x

Tumbuh dan Kembangnya Pasar Cina Pontianak

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 1 Januari 2024 15:25 WIB

Sejarah Pasar Cina Pontianak

Sejarah berdirinya Pasar Cina dan Kampung Cina di Pontianak dari sejak awal sampai menjadi pusat ekonomi Kalimantan Bagian Barat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Tumbuh dan berkembangnya Sebuah pasar Kota

Penulis: Dana Listiana

Tahun Terbit: 2013

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Dirjen Kebudayaan Kemdikbud

Tebal: x = 118

ISBN: 978-602-17497-3-9

 

Buku yang berjudul “Tumbuh dan Berkembangnya Sebuah Pasar Kota: Pasar Cina Pontianak Adab Ke-19 Sampai Abad Ke-20” ini mengisahkan tentang bagaimana sebuah pasar komunitas menjadi sebuah wahana ekonomi sebuah kota. Pasar yang awalnya diinisiasi oleh para pemukim Cina ini bisa berkembang dan mempunyai peran yang sangat vital bagi ekonomi Kota Ponianak.

Dana Listiana memberikan gambaran situasi geografi, kependudukan, ekonomi, perkembangan infrastruktur dan birokrasi pemerintahan Hindia Belanda di Pontianak abad ke-19 sampai abad ke-20, untuk memberi konteks tentang perkembangan pasar ini. Konteks ini bisa menjelaskan tentang hubungan dari pasar Cina tersebut dengan perkembangan jamannya. Misalnya tentang posisi Pontianak yang menjadi pos terdepan Hindia Belanda saat Singapura dibuka sebagai pelabuhan bebas internasional pada tahun 1819. Informasi semacam ini membuat kita bisa memahami mengapa orang-orang Cina mendirikan pasar. Mula-mula tentu pasar ini berdiri untuk melayani kebutuhan orang-orang Cina sendiri. Namun kesempatan berniaga secara lebih luas tak dilewatkan begitu saja.

Di bagian berikutnya, Dana Listiana membahas tentang sejarah kedatangan orang Cina di Pontianak, terbentuknya kampung-kampung Cina di Ponianak dan peran ekonomi, sehingga terbentuk Pasar Cina. Di bagian ini Dana Listiana secara mendalam memberikan ulasan tentang hubungan birokrasi Hindia Belanda dengan orang Cina di Pontianak. Hubungan yang saling membutuhkan itulah yang menyebabkan Pasar Cina bisa berkembang pesat. Pasar yang dibangun di abad-19 itu telah menjelma menjadi wahana ekonomi penting di abad ke-20.

Pontianak adalah sebuah kota yang unik. Kota yang dimiliki oleh Kesultanan ini diperintah secara administrative oleh Belanda. Masyarakatnya multi etnik, didominasi dengan orang Cina. Keunikan inilah yang menurut Bondan Kanumoyoso membuat penelitian Dana Listiana ini menjadi penting. Pasar yang awalnya didirikan oleh orang-orang Cina ini sangat berhubungan dengan Kesultanan, administrasi pemerintahan Belanda dan memberi pelayanan kepada semua etnis yang bermukim di Kota Pontianak.

Perkembangan ekonomi Kota Pontianak menjadi semakin pesat saat raja-raja kecil di sepanjang sungai mengikat perjanjian dengan Belanda. Dengan ikatan ini gangguan kriminal menjadi sangat berkurang. Akibatnya Pontianak menjadi sebuah kota dagang yang ramai.

Seperti telah disebutkan di atas, Dana Listiani melengkapi kajiannya dengan sejarah kedatangan orang Cina di Pontianak. Dana Listiani menyebutkan bahwa pada tahun 1771 serombongan orang Cina datang ke Pontianak. Seiring dengan julah yang semakin besar, Pemerintah Belanda memfasilitasi berdirinya Kampung Cina. Belanda mempunyai kepentingan untuk mendirikan Kampung Cina. Sebab Kampung Cina menjadi tempat untuk menyimpan berbagai barang dagangan yang saat itu sangat dibutuhkan dalam mendukung usaha ekspor-impor Pemerintah Belanda. Selain itu Kampung Cina juga dimaksudkan untuk menarik para pedagang berniaga di tempat tersebut. Kita tahu bahwa orang-orang Cina yang berada di Kalimantan Barat saat itu bekerja di tambang emas. Orang-orang pedalaman yang membawa hasil bumi dan orang-orang Cina dari pertambangan bertemu dengan para saudagar yang datang ke Pelabuhan Pontianak.

Dari sanalah kemudian muncul Pasar Cina. Keberadaan Pasar Cina sudah diidentifikasi sejak tahun 1880. Wilayah ini telah menjadi kawasan niaga yang ramai. Karena perannya yang sangat penting, Pasar Cina dan Kampung Cina mengalami perluasan. Tentu saja perluasan ini difasilitasi oleh Pemerintah Belanda.

Sampai dengan tahun 1919, Pasar Cina masih dikelola oleh orang-orang Cina. Namun sejak 1919, pengelolaan pasar beralih kepada Pemerintah Belanda. Pada awalnya orang-orang Cina hanya perlu membayar hak pengelolaan (pacht) jika ingin berniaga di wilayah tersebut. Mereka bisa memonopoli perniagaan karena mempunyai hak kelola dengan cara membayar pacht kepada pemerintah. Namun sejak tahun 1919, Pemerintah Belanda mendirikan lembaga untuk mengelola pasar tersebut. Pembentukan lembaga yang mengurusi pasar ini sejalan dengan dihapusnya sistem pacht di Hindia Belanda.

Lembaga yang mengurusi pasar terebut disebut sebagai Pasar Fonds. Selain bertugas memelihara sarana pasar, lembaga ini juga mengurus administrasi dan keamanan pasar. Meski sudah ada lembaga yang mengelola pasar, namun Pamerintah Belanda tetap bekerjasama dengan perkumpulan Siang Hwee.

Pasar Cina Pontianak berperan semakin besar di abad ke-20. Seiring dengan berkembangnya perdagangan lokal dan internasional pasar ini terus berkembang. Pasar Cina Pontianak menjadi jantung perniagaan di wilayah Kalimantan Bagian Barat. 806

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB