x

Ilustrasi karya pelukis dari FFI Aceh, menggambarkan konflik yang sering terjadi antara mantisa dan gajah.

Iklan

Edy Hendras Wahyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Juli 2023

Kamis, 20 Juli 2023 06:18 WIB

Sejarah Konflik Gajah dan Manusia

Kisah ini jadi cikal bakal pemikiran dan konsep mengenai kawasan pelestarian. Dan tulisan Raden Mas Ronggowarsito itu muncul lebih dulu dibandingkan penetapan kawasan kawasan konservasi alam pertama di AS, yaitu di Yellow Stone.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Konflik gajah dengan manusia rupanya sudah terjadi lebih dari dua abad silam, khususnya di Sumatera. Adalah sebuah tulisan Raden Ronggowarsito, seorang pujangga besar yang mengisahkan mengenai pertempuran antara gajah dan manusia. Kisah dongeng itu berupa sebuah tembang dalam bahasa Jawa.

Dikisahkan sebuah konflik antara gajah dan manusia, perburuan dan pembunuhan gajah yang dilakukan manusia sering terjadi. Nah saat itulah, muncul seekor gajah yang merupakan jelmaan Dewa Gajah (Dewa Ghana). Gajah putih ini mengobrak-abrik perkampungan. Terpaksa di sebuah kerajaan kecil yang diceritakan itu, mendatangkan beberapa prajurit, dan prajurit tak dapat membendung amukan Sang Dewa Ghana, semua dapat dikalahkan oleh gajah putih itu.

Penguasa terpaksa mendatangkan seorang satria dari Pulau Jawa sakti mandraguna bernama Raden Sutasoma. Terjadilah pertempuran antara Gajah Putih dengan Sang Ksatria. Ringkas ceritera, Gajah putih tersebut kalah dan mati terbunuh, namun setelah gajah itu tumbang, munculah sang dewa. Dan Dewa Ghana serta sang ksatria, melakukan gencatan senjata.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Maka kedua mahluk yang berbeda itu mengadakan pertemuan dan membuat sebuah perjanjian. Gajah diwakili Dewa Ghana dan manusia diwakili oleh Sutasoma. Dalam perjanjian tersebut disepakati manusia dan gajah melakukan pembagian lahan. Hutan yang masih lebat dijadikan tempat tinggal Gajah, dan lahan yang sudah terlanjur diolah jadi tempat tinggal dan pertanian, dijadikan tempat tinggal manusia.

Selain itu disepakati saling menghormati antara manusia dan satwa gajah. Gajah tidak boleh mengganggu manusia, dan sebaliknya manusia tidak boleh mengusik ketenangan gajah di dalam hutan.

Maka setelah itu muncul kedamaian. Antara satwa dan manusia berbagi ruang hidup. Apabila perjanjian dilanggar, masing-masing akan mendapatkan hukuman.

Kisah ini merupakan cikal bakal sebuah pemikiran dan konsep mengenai kawasan pelestarian.  Dan tulisan Raden Mas Ronggowarsito ini muncul lebih dulu dibandingkan penetapan kawasan kawasan konservasi alam pertama di AS, yaitu di Yellow Stone.

Ikuti tulisan menarik Edy Hendras Wahyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB