Binar Utopis

Jumat, 24 November 2023 14:44 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Binar Utopis. Transendental jernih jiwa. Tentang kini ataupun telah lalu. Sederhana saja. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan.

Bukan catatan serupa syair, hanya semacam kursi taman ditinggalkan pemilik mimpi, tak sebenarnya semirip itu, hampir serupa cerita hari tanpa warna sepia, tertulis notasi tentang lagu sewarna ungu muda rambutmu, bercerita angin, enggan meniup lembut sesekali, mengherankan kabar itu ketika senja ogah memeluk purnama.

Ngeselin sih, menunggu di persimpangan sepertiga hati tersisa akhir dari waktu tunggu menyebalkan, bukan alasan kangen membeku jadi es batu, bukan pula hati tersisa, terpotong harapan sewarna semu, tak serupa rumputan semak putri malu, nyanyian sunyi di antara permukaan bunga ilalang menunduk tersipu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak ada penjelasan apapun membelenggu warna langit tak mampu terlihat dari sudut pandang manapun. Enggak keren banget, kalau tanda itu semacam kesetiaan sejati, waktu tempuh tak bisa menunggu dengan alasan apapun. Kecupan ringan melayang di semak belukar, taukah, para kumbang akan memangkasnya.

Mencukur gundul, takkan ada apapun lagi hinggap, sekalipun lalat-lalat babon. Kesal! Bukan rindu, perkiraan tak lebih dari praduga, namun sentuhan mimpi tetap di tempat imaji. Lantas dengan cara apa meraih cerita pelangi pengkhianat malam bergaris-garis abstraksi asmara, amuk, merah saga melanda telaga sunyi tak bertepi.

Huh! Nyebelin banget. Terdampar tanpa tepian kosong melompong, buat apa sepi racun darah bergolak mendidih. Waktu siang lama bertandang mencoba basa-basi sampai kapan waktu tunggu asmara biru muda, di antara semarak kepak sayap kupu-kupu, sari bunga beterbangan melayang-layang di bawah kaca cuaca.

Musikalisasi opera baru dimulai, kapan bertumbuh, bunga perdu menari syahdu, lilin-lilin berdatangan dari langit, menyiapkan cerita malam peraduan tanpa kata-kata gombal, menyergap birahi mengulas sewarna baru tentang biru malam berdupa terperangkap kehangatan melekat berdebu pekat tanpa jeda pada sunyi.

Tak lagi ditunggu sekalipun komitmen, sekadar memilih kapan atau dimana akhir dari perjalanan, tak melulu gombalan kesetiaan berserak di peradaban ketentuan hidup, bukan pula menyoal kapan sirna, selamanya, tak ada apapun cara, usai sudah segala hal di antara detak jantung ... One more light ... Apakah sebuah akhir lantas senyap.

*** 

Jakarta Indonesiana, November 24, 2023.
Salam cinta berseni cerita.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Antumbra

Selasa, 2 Juli 2024 19:30 WIB
img-content

Eskrim Pop Up (35)

Selasa, 25 Juni 2024 19:34 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua