x

Iklan

Suryana Ependi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 September 2022

Jumat, 15 September 2023 10:12 WIB

Kearifan Masyarakat Baduy dalam Merawat Tradisi untuk Membangun Negeri

Seperti dalam Pidato Kebudayaan Saras Dewi bahwasannya bumi dan langit bertahan dan berkesinambungan dikarenakan mereka tidak mementingkan dirinya sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat ini kita merasakan alam yang begitu menyengat saat trik matahari meninggi, panas yang dialami sangat berbeda dengan seperti biasanya. Selain itu, di beberapa daerah di Indonesia mengalami kekeringan yang sangat luar biasa. Dari kekeringan itu juga, belum lama ini kita dihebohkan atas kebakaran yang terjadi di Bromo. Seandainya kita naikkan kesadaran lebih untuk hari ini, supaya kita mampu melihat atas seluruh fenomena semesta. Semesta saat ini seolah sedang mengalami kemarahan yang berawal dari manusia sudah tidak lagi menghargai kehidupan. Seperti dalam ungkapan yang dipinjam dari Pidato Kebudayaan Saras Dewi bahwasannya bumi dan langit bertahan dan berkesinambungan dikarenakan mereka tidak mementingkan dirinya sendiri. wujud kita dari cinta Indonesia dengan cara memutus mata rantai segala permasalahan yang terjadi.

“sementara kearifan lokal terus disanjung sebagai tradisi yang perlu dirawat dan diwariskan, rujukan material-spiritualnya justru hancur berantakan. Rupanya bukan tradisi itu sendiri yang ingin dibela, melainkan citra tentang tradisi yang lebih mudah untuk dikemas dalam pertunjukan.” Karlina Supelli.

Saat ini kita merasakan alam yang begitu menyengat saat trik matahari meninggi, panas yang dialami sangat berbeda dengan seperti biasanya. Selain itu, dibeberapa daerah di Indonesia mengalami kekeringan yang sangat luar biasa. Dari kekeringan itu juga, belum lama ini kita dihebohkan atas kebakaran yang terjadi di Bromo. Seandainya kita naikkan kesadaran lebih untuk hari ini, supaya kita mampu melihat atas seluruh fenomena semesta. Semesta saat ini seolah sedang mengalami kemarahan yang berawal dari manusia sudah tidak lagi menghargai kehidupan. Seperti dalam ungkapan yang dipinjam dari Pidato Kebudayaan Saras Dewi bahwasannya bumi dan langit bertahan dan berkesinambungan dikarenakan mereka tidak mementingkan dirinya sendiri. wujud kita dari cinta Indonesia dengan cara memutus mata rantai segala permasalahan yang terjadi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita juga harus melihat Indonesia sebagai negara kepulauan dan beriklim tropis selalu memiliki potensi adanya bencana hidrometeorologis. Beragam bencana hidrometeorologis yang sangat mudah kita lihat salah satunga kekeringan yang diakibatkan oleh defisitnya curah hujan. Bahkan selain kekeringan kita juga sering mengalami bencana banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, puting beliung serta gempa bumi. Besarnya potensi bencana alam itu terlihat dari bencana tahun 2022 yang diambil dari sumber BNPB dengan jumlah bencana sebanyak 3707. Kita hanya sering terucap kalau kita cinta Indonesia, seandainya kita cinta Indonesia kita harus bisa menyelamatkan Indonesia. Jumlah bencana yang sering dialami oleh Indonesia bisa kita katakan atas kurangnya kesadaran yang kita miliki atau mungkin kita sudah tidak sayang lagi terhadap alam.

Berbicara kasih sayang kepada alam akan terasa kurang pas kalau kita tidak belajar mengenai kehidupan masyarakat adat. Masyarakat adat yang sering dianggap sebagai masyarakat yang mengalami ketertinggalan dan jauh dari kemajuan. Pernyataan seperti itu merupakan pernyataan yang keliru, ketika kita anggap masyarakat adat dianggap dengan segudang stereotipe yang menyakitkan. Ternyata masyarakat adat memiliki keberhasilan khususnya dalam menjaga keharmonisan alam dengan segala keanekaragaman hayati dan usia harapan hidup yang lebih baik dari kita.

Pada tulisan ini penulis akan mengajak kepada semuanya untuk melihat dan belajar kehidupan kepada masyarakat adat Baduy. Sebagai masyarakat adat, Baduy sangat menghargai perihal makhluk hidup. penghargaan tersebut bukan hanya diberikan kepada manusia tetapi kepada semesta dengan lingkungannya. Ketika penulis belajar pada kehidupan masyarakat adat baduy khususnya menjajaki di Baduy Dalam. Penulis menemukan banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil sebagai jalan membangun kehidupan yang berkelanjutan. Masyarakat Baduy sangat menghargai perihal kehidupan dan keharmonisan alam. pelarangan terhadap hal-hal yang merusak alam sebagaimana dianggap merusak kehidupan secara utuh.

Baduy memiliki falsafah hidup salah satunya “gunung teu menang dilebur” yang memiliki arti gunung jangan dirusak. Falsafah hidup tersebut disebut sebagai amanah buyut atau amanah dari nenek moyang yang harus dijaga. Ketika manusia diberikan amanah maka harus dijalankan dengan sebaik-baiknya karena amanah itu sifatnya sangat sakral untuk dijalankan. Apalagi amanah itu memiliki dampak yang sangat positif.

Penjagaan terhadap alam yang dilakukan oleh masyarakat baduy ialah dengan pelarangan menggunakan bahan kimia ketika mau mandi. Pelarangan terhadap bahan kimia tersebut untuk menghindari aliran air dari pencemaran, sehingga kalau sudah tercemari akan sulit untuk dijadikan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Selain itu penulis menilai menganggap masyarakat baduy menganggap alam ini sebagai suatu hal yang hidup, bukan benda mati yang pantas untuk dieksploitasi.

Pada hal cadangan makanan masyarakat baduy masuk pada kategori memiliki ketahanan pangan yang baik. sumber cadangan makanan mereka yang tersimpan di leuit (lumbung padi) menyimpan cadangan makanan bisa sampai 10 tahun. Kehidupan masyarakat yang harmonis dengan segala kelebihan penjagaan terhadap keharmonisan alam dan pengelolaan alam yang baik. Seandainya kita bisa belajar pada bagian ini ternyata baduy berhasil membangun negeri dibandingkan kita yang sering bangga menyebut diri sebagai masyarakat modern.

Momentum kemerdekaan sering dijadikan sebagai pertunjukan mengenai kekayaan dan keragaman kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Kebanggaan yang sering kita ikrar kan bukan hanya diperlihatkan, sudah sewajarnya kita juga ikut bersama dalam menjaga alam. Sebagai peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-78 sudah saatnya kita ikut serta menjaga keharmonisan alam sebagai wujud cinta Indonesia. 

Ikuti tulisan menarik Suryana Ependi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB