x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Selasa, 20 Juni 2023 13:10 WIB

Eunike Nugroho Wakili Indonesia di Ajang Pameran Internasional RHS Botanical Art & Photography Show

Eunike Nugroho taja karya di RHS Botanical Art & Photography Show di Saatchi Gallery, London, yang berlangsung dari tanggal 16 Juni–9 Juli 2023. Seniman yang asal Semarang yang kini bermukim di Yogyakarta ini mewakili Indonesia dalam Royal Horticultural Society (RHS), yang dipatroni oleh Ratu Inggris dan berdiri sejak tahun 1804, merupakan lembaga hortikultura terkemuka di Inggris. RHS bekerja untuk mendorong dan meningkatkan ilmu pengetahuan, seni, dan praktik hortikultura, salah satunya melalui pameran tahunan, RHS Botanical Art & Photography Show. Disigi dari dari sejarahnya pameran ini bermula pada tahun 1926 saat Ratu Mary mengusulkan adanya area khusus untuk gambar tumbuhan dan taman dalam helat Chelsea Flower Show yang terkenal.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Eunike Nugroho taja karya  di RHS Botanical Art & Photography Show di Saatchi Gallery, London, yang berlangsung dari  tanggal 16 Juni–9 Juli 2023. Seniman asal Semarang yang kini bermukim di Yogyakarta ini mewakili Indonesia dalam  Royal Horticultural Society (RHS), yang dipatroni oleh Ratu Inggris dan berdiri sejak tahun 1804, merupakan lembaga hortikultura terkemuka di Inggris.

RHS bekerja untuk mendorong dan meningkatkan ilmu pengetahuan, seni, dan praktik hortikultura, salah satunya melalui pameran tahunan, RHS Botanical Art & Photography Show.

Disigi dari dari sejarahnya pameran ini bermula pada tahun 1926 saat Ratu Mary mengusulkan adanya area khusus untuk gambar tumbuhan dan taman dalam helat Chelsea Flower Show yang terkenal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pameran RHS merupakan pameran seni botani paling bergengsi di Inggris bahkan di seluruh dunia. Pameran ini sering disebut sebagai "Olimpiade Seni Botani". Hanya seniman yang lolos proses praseleksi ketat yang dapat memamerkan karyanya, berupa serangkaian karya dengan jumlah enam buah. Kriterianya antara lain dengan batas waktu maksimal 5 tahun, mereka harus menciptakan karya-karya ilustrasi botani yang menggambarkan informasi botani yang akurat dengan keindahan estetika, serta mendokumentasikan aspek anatomi dan fungsional tumbuhan melalui siklus hidupnya.

Pameran ini juga selalu melibatkan peserta internasional dari Eropa, Asia, Australasia, dan Afrika.

Yang menggembirakan, di tahun 2023 ini nama Indonesia akhirnya muncul di RHS Botanical Art & Photography Show. Eunike Nugroho yang akrab disapa Keke ini memamerkan seri enam lukisan berjudul "Hoyas of Indonesia" bersama dengan 21 seniman dan satu kelompok seni dari Australia, Britania Raya, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Norwegia, dan Yunani. Keke  bersaing dengan finalis internasional lainnya untuk memperebutkan medali dan penghargaan dari RHS. Para juri yang terdiri dari tujuh ahli menilai karya-karya dengan cermat berdasarkan akurasi ilmiah, keterampilan teknis, dan daya tarik estetis untuk menentukan pemenang medali Emas, Perak-Gilt, Perak, dan Perunggu RHS serta penghargaan khusus seperti 'Pameran Seni Botani Terbaik' dan 'Penghargaan Istimewa Juri'.

Pameran ini diselenggarakan di Saatchi Gallery di London, sebuah galeri seni terkenal di dunia berlangsung dari tanggal 16 Juni–9 Juli 2023. Paul Foster, Direktur Saatchi Gallery, menyatakan, pameran bersejarah ini telah menjadi sorotan tahunan di Saatchi Gallery. Keterampilan teknis yang luar biasa, proses yang cermat, dan keragaman internasional yang luas dari para seniman terus menginspirasi dan menyenangkan pengunjung.  

Keke telah mencatat namanya dalam sejarah seni botani di Indonesia. Pada tahun 2017, ia mendirikan Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA) yang bertujuan untuk mengembangkan seni botani di Indonesia dan memperkenalkan keanekaragaman flora Indonesia.

 IDSBA memiliki sekitar 170 anggota yang terdiri dari seniman, ilustrator, botaniwan, peneliti, dan pelajar dari dalam dan luar negeri. Eunike terus berupaya mengembangkan dirinya dan komunitasnya serta memperjuangkan pengakuan seni botani dan flora Indonesia di tingkat internasional.

“Hoyas of Indonesia”

Dalam ajang RHS ini Eunike Nugroho memamerkan enam lukisan indah, rinci dan akurat dengan subyek Hoya asli Indonesia, yaitu Hoya latifolia, Hoya imbricata, Hoya spartioides, Hoya clemensiorum, Hoya imperialis, dan Hoya sigillatis.

 

https://www.indonesiana.id/admin/foto#

Hoya merupakan genus tumbuhan berbunga dalam keluarga Apocynaceae dengan lebih dari 400 spesies di seluruh dunia. Indonesia diperkirakan memiliki keberagaman tertinggi dengan sekitar 130 spesies yang telah dideskripsikan. Eunike memilih dengan hati-hati spesies yang akan dilukis, mempertimbangkan keunikan wujud daun dan bunga, fakta menarik mengenai tumbuhan, serta representasi pulau-pulau besar di Indonesia. Ia bekerja sama dengan komunitas pecinta Hoya dan berkonsultasi dengan peneliti Hoya untuk menciptakan karya yang akurat. Selama bertahun-tahun, Eunike juga merawat lebih dari 200 jenis Hoya, memberikan kesempatan untuk mengamati, memilih, dan menghasilkan karya terbaik untuk pameran ini.

 

Seri enam lukisan “Hoyas of Indonesia” karya Eunike Nugroho dalam RHS Botanica Art & Photography Show Cat air pada kertas, 2022-2023

Keke  menggunakan cat air dalam karyanya, terutama dengan teknik wet-into-wet yang terkenal sulit diprediksi dan dikendalikan. Dengan berlatih puluhan ribu jam, ia berhasil mencapai keseimbangan antara goresan segar yang efektif dan naturalisme yang presisi.

Karyanya memiliki tampilan yang bersih, segar, dan basah. Lukisannya jarang menampakkan garis tepi goresan kuas yang umum terlihat dalam lukisan cat air. Teknik tingkat tinggi ini menghasilkan harmoni warna yang indah.

Dengan mengamati tumbuhan hidup dan membedah bunga, Eunike dengan teliti mengerjakan karyanya. Ia memerlukan waktu berbulan-bulan untuk mempelajari pertelaan botani, mengumpulkan referensi, sketsa, mencari campuran warna yang cocok dengan tumbuhan aslinya hingga selesai melukis.

Lukisan Keke menggambarkan habitus Hoya sesuai dengan ukurannya yang asli. Ia memperbesar bunga-bunga kecil dengan skala tertentu agar terlihat jelas. Lukisannya menampilkan berbagai fase perkembangan bunga, dari kuncup hingga mekar penuh, dengan sudut pandang yang berbeda dan penekanan pada bagian-bagian penting seperti ovarium, kelopak, mahkota, dan korona. Ia membuat komposisi yang berhasil menampilkan karakter setiap spesies karena ia mengenal mereka seperti anak-anaknya sendiri.

 

Keke memilih judul "Bold under (Sun)Stress" untuk lukisan Hoya latifolia dari Jawa Barat karena kekagumannya terhadap keindahan yang mencolok saat tumbuhan itu menghadapi kondisi yang menantang. Ketika terpapar sinar matahari berlebihan, daun Hoya latifolia mengalami transformasi yang menakjubkan, mengubah warnanya dari hijau menjadi kuning, kemudian merah muda hingga merah tua. Perubahan ini terjadi karena produksi antosianin yang berfungsi seperti tabir surya alami, melindungi klorofil dari radiasi UV yang berbahaya. Selain daun yang memukau,bunga-bunganya yang muncul dari banyak tangkai mengeluarkan aroma manis lembut seperti kue kelapa.

Hoya imbricata dipilih karena keunikannya. Tidak seperti spesies Hoya umumnya, Hoya dari Sulawesi ini menghasilkan hanya satu daun per nodus, menempel erat pada pohon inang dan tumbuh bertumpuk seperti sisik. Dengan judul lukisan "Dome", Eunike menampilkan sisi depan dan belakang daun Hoya imbricata yang menyerupai kubah. Di alam, Hoya ini bersimbiosis dengan koloni semut. Daunnya memberikan tempat berlindung dan menciptakan lingkungan mikro bagi koloni semut, sementara limbah semut menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan itu.

Lukisan Hoya spartioides dijuduli "Leafless, Not Lifeless" karena Hoya endemik Kalimantan ini tumbuh tanpa daun hampir sepanjang hidupnya. Tangkai bunga yang panjang menggantikan daun untuk melakukan fotosintesis. Ini adalah cara beradaptasi yang luar biasa untuk bertahan hidup dalam lingkungan miskin hara, yaitu di lubang-lubang pohon dengan nutrisi terbatas. Meskipun hanya mekar di malam hari, bunga Hoya spartioides tidak pernah absen. Bunga-bunga kecil berwarna kuning-jingga sangat harum dan menarik banyak polinator. Sebagai keajaiban botani, Hoya tanpa daun ini menggambarkan kecerdasan alam, beradaptasi dengan anggun dalam lingkungan yang sulit.

Demikian juga dengan tiga lukisan lainnya, masing-masing memiliki ceritanya sendiri. "Regal Bloom" untuk Hoya imperialis dari Jawa dan Kalimantan, yang memiliki bunga terbesar dalam genus Hoya, berwarna merah mencolok di antara daun hijau subur dengan tepi yang bergelombang, sangat sesuai dengan namanya yang agung. Sementara Hoya clemensiorum dari Sumatra sering disebut Hoya Jurassic oleh para penggemar Hoya karena daunnya yang sangat bertekstur mirip dengan kulit reptil, "Draconic". Hoya sigillatis memiliki daun kecil panjang berbentuk bulat dengan bercak keperakan yang unik, "Splash", kekhasan Hoya yang sering diburu para penggemar tanaman hias.

Partisipasi Eunike Nugroho dalam RHS Botanical Art & Photography Show didukung oleh Dana Indonesiana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia. Keikutsertaannya merupakan sebuah pencapaian yang signifikan bagi seni botani Indonesia dan diharapkan dapat memperkenalkan keindahan serta keanekaragaman flora Indonesia di panggung global.

 

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler