.
Penutup
Rumi mengatakan bahwa manusia harus membuka tangannya kalau ingin dijabat. Maksudnya hidayah, petunjuk, tuntunan dan pertolongan Allah sejatinya disediakan kepada semua orang. Meskipun demikian sikap mental manusia sangat menentukan. Jika manusia mencari, menerima maka dia akan datang. Oleh karena itu marilah kita ‘membuka tangan’ agar dijabat oleh Allah. Mari kita membuka pintu agar tamu masuk. Mari kita membuka hati agar hidayah masuk dan menerangi hati kita. Kemudian kita lakukan semua tindakan ibadah hanya kepada Allah swt saja. Sehingga kita akan mendapat tuntunan, petunjuk dan pertolonganNya. Dengan demikian kita akan mampu melihat jalan hidup yang benar.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.