x

Iklan

Faiz Syadiro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Oktober 2022

Rabu, 25 Oktober 2023 07:16 WIB

Bigaki, Nilai-nilai Estetika Jepang

Bigaku dikenal sebagai pilar dari estetika Jepang. Dari sini kita akan menyelam lebih dalam mengenai apa itu Bigaku dan pengaruhnya dalam perkembangan Jepang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

          Jepang dengan segala keunikan dan keindahannya memang sangat menarik perhatian banyak orang. Tak terhitung banyaknya turis asing yang sambang ke Jepang tiap tahunnya. Tahukah kamu bahwa hal-hal unik seperti makanan, karya sastra, hingga selera estetika Jepang sendiri tidak terlepas dari Bigaku. Bigaku secara bahasa terdiri dari dua kata, yakni Bi (美) yang berarti cantik atau indah, dan Gaku(学)yang berarti ilmu.

Secara singkat Bigaku berarti selera estetika. Bigaku merupakan suatu konsep atas keindahan masyarakat Jepang. Konsep ini sangatlah erat kaitannya dengan alam. Keterkaitan Bigaku dengan alam dapat dilihat melalui puisi-puisi Jepang yang selalu mengandung unsur-unsur alam. Bigaku sebagai sebuah konsep tertanam di berbagai aspek kehidupan seperti Kesenian, Sastra, gaya hidup, hingga makanan. Bigaku sendiri terdiri dari tiga unsur, yaitu Ma, Wabi-sabi, dan Mono no Aware.

         Ma adalah aspek kebahasaan Jepang yang mana menyatakan kekosongan atau ambiguitas. Hal ini dapat dilihat ketika orang Jepang ditanya sesuatu, ia akan memberikan sebuah jawaban yang terasa ambigu. Contoh ketika ingin mengajak keluar, daripada jawaban iya dan tidak, orang Jepang akan memberikan jawaban yang ambigu atau tidak jelas. Hal ini kemudian tersalurkan ke dalam kesenian dan sastra Jepang. Dalam lukisan-lukisan Jepang yang memanfaatkan ruang-ruang kosong seperti danau dan langit yang luas. Hal ini menyebabkan interpretasi dari lukisan tersebut sepenuhnya diserahkan kepada kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

       Wabi-sabi sendiri secara singkat merupakan keindahan dalam kesempitan. Kesempitan ini biasanya diartikan sebagai kemiskinan. Wabi-sabi secara lengkapnya adalah suatu keindahan yang ada di dalam kesederhanaan. Contohnya adalah upacara teh yang diadakan di ruangan sempit dan gelap. Hal ini dilakukan untuk menghayati dan meresapi nilai-nilai yang ada dalam upacara teh tersebut. Contoh lainnya bisa kita lihat dalam masakan tradisional Jepang. Sebelum pengaruh masakan Cina masuk ke Jepang pada abad 19, masakan jepang kebanyakan memiliki rasa yang hambar dan dimasak secara sederhana bahkan kadang tidak dimasak seperti Sashimi. Makanan-makanan yang secara singkat terlihat mudah dibuat namun ternyata memerlukan keahlian yang tinggi untuk membuatnya.

         Terakhir ada Mono No Aware. Mono no aware secara bahasa artinya adalah simpati. Simpati atau rasa kasihan ini merefleksikan rapuhnya kehidupan manusia. Mono no aware adalah pandangan orang Jepang akan kehidupan. Mono no aware biasanya terdapat dalam puisi-puisi Jepang. Contoh dari mono no aware adalah

“Bunga yang mekar itu indah, namun bunga yang layu sangatlah indah”

Bunga yang mekar memang indah, namun ketika bunga itu layu ada sebuah keindahan tersendiri. Mekarnya bunga tidak bertahan lama. Beberapa hari kemudian bunga tersebut akan layu terkena angin dan hujan. Sebuah pemaknaan terhadap singkatnya kehidupan manusia. 

            Bigaku sejak lama telah menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat jepang. Namun di era modern ini keberadaan Bigaku ditantang oleh berkembangnya zaman. Praktik-praktik tradisional jepang mulai banyak yang ditinggalkan. Apakah Bigaku dapat bertahan atau tidak hanya bisa kita lihat jauh di masa depan.

Ikuti tulisan menarik Faiz Syadiro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB