x

Iklan

Pemakaman Toraja

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 2 Agustus 2023

Rabu, 2 Agustus 2023 12:30 WIB

Keajaiban Ritual Passiliran: Pemakaman Bayi Suku Toraja di Pohon Besar

Suku Toraja merupakan suku yang berasal dari pegunungan di Sulawesi Selatan, Indonesia. Terdapat sejumlah fakta unik yang mengejutkan mengenai mereka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suku Toraja merupakan suku yang berasal dari pegunungan di Sulawesi Selatan, Indonesia. Terdapat sejumlah fakta unik yang mengejutkan mengenai mereka.

Seperti yang dilansir rtp live, Suku Toraja merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang tetap menjaga erat adat tradisi dan budaya asli mereka.

Suku Toraja memiliki tradisi yang sangat unik dan eksklusif, di antaranya adalah tradisi kematian yang mungkin dianggap cukup mengerikan oleh beberapa suku bangsa lain di Indonesia. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ritual serta tempat pemakaman mereka tidak biasa, dengan kebiasaan menguburkan sanak keluarga yang meninggal di liang batu, goa, atau di atas tebing.

Tentu, mari kita eksplorasi ritual Passiliran yang unik, di mana bayi dimakamkan di dalam batang pohon besar.

Ritual ini memang sangat unik, karena bayi yang meninggal tidak dimakamkan di dalam tanah, melainkan di dalam batang pohon besar yang masih hidup.

Pohon Tarra menjadi tempat pemakaman yang digunakan dalam ritual tersebut. Pohon ini memiliki batang yang tinggi menjulang dan berukuran besar.

Setelah itu, jasad bayi yang meninggal dimakamkan di dalam lubang yang sudah disiapkan di batang pohon Tarra. Meskipun mungkin bisa membuat bulu kuduk merinding, namun kenyataannya, lokasi dan ritual pemakaman ini telah menjadi objek wisata di Tana Toraja.

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang fakta unik Suku Toraja, khususnya mengenai ritual Passiliran dan pemakaman bayi di dalam pohon besar.

1. Pemakaman Bayi dalam Pohon Besar

Pemakaman bayi di dalam pohon besar adalah tradisi yang sungguh unik dan mampu menghadirkan sensasi bulu kuduk merinding. Ritual ini masih dijalankan oleh Suku Toraja, tepatnya di Desa Kambira, Kecamatan Sangalla.

Lokasinya berada sekitar 20 kilometer dari Rantepao, Ibukota Kabupaten Tana Toraja, di mana banyak pohon Tarra dapat ditemukan.

Pohon Tarra yang tinggi menjulang dan berukuran besar berfungsi sebagai tempat pemakaman bagi bayi.

Karena ukurannya yang besar, pohon Tarra selalu menyediakan ruang untuk pemakaman bayi baru. Faktor ini memudahkan masyarakat Toraja dalam memakamkan bayi-bayi mereka tanpa kesulitan.

Setiap batang pohon Tarra dapat menampung banyak kuburan bayi, dengan jumlahnya mencapai 10 makam. Kotak-kotak serupa jendela dari ijuk yang ada di pohon tersebut menandakan jumlah jasad bayi yang telah dikubur di dalamnya.

2. Ritaul pemakaman bayi di pohon Tarra

Masyarakat Toraja melubangi pohon Tarra sebagai tempat untuk menaruh jenazah bayi, karena bentuknya menyerupai rahim ibu. Mereka meletakkan bayi dengan posisi meringkuk tanpa membungkusnya dengan sehelai kain.

Setelah itu, ijuk dari pohon enau akan digunakan untuk menutupi lubang pemakaman. Biasanya, arah lubang menghadap ke rumah keluarga si bayi.

Sementara itu, posisi lubang pemakaman menentukan kasta keluarga sang bayi. Semakin tinggi kasta keluarganya dalam masyarakat, maka lubang pemakaman di batang pohon juga akan semakin tinggi letaknya.

3. Keistimewaan pohon tarra

Meskipun pohon Tarra digunakan sebagai tempat persemayaman jenazah bayi selama bertahun-tahun, tak ada bau busuk yang tercium, walaupun lubang pohon itu hanya ditutup dengan ijuk.

Selain itu, walaupun telah dilubangi, pohon Tarra masih tetap bisa tumbuh dengan baik. Lubang tempat pemakaman bayi tersebut akan menutup dengan sendirinya setelah 20 tahun.

4. Kriteria jenazah dan tempat pemakaman

Orang Toraja menganggap bayi yang berusia di bawah enam bulan dan belum tumbuh giginya sebagai makhluk suci. Bayi-bayi ini dikuburkan di dalam pohon besar bernama pohon Tarra yang memiliki diameter hingga 100 cm.

Pemilihan pohon Tarra bukan hanya karena ukurannya yang besar, tetapi juga karena memiliki getah yang berlimpah. Masyarakat Toraja meyakini bahwa getah tersebut dapat menggantikan air susu ibu untuk memenuhi kebutuhan bayi yang telah meninggal.

Pemakaman bayi di dalam pohon Tarra merupakan tradisi khusus yang berlaku bagi suku Toraja. Pembedaan lokasi pemakaman bayi dengan jenazah orang dewasa dilakukan untuk mencegah jiwa bayi merayap seperti ular dan agar terhindar dari disambar petir demi keselamatan mereka.

5. Makna yang terkandung dalam ritual Passiliran

Tradisi menguburkan bayi di dalam pohon tarra ini mengandung makna simbolis kembalinya bayi ke dalam rahim sang ibu. Sehubungan dengan hal tersebut, muncul larangan untuk menebang pohon tarra.

Masyarakat Toraja mempercayai bahwa bayi yang telah meninggal akan kembali tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan pohon tarra. Oleh karena itu, tindakan menebang pohon tarra dianggap sebagai penghalang bagi kelanjutan hidup sang bayi.

6. Syarat ritual pemakaman bayi suku Toraja

Dalam ritual Passiliran, terdapat syarat bahwa ibu dari bayi yang meninggal tidak diizinkan untuk menyaksikan proses penyimpanan di pohon. Selain itu, selama setahun, ia juga tidak diperbolehkan melihat kuburan bayinya.

Masyarakat Toraja menganut Aluk Todolo, suatu kepercayaan yang menghormati leluhur. Menurut kepercayaan tersebut, jika seorang ibu melihat bayinya yang telah meninggal, di masa depan ia mungkin akan mengalami kesulitan untuk memiliki bayi yang sehat.

Demikianlah informasi mengenai ritual pemakaman bayi suku Toraja yang dikenal sebagai Passiliran, di mana menggunakan pohon besar sebagai media makam. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda yang tertarik untuk mempelajari tradisi kematian dari salah satu suku di Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Pemakaman Toraja lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan