Bulan Rajab dan Keimanan Abu Bakar
Jumat, 9 Februari 2024 09:53 WIBAbu Bakarlangsung percaya dan mengimani peristiwa Isra Miraj tersebut. Rahasia keimanan Abu Bakar berasal dari prinsip bahwa apapun yang nabi katakan pasti benar.
Keiistimewaan Bulan Rajab
Bulan Rajab adalah bulan yang sangat istimewa. Dia adalah satu dari empat bulan haram yang disebutkan nabi, yaitu Zulqaidah, Zulhijah, Muharram dan Rajab. Nabi bahwa kita tidak boleh menzalimi diri sendiri apalagi orang lain. Kejahatan pada bulan-bulan haram ini akan dilipatkan sebagaimana juga kebaikan juga akan dilipatkan.
Khusus pada bulan Rajab, ada satu peristiwa yang luar biasa yaitu Isra’ Mi’raj. Isra’ Mikraj. Ini adalah peristiwa diperjalankannya nabi dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan naik ke Sidratul muntaha yang menegaskan kenabian nabi Muhammad SAW. Perisiwa itu sekaligus menegaksan kepemimpinan beliau diatas para nabi dan rasul yang lainnya.
Dalam peristiwa isra’ mi’raj, kita perlu melihat bagaimana sahabat Abu Bakr mempercayai peristiwa tersebut. Peristiwa isra’ Mi’raj bukanlah peristiwa yang mudah dipahami pada masa itu dan masa sekarang. Jarak dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa adalah sekita 1.000 km sampai 1.200 KM, tentu saja pada saat itu belum ada kendaraan canggih seperti saat ini. Transportasihanya bergantung pada unta atau kuda dan memerlukan waktu sampai berminggu-minggu untuk bepergian dengan jarak sejauh itu.
Belum lagi jarak dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha dimana kita sebagai umat islam pun tidak begitu tau dimana letaknya. Menurut para ahli astronomi, ujung semesta yang bisa diamati, jaraknya adalah sekitar 27,5 miliar tahun cahaya sementara cahaya itupun kecepatan nya sekitar 300.000 KM per detik. Andai Sidratul Muntaha berada di ujung semesta lalu nabi menuju ke sana, betapa cepatnya nabi melintasi alam semesta. Dan perlu diingat bahwa nabi melakukan perjalan pergi dan pulang sehingga pasti jaraknya mencapai dua kali lipat sementara itu semua dilakukan nabi dalam waktu kurang dari satu malam.
Ada seorang astronom yang mencoba menghitung kecepatan nabi jika menempuh jarak keujung semesta dalam waktu kurang dari satu malam. Hasilnya nabi diperkirakan pergi dengan kecepatan 5.4 triliun KM per detik.
Kemuliaan Abu Bakar
Dilihat dari peristiwa tersebut, betapa sulitnya memahami peristiwa tersebut untuk dipahami oleh logika manusia. Berbeda dengan Abu Bakar, beliau langsung percaya dan mengimani peristiwa nabi tersebut. Rahasia keimanan Abu Bakar tidak lain berasal dari prinsip yang ia yakini yaitu “apapun yang nabi katakan pasti benar” dan Abu Bakar sendiri pasti akan membenarkan berita yang disampaikan Nabi sekalipun kabar yang diberitakan lebih dari apa yang dia dengar.
Inilah yang sering dilupakan oleh umat muslim diseluruh dunia, betapa umat muslim harus memiliki keimanan dan kepercayaan layaknya Abu Bakar kepada nabi Muhammad SAW. Membenarkan apapun yang telah disampaikan oleh nabi Muhammad SAW. Nabi pun pernah memuji keimanan Abu Bakar, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat, akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (HR Iman Baihaqi, dalam Asy Syib).
Dalam sebuah riwayat yang mutawatir dari Ali Radhiyallahu anhu, dijelaskan bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu berkata :
خَيْرُ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا أَبُوْ بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ
Orang terbaik ummat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakr kemudian Umar
Konsekuensi Iman
Jadi, jika kita ingin merujuk seberapa kuat iman yang harus kita miliki maka kita harus menjadikan sahabat Abu Bakar sebagai tolak ukurnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus memperkokoh keyakinan terhadap Al-Qur’an dan hadits nabi sebab itu adalah pangkal untuk memperkokoh iman. Oleh karena itu, Ketika seseorang menyatakan bahwa dia menyatakan beriman kepada ALLAH dan rasulnya tetapi Ketika dikatakan kepadanya untuk tunduk dibawah aturan syari’at dan orang tersebut masih enggan maka keimanan nya masih dipertanyakan dan kekokohan imannya tidak sekuat Abu Bakar. Sebagaimana ALLAH SWT telah mem firmankan:
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan, (Al-Maidah: 48)
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata. (Al-Ahzab:36)
Oleh karena itu sudah sepatutnya umat muslim tidak mengambil hukum lain selain hukum Islam karena itu adalah konsekuensi iman yang harus dipercayai oleh umat muslim seutuhnya dan untuk mengikuti contoh keyakinan Abu Bakar kepada nabi Muhammad SAW. Sebab itu juga, Ketika seseorang berkata bahwa dia percaya kepada nabi Muhammad SAW tapi sikap dan perbuatannya justru jauh dari apa yang diperintahkan oleh AL-Qur’an dan sunnah atau bahkan berpikir-pikir dahulu untuk menerapkan syariat maka sebenarnya keimananya masih belum kuat.
Seperti itulah pelajaran yang dapat kita ambil dari keimanan Abu Bakar yang kepribadiannya telah dipuji oleh Nabi Muhammad SAW. Sepatutnya umat muslim meniru keteguhan dan keimanan Abu Bakar kepada nabi Muhammad SAW dengan meyakini bahwa apa yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW adalah benar dan tidak menunda-nunda untuk melaksanakan apa yang diperintahkan dan menghindari atau menghapuskan apa yang dilarang. Penerapan Syariat Islam adalah hal yang diperintahkan oleh nabi Muhammad SAW sudah sepatutnya dengan keimanan yang kokoh selayaknya Abu Bakar umat islam bersatu untuk memperjuangkan penegakan syariat Islam secara keseluruhan diseluruh aspek kehidupan.
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ ﴿٣٣﴾ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۚ ذَٰلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ ﴿٣٤﴾ لِيُكَفِّرَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي عَمِلُوا وَيَجْزِيَهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allâh akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [az-Zumar/39:33-35]
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Kisah Siti Hajar: Perjalanan Kesabaran dan Keyakinan
Senin, 4 Maret 2024 06:46 WIBBulan Rajab dan Keimanan Abu Bakar
Jumat, 9 Februari 2024 09:53 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler