x

I Komang Edi Juliana memanen lebih banyak tomat setelah menggunakan pupuk guano. (Dok. I Komang Edi Juliana), Sumber: https://trubus.id/tingkatkan-panen-tomat/

Iklan

Cak Daus

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Juli 2021

Rabu, 24 Mei 2023 14:11 WIB

I Komang Edi Juliana, Merawat Alam dengan Pertanian Organik

Sebagai negara agraris Indonesia memerlukan petani-petani muda yang inovatif seperti I Komang Edi Juliana. Bersama rekan-rekannya ia mendirikan Amerta Giri Lesung (Taring) untuk memberikan solusi mahalnya harga pupuk kimia. Taring bergerak seperti koperasi dalam memproduksi pupuk dari limbah yang dihasilkan unitbudidaya tanaman. Untuk kontribusinya itu ia mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards 2022.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Petani muda dari lereng Bukit Lesung itu bernama I Komang Edi Juliana. Ia berasal dari  Banjar Dinas Tamblingan, Desa Munduk, Buleleng. Lelaki yang pernah mengenyam pendidikan di SMKN 1 Petang itu memiliki keresahan karena banyak petani yang mengeluh terkait dengan penyakit tanamannya.

Keresahan itu membuatnya tergerak untuk menjadi bagian dari solusi yang dihadapi petani. “Saya tertarik untuk mencarikan jalan keluar dengan cara menjalin komunikasi yang baik antar sesama petani, pemerintah pusat dan daerah, serta dengan para akademisi yang sudah melakukan beberapa kajian-kajian tentang permasalahan ini,” ungkap I Komang Edi Juliana, kepada tim SATU Indonesia Awards 2022.

Singkatnya, Edi, begitu ia akrab dipanggil, ingin mengenalkan teknologi baru yang ramah lingkungan hidup, untuk mengatasi permasalahan pertanian tersebut. Pada 2016, ia bersama sejumlah kawanya mendirikan Amerta Giri Lesung (Taring).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Melalui Taring, kami ingin memberikan solusi terbaik kepada petani khususnya pada masalah mahalnya harga pupuk kimia yang menyebabkan banyak petani sulit untuk bertani kembali,” ungkapnya, “Saya yakin pemanfaatan pupuk kompos bisa membantu para petani untuk menyelesaikan masalah tersebut.”

Menurutnya, Taring bergerak seperti koperasi dalam memproduksi pupuk dari limbah yang dihasilkan unitbudidaya tanaman yang ada di dalamnya. “Unit ini melakukan budidaya berbagai macam tanaman, mulai dari kopi, sayuran, hingga cengkeh,” jelasnya, “Limbah unit budidaya disalurkan ke unit ternak untuk dijadikan pakan ternak dan unit kompos untuk diolah menjadi pupuk untuk kemudian disalurkan kepada para petani dengan harga yang sudah disubsidi.”

Dengan harga 40 ribu rupiah, lanjut Edi, petani mendapatkan pupuk berkualitas tanpa campuran tanah seperti yang banyak dijual di pasaran. “Dengan begitu Taring menjadi solusi untuk mengatasi permasalah yang ada dengan meminimalisir pengeluaran produksi pertanian yang berdampak bagi petani secara luas,” jelasnya.

Komang mengakui bahwa program pemberdayaan petani yang ia kembangkan terinspirasi dari beberapa inovasi yang ada di luar wilayah Bali, seperti di Dieng, Batu, dan lainnya. “Semua ini saya pelajari melalui media sosial seperti Google, YouTube, dan Grup Facebook. Komang juga belajar dengan komunikasi langsung pada beberapa temannya.”

Sebagai negara agraris Indonesia memerlukan petani-petani muda yang inovatif. Petani – petani muda, seperti I Komang Edi Juliana, akan menjadi motor perubahan bagi pertanian yang ramah lingkungan di Indonesia. Tak heran kemudian SATU Indonesia Awards 2022 memberikan apresiasi kepada I Komang Edi Juliana atas inovasinya dalam bidang pertanian. Ia bukan saja merawat alam namun juga memberdayakan petani lokal melalui pertanian organik. Kita berharap di ajang SATU Indonesia Awards 2023 akan muncul anak-anak muda progresif seperti I Komang Edi Juliana.

 

Ikuti tulisan menarik Cak Daus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler