/1/
Seandainya matahari malu-malu, bukan; ia tak pernah malu. Mendung awan saja yang enggan mengalah. Dilindungnya sinar mentari yang hendak menyirami warna-warni bunga parasmu. Atau angin yang tersengal sia-sia saat rindu merisau ingin bertemu.
/2/
Apa kabar di kau saat cahaya pertama membasuhmu dengan setia. Dan padanya cahaya melukis tawa (kepik, lebah, kupu-kupu, capung dan bunga). Cahayanya pula menyelinap masuk mencarimu dari sela-sela jendela; kau tak ada disana, sia-sia saja aku mengirimnya.
/3/
Padanya kala terbenam dan padanya cahaya berpendar. Aku bercerita tentang bunga rindu yang hadir. Ketika aku usai, ia matahari: berbisik rindu padamu namun kau gagal mendengar.
Ikuti tulisan menarik Rizky Rianto lainnya di sini.