x

Lahar yang mengalir ke laut, dan mengakibatkan terbentuknya cap air yang sangat berbahaya bagi pengunjung.

Iklan

Edy Hendras Wahyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Juli 2023

Sabtu, 22 Juli 2023 21:08 WIB

Ke Pulau Hawaii Melihat Air Terjun Lahar yang Mengalir ke Laut

Saya berkesempatan berkunjung ke Pulau Hawaii, untuk melihat lahar yang mengalir ke laut dan nampak sejauh mata memandang hamparan hitam bekas lahar yang telah membatu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Waktu itu lebih kurang pukul 04.00 pagi waktu Honolulu, pesawat Garuda mendarat dengan mulus di bandara, dari Los Angeles. Masih telalu pagi dan menunggu pesawat yang akan terbang menuju ke Pulau Hawaii yang lebih kurang 45 menit.

Begitu mendarat, karena membawa tas yang cukup besar dan beberapa barang, saya mencari kereta dorong untuk memudahkan berjalan menuju ke tempat menunggu pesawat yang akan terbang ke Hilo, bandara yang akan saya tuju, di Pulau Hawaii.

Rupanya untuk menarik kereta dorong cukup sulit, beberapa kali dicoba, tidak bisa tertarik. Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu petugas kebersihan, menghampiri dan mengeluarkan uang kertas satu dollar dan memasukkan ke loket kecil di sebelah kereta dorong. Dan dia membantu mengeluarkan kereta dorong. Kemudian saya akan mengganti uang itu, namun dia menolak, dengan tersenyum dan mengangkat tangan, tanda menolak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sepertinya wajah Asia, ibu itu. Agak sipit, mungkin keturunan Jepang. Karena saya mengucapkan terima kasih dengan Bahasa Jepang, arigato, beliau menjawab, dan tersenyum dengan tulus ihlas.

Sambil menunggu seorang kawan yang juga akan ke Pulau Hawaii, yang berangkat dari Washington DC, saya duduk di tempat tunggu.

Sekitar pukul 07.00 pagi, waktu setempat, matahari mulai menyinari bandara, pesawat kawan mendarat dan tak lama menunggu, ada panggilan bagi penumpang yang akan melanjutkan ke Hilo. Kami pun memasuki ke dalam pesawat, sengaja memilih tempat di jendela untuk melihat pemandangan selama terbang. Sebelum mendarat, pesawat berputar putar ke pantai, hampir mengelilingi pulau dan beberapa kota kecil di Pulau Hawaii, pilot menjelaskan beberapa keindahan di pulau itu. Boleh jadi ini merupakan informasi bagi penumpang atau wisatawan yang akan berkunjung ke pulau tersebut.

Akhirnya pesawat mendarat dengan selamat, setelah mengambil bagasi, di depan pintu keluar sudah ada kawan yang menjemput, dan kamipun keliling kota Hilo, sebelum ke rumah kawan yang sudah lama tinggal di sana.

 

MERENCANAKAN MEMBUAT SANCTUARY UNTUK ORANGUTAN

Keliling pulau Hawaii, mampir ke kota-kota kecil, sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Dari Hilo ke Kona dan pantai-pantai yang indah di sepanjang jalan. Tak ubahnya kota-kota kecil di daerah tropis. Jalan yang lenggang, mulus, tak ada macet, memungkinkan keliling pulau ini sehari terpenuhi. Tak terlewatkan berkunjung ke Gua Jepang, semua tulisan menggunakan bahasa jepang, dengan huruf kanji dan ada terjemahan dalam bahasa Inggris.

Salah satu tugas berkunjung ke Pulau Hawaii, karena di Kebun Binatang Panaewa ada seekor orangutan sitaan, bekas peliharaan, yang sudah tua, berkelamin jantan. Dari pecinta satwa, termasuk kawan yang tinggal di Hilo itu, meminta pendapat untuk melepas orangutan jantan dewasa itu ke hutan yang ada di pulau itu, agar bebas tak tersiksa hidup dalam kandang.

Kami pun berdua melihat dari dekat, hutan-hutan yang ada di sekitar kebun binatang. Hutan masih muda dan tumbuh diatas bebatuan bekas letusan. Diameternya juga belum besar, sebatas genggaman tangan.

Di lantai dasar banyak ditemui semak belukar, salah satunya yang bisa dimakan yaitu blue berry. Dan kami pun sambil memeriksa hutan, membuat plot sederhana, memetik blue berry gratis dari dasar hutan.

Kami berdua berdiskusi di hutan, rencana membuat hutan perlindungan untuk melepas orangutan jantan itu, kami pun menyimpulkan dan bersepakat, belum layak hutan ini. Apa lagi orangutan setiap malam atau sore hari membuat sarang, Tentu hutan yang tidak terlalu luas itu, sebulanpun akan habis, dipatahkan untuk membuat sarang. Akhirnya rencana itu tidak dilanjutkan. Saran kami, agar orangutan jantan dewasa itu merasa nyaman di kandang, sebisa mungkin diberikan dedaunan untuk sarang, agar tidur terasa di hutan tropis.

 

BERKUNJUNG KE VOLCANO NATIONAL PARK

Di sela sela keliling pulau Hawaii, berkesempatan keliling pasar tradisional, umumnya penjualnya adalah para petani, yang berkumpul di satu tempat dan berjualan aneka sayuran. Tak ubahnya seperti di Indonesia, sayuran yang ada, seperti kangkung, bayam, cabai dsb. Sehingga kamipun belanja dan memasak masakan ala Indonesia. Tak seperti di Indonesia, para pedagang itu semua menggunakan kendaraan doble cabin, mereka hanya menurunkan barang dagangannya di belakang kendaraan.

Sejenak melihat televisi dengan berbagai acara, sambil memasak, tiba-tiba televisi itu, ada siaran yang menandakan bahaya. Sirine meraung-raung, dan ada gempa, dan kami sempat panik dan segera keluar dari rumah. Namun kawan yang sudah lama tinggal di kota itu, bahwa siaran itu sebagai peringatan atau kesiapan bila terjadi gempa. Hanya simulasi rupanya. Karena di pulau itu dapat dikatakan sering terjadi gempa.

Saking  seringnya terjadi gempa, rumah-rumah tak ada gedung bertingkat tinggi. Rumah kawan juga didesain sedemikian rupa, bila ada gempa hanya bergoyang, tapi tidak rusak. Memang banyak rumah jarang menggunakan tembok, namun terbuat dari kayu.

Kunjungan atau dapat dikatakan liburan di Hawaii, cukup lama, direncanakan sebulan untuk melihat dan jalan-jalan Pulau Hawaii yang luasnya sekitar 2 kali Pulau Bali ini, keliling ke berbagai tempat wisata, atau lokasi lain, sambil melihat dari dekat pulau tropis yang ada di tengah-tengah Samudera Pasifik.

Tidak terlewatkan adalah mengunjungi Taman Nasional Volcano, yang ditetapkan pada 1 Agustus tahun 1916 ini, merupakan taman nasional yang sejauh mata memandang adalah bebatuan bekas lahar yang sudah mengering. Dan Taman Nasional Gunung Api Hawaii ditetapkan sebagai Cagar Biosfeer Internasional pada tahun 1980 dan dikukuhkan sebagai warisan dunia (World Heritage Site) pada tahun 1987, oleh UNESCO.

Sebelum bekunjung ke lapangan, dengan kendaraan, kami disuguhkan beberapa film tentang letusan gunung yang ada dipulau ini. Dahsyat memang, lahar yang mengalir, dan ada beberapa mobil pengunjung yang ditabrak lahar panas, sementara pengunjung, sempat melarikan diri, dan ada bekas-bekas kendaraan yang ditelan lahar, di sepanjang jalan wisata. Sungguh mengerikan.

Dalam perjalanan menggunakan kendaraan, keliling jalan wisata yang diperkenankan, sesekali turun untuk melihat asap atau uap air yang mengepul di sepanjang jalan wisata. Teringat berkunjung ke Dieng, dimana ada kawah yang dekat dengan jalan atau perkebunan. Bau belerang, sudah bukan asing lagi. Kamipun disarankan untuk menutup hidung agar tidak mabuk atau mual.

Kehidupan flora dan fauna, juga masih ada di taman nasional itu, misal beberapa jenis burung atau reptilia kecil serta beberapa flora yang masih muda, dilihat dari pertumbuhannya.

 

MELIHAT LAHAR YANG MENGALIR KE LAUT.

Lahar yang mengalir ke laut

Tahun 2018, sempat terjadi bencana gempa yang cukup besar, dengan kekuatan 6,9 SR dan lahar mengalir ke pemukiman beberapa lahan penduduk hangus dilalap lahar panas.

Berkunjung ke kawah taman nasional ini juga dapat melihat lahar yang mengalir ke laut. Bagaikan air terjun batu cair warna merah langsung masuk ke tepian laut yang berombak. Sehingga lahar panas itu membuat air laut, seperti mendidih.

Lahar yang mengalir ke laut menghasilkan uap air yang berbahaya bagi manusia, seperti iritasi pada kulit, pernafasan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Karena air mengandung klorida, sulfat, karbonat, fluorida dan yodium, antara lain, gas beracun juga menjadi mudah menguap dan naik. Gas-gas tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan. Karena air garam yang menguap dan membentuk skala yang besar. Suhu yang memiliki perbedaan sangat tinggi ini, dimana lava suhu mencapai 9000 C dan air laut suhunya 230 C.

Adanya informasi tersebut, maka pengunjung dilarang mendekat, dan dapat melihat dari jauh. Beruntung kami telah menyiapkan teropong, sehingga dapat melihat air terjun lava yang mengalir ke laut, dari kejauhan.

Ikuti tulisan menarik Edy Hendras Wahyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB