x

Foto kulit buah kakao koleksi pribadi (Iradhatullah Rahim)

Iklan

Iradhat Rahim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 September 2023

Rabu, 20 September 2023 14:51 WIB

Peningkatan Nilai Tambah Limbah Kulit Buah Kakao untuk Keberlanjutan Lahan Pertanian Bersama Program Matching Fund Kedaireka

Salah satu solusi kebijakan pemerintah dalam reduksi pupuk subsidi dengan pemanfaatan limbahk kulit buah kakao sebagai biostimulan organik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PENINGKATAN NILAI TAMBAH LIMBAH KULIT BUAH KAKAO UNTUK KEBERLANJUTAN LAHAN PERTANIAN BERSAMA PROGRAM MATCHING FUND KEDAIREKA

 

Iradhatullah Rahim

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Ketergantungan dunia pertanian atas pupuk kimia sintetik, dapat menyebabkan berbagai hal yang merugikan dunia pertanian itu sendiri. Kerugian utama adalah terjadinya degradasi lahan, tercemarnya sumber air, dan berkembangnya hama dan penyakit di pertanaman. Hal ini mengancam keberlanjutan ketahanan pangan di Indonesia. Padahal untuk mengatasi degradasi lahan dapat dilakukan dengan mengembalikan bahan organik ke pertanaman petani. Limbah pertanian yang jumlahnya melimpah merupakan sumber bahan organik utama, namun tidak pernah diperhatikan, bahkan hanya menjadi sumber pencemaran dan sarang patogen. Pada limbah pertanian, tertinggal sepertiga unsur hara yang diberikan pada saat tanaman masih di pertanaman. Ini membuat limbah pertanian dapat dijadikan pupuk organik kaya hara, sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia, terutama pupuk bersubsidi.

Subsidi pupuk dalam jangka waktu yang sangat lama, menyebabkan tingkat ketergantungan petani yang sangat tinggi dan membuat mereka bereaksi keras atas keinginan pemerintah mencabut  subsidi pupuk yang tertuang pada surat Dirjen Sarpras Kementan Nomor 8133/SL 32120/B.5203 2022 berdasarkan rekomendasi dari Komisi 4 DPR RI. Seperti yang dialami petani bawang merah di Brebes yang menolak keras rencana pencabutan subsidi pupuk SP 36 dan ZA, karena akan meningkatkan biaya produksi. Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) memastikan ada efek domino dari pencabutan subsidi pupuk (Detik.com, 18 Maret 2022). Tahun 2022, kebutuhan pupuk bersubsidi mencapai 22.57-26.18 juta ton dengan anggarn 63 trilyun rupiah. Namun pemerintah hanya mampu mensubsidi sekitar 42%, yaitu 8.87 - 9.55 juta ton dengan nilai 25-32 Trilyun rupiah (Kontan co.id, 3 Februari 2022).

Gap yang cukup lebar antara kebutuhan pupuk dan kemampuan pemerintah untuk subsidi pupuk ini, dapat mendorong tumbuh suburnya industri-industri pupuk di Indonesia. Namun, diharapkan industri pupuk organik yang mampu mensubtitusi atau melengkapi kebutuhan pupuk kimia bagi petani, dapat diberi ruang untuk berkembang. Pengolahan limbah pertanian menjadi salah satu solusi untuk menjawab masalah ini, karena jumlahnya yang cukup melimpah di Indonesia. Setelah melakukan penelitian yang cukup panjang, kulit buah kakao terbukti merupakan salah satu limbah pertanian mempunyai kandungan hara, terutama fosfor, yang cukup tinggi. Limbah kulit buah kakao bahkan dapat mencapai 8.928 juta ton pada tahun 2022 berdasarkan estimasi luas lahan kakao 1.44 juta hektar.

Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan industri pupuk organik. Limbah kulit buah kakao inilah yang dikembangkan oleh tim Matching Fund 2022 dari Universitas Muhammadiyah Parepare bersama mitra Industri CV. Makassar Agro Mandiri dalam bentuk pupuk organik cair biostimulan organik kaya hara. Biostimulan organik dari ekstrak kompos kulit buah kakao telah dilakukan uji mutu di Laboratorium BTPT Sulawesi Selatan dan uji multilokasi di 4 wilayah Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Soppeng, Enrekang, Soppeng, dan Kota Parepare. Uji multilokasi dilakukan pada komoditi padi, bawang merah, cabe, dan kacang kedele. Hasil menunjukkan adanya pembesaran buah dan performans pertumbuhan yang lebih baik, walaupun produksi relatif sama atau lebih rendah dibandingkan pada penggunaan pupuk kimia sintetik, Namun keuntungan jangka panjang dapat diperoleh pada lahan dengan adanya peningkatan kadar air tanah mencapai 12.8%, menetralkan pH tanah, meningkatkan kadar N sebanyak 180%, dan peningkatan kadar C-organik tanah dibandingkan kontrol. Hasil ini cukup menjanjikan untuk keberlanjutan lahan (land sustainability) di Indonesia, menuju kemadirian pangan di masa depan.

Kegiatan ini melibatkan 20 mahasiswa dari 3 program studi, yaitu Agroteknologi, Agribisnis, dan Ilmu Hukum (Studi independen dan rekognisi mata kuliah), serta 5 dosen dari 3 prodi. Kegiatan juga melibatkan 3 kelompok tani (KT) penerima manfaat di Sulawesi Selatan, yaitu KT Mallongi-longi Kecamatan Batu Lappa, Kabupaten Pinrang, KT Mamminasa Deceng, Desa Liliriaja, Kecamatan Batu Lappa Kabupaten Soppeng, dan KT Mallawa Desa Ciro-ciroe Kabupaten Sidrap. CV Makassar Agro Mandiri mendukung penuh kegiatan ini mulai dari praktisi mengajar, formulasi formula organik, intervensi pasar, sampai pengurusan ijin edar pada Kementrian Pertanian. Ini menunjukkan Program Matching Fund telah menyentuh banyak pihak dari berbagai kalangan.

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Iradhat Rahim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB