x

Gambar oleh Michal Jarmoluk dari Pixabay

Iklan

Mukhotib MD

Pekerja sosial, jurnalis, fasilitator pendidikan kritis
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 24 Juli 2023 18:34 WIB

Gerakan Gigi Bali Sehat, Menjawab Ketidakmerataan Dokter Gigi

Masalah kesehatan gigi di kalangan anak-anak masih tinggi. Sayangnya, bagi anak-anak yang ada di pelosok daerah tak bisa mengkases layanan kesehatan gigi. drg. Komang Ayu di Bali mengembangkan gerakan sosial untuk meretas jalan buntu kesehatan gigi bagi anak. Kreativitas dan kepedualiannya ini, mengantarkan dirinya mendapatkan apresiasi Satu Indonesia Awards.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan tingginya prevalensi gigi berlubang anak-anak usia dini. Angkanya mencapai 93%. Dengan begitu hanya 7% anak Indonesia yang bebas dari karies gigi.

Sedangkan masalah gigi yang dihadapi masyarakat Indonesia, jumlah terbesarnya gigi rusak dan berlubang, yang mencapai 45,3%. Sedangkan 57.6% masyarakat yang mengadapi masalah kesehatan gigi dan mulut, ternyata hanya 10.2% yang bisa mendapatkan layanan medis.

Situasi keseatan gigi anak tentu saja masih jauh dari arapan. WHO, misalnya, menargetkan anak usia 5-6 tahun setidaknya 50% bebas dari karies gigi. Upaya menurunkan kasus gigi tentu saja memerlukan berbagai strategi, terutama dalam ranaf promotif dan preventif.

Dari sisi tenaga medis sendiri, di Indonesia masih sangat jauh dari proporsi yang semestinya. WHO merekomendasikan setiap dokter gigi itu berbanding 7.500 orang, dan di negeri ini, perbandingannya masih di angaka 1:9.565 orang.

Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia yang seperti ini, tampaknya menumbuhkan kepedulian drg. Komang Ayu Sri Widyasanthi, seorang dokter gigi di Bali. Ia mengembangkan program Gerakan Gigi Bali Sehat pada tahun 2018.

Program ini, kata Ayu, dikembangkan untuk memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut, dan menyalurkan alat kesehatan (sikat gigi, pasta gigi, dan sabun) kepada anak-anak di Bali.

"Gerakan Gigi Bali Sehat berusaha menjadi bank sikat gigi untuk para donatur yang ingin menyumbangkan sikat gigi dan perlengkapannya ke anak-anak yang membutuhkan dan ingin membangun kebiasaan hidup bersih dan sehat," kata Ayu.

Selama memasuki masa pandemi Covid-9, Gerakan Gigi Bali Sehat melakukan edukasi protokol Kesehatan covid-19.

Visi gerakan ini tergambarkan dari tagar yang dikembangkan, #satusikatgigiberarti, tiap anak harus memiliki sikat gigi, hidup bersih, hidup sehat, dan senyum sehat.

"Awal mula program ini dibuat untuk membangun kebiasaan hidup sehat dan bersih untuk anak-anak di pelosok yang sangat susah untuk membeli sikat gigi,"jelas Ayu.

Menuru Ayu, anak-anak di pelosok itu biasanya menggunakan sikat gigi secara bergantian, dan sebagiannya tidak menggosok gigi sama sekali. Dengan begitu, gerakan ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk lebih dini belajar, dan mengetahui pentingnya menjaga kesehatan diri dan lingkungan.

Sebagai gerakan sosial murni, Gerakan Gigi Bali Sehat membangun kerja sama dengan berbagai organisasi dan komunitas, seperti Bali Baca Buku, Yayasan lainnya.

Edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut tidak langsung disampaikan begitu saja. Melainkan menggunakan metode yang menarik dan menyenangkan, yaitu menyanyi disertai gerakan ringan untuk anak-anak supaya lebih bersemangat (pelemasan otot).

"Setelah itu, mulai dengan edukasi kesehatan mengenai pola hidup bersih dan sehat (PHBS), kebersihan diri, dan gigi," ungkap Ayu.

Ada tiga poin penting yang didiskusikan, kata Ayu, kebersihan kuku, kebersihan diri (cara mencuci tangan), dan kesehatan gigi (cara menyikat gigi yang benar).

"Lalu dilakukan praktik bersama," ujar Ayu.

Gerakan Gigi Bali Sehat juga melakukan kunjungan edukasi dan donasi fasilitas kesehatan gigi dan PHBS di beberapa sekolah, dan taman baca lainnya. Program ini bekerja sama dengan beberapa universitas yang ada di Bali.

Sebut misalnya, di Tampak Siring Bersama UNDIKNAS, Yayasan Angle Heart di TK Denpasar dan Taman Baca Panca Sari Singaraja. Lalu di Seraya bersama Yayasan Kakak Asuh Seraya, Poltekkes, dan beberapa sekolah lainnya.

"Saat ini jumlah anak yang diberdayakan lebih dari 1000 anak, dengan jumlah binaan saat ini sekitar 400 orang," terang Ayu.

Ayu dan sukarelawan terus berkomitmen menjalankan program Gerakan Gigi Bali Sehat. Ia merasa bahagia saat melihat anak-anak mulai menjaga kebersihan dan kesehatan diri mereka serta saat ini sudah siap mematuhi protokol kesehatan selama masa pandemi Covid-19.

Perempuan, kelahiran Tianyar, 28 Juni ini berharap dapat terus mengembangkan dan mengusahakan Gerakan Gigi Bali Sehat dengan lebih baik lagi dan anak-anak bisa mendapatkan ilmu dan fasilitas kesehatan yang lebih baik juga.

"Sya berharap semakin banyak pihak yang bergabung menjadi relawan untuk memberikan edukasi kesehatan, dan donator dari berbagai pihak memberikan donasi iuntuk Gerakan Gigi Bali Sehat," katanya.***. 

Ikuti tulisan menarik Mukhotib MD lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu