Sejatinya masyarakat Indonesia baik secara vertikal maupun horizontal memiliki banyak perbedaan. Kehidupan masyarakat dapat diamati dengan interaksi sosial ataupun hubungan timbal balik antara individu dalam masyarakat. Proses interaksi sosial bisa saja berwujud persaingan bahkan konflik namun di mungkinkan juga dalam bentuk kerjasama yang akhirnya tercipta keserasian sosial.

Terwujudnya suatu keserasian sosial sangat ditentukan oleh bagaimana proses interaksi sosial itu berlangsung. Keserasian sosial tidak terlepas dari adanya keterlibatan kaum perempuan. Peran perempuan di dalam masyarakat sering dijadikan objek bukan subjek.

"Apakah perbedaan gender itu karena alam atau karena sosialisasi?". Perdebatan tersebut terus berkembang dengan argumen yang bertentangan mengenai pembentukan maskulin atau feminim pada pria dan wanita. Para aktivis perempuan di dunia menuntut adanya kesetaraan peran publik perempuan dengan laki-laki. Tuntutan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai praktek politik yang memposisikan perempuan berada pada sub ordinasi laki-laki.

Perempuan dengan segala keterbatasannya memiliki potensi yang besar dalam persoalan toleransi karena memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kaum perempuan memiliki andil yang besar dalam menciptakan suasana keserasian sosial. Perempuan tidak berperan dalam bidang pemerintahan saja, juga merambah dalam bidang sosial. Peran sosial tersebut dilihat dari keterlibatan dalam forum pertemuan, kaum perempuan memperketat eksistensinya baik secara pribadi maupun secara kelembagaan.

Struktur masyarakat bisa saja menjadi sumber bencana dan juga bisa menjadi modal sosial yang membutuhkan upaya pengelolaan sistematis. Keterlibatan perempuan pada sektor publik sendiri mampu merekatkan hubungan sosial antar kelompok masyarakat yang merupakan upaya terdorongnya keserasian sosial pada masyarakat.

Ikuti tulisan menarik Salfira Damai Fatihah lainnya di sini.