Kisah Siti Hajar: Perjalanan Kesabaran dan Keyakinan

Senin, 4 Maret 2024 06:46 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat Nabi Ibrahim menerima perintah itu, hatinya terasa berat. Tetapi, dalam ketundukan yang penuh kepasrahan kepada kehendak Allah, ia mengemban perintah tersebut.

Dahulu kala, di tengah gurun yang tandus dan luas, hiduplah seorang wanita yang nama baiknya melintas sepanjang zaman. Namanya adalah Siti Hajar, seorang istri yang penuh kesabaran dan keyakinan, yang kisah hidupnya telah menjadi cahaya bagi banyak orang.

Kisah Siti Hajar dimulai dari saat-saat yang menguji keimanan dan kesabaran. Ia adalah istri dari Nabi Ibrahim, seorang yang dipilih Allah SWT sebagai utusan-Nya. Saat itu, Allah SWT menguji Nabi Ibrahim dengan perintah yang tidak terduga: untuk meninggalkan Siti Hajar dan putra mereka, Ismail, di tengah padang pasir yang sunyi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat Nabi Ibrahim menerima perintah itu, hatinya terasa berat. Tetapi, dalam ketundukan yang penuh kepasrahan kepada kehendak Allah, ia mengemban perintah tersebut. Begitu perintah itu diterima, Siti Hajar pun bertanya, "Hendak ke mana, wahai Ibrahim?" Namun, Nabi Ibrahim hanya diam, karena perintah itu datang dari Ilahi.

Siti Hajar yang bijaksana kemudian bertanya lagi, "Apakah Allah SWT memerintahkan hal itu untuk meninggalkan aku dan anakmu di sini?" Dan dengan suara lembut, Nabi Ibrahim menjawab, "Ya." Meskipun hatinya terasa berdebar, Siti Hajar menjawab dengan penuh keyakinan, "Pasti Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan kami."

Mereka ditinggalkan di tengah gurun pasir, tanpa bekal yang cukup, tanpa harapan yang pasti. Namun, Siti Hajar tidak putus asa. Saat air susu yang menjadi satu-satunya sumber kehidupan mulai menipis, dan putranya menangis kesakitan, ia tidak menyerah pada keadaan. Dengan hati yang teguh dan tekad yang bulat, ia mencari air, walau harus berlari-lari di antara bukit-bukit Shafa dan Marwa, di tengah teriknya matahari.

Air yang sangat dicarinya akhirnya datang, atas izin Allah SWT. Saat Siti Hajar menghentakkan kakinya ke tanah, muncullah mata air yang kemudian dikenal sebagai Zamzam, sumber air yang tidak pernah kering hingga kini, menjadi saksi bisu keajaiban dan keberkahan.

Kisah Siti Hajar memberikan pelajaran yang mendalam tentang kesabaran, kepercayaan, dan ketundukan kepada kehendak Ilahi. Ia adalah teladan bagi kita semua, bahwa dalam setiap ujian dan tantangan, ada kemungkinan untuk menemukan keajaiban dan rahmat, jika kita hanya berserah sepenuhnya kepada Allah SWT.

Begitulah semestinya sikap seorang hamba Allah sejati. Ketika mengetahui bahwa Allah telah memerintahkan sesuatu, maka hamba tersebut taat setaat taatnya, walaupun sekilas perintah Allah SWT tersebut nampak tidak masuk akal. Kuncinya adalah keyakinan bahwa Allah SWT tidak akan menzhalimi hamba-Nya.

 

وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًاوَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
Dan Rabbmu tidak akan pernah menzalimi siapapun juga.” (QS. Al-Kahfi[18]: 49)

Umat Islam saat ini menghadapi tekanan eksternal dan internal, baik berupa penjajahan maupun penindasan, membuat keyakinan mereka untuk keluar dari situasi ini terasa sulit. Namun, kisah Siti Hajar menjadi relevan di sini. Keyakinan pada pertolongan Allah sangat penting dalam menjaga tegaknya Islam. Umat Islam dan pengemban dakwah harus berikhtiar maksimal untuk kebangkitan Islam, menunjukkan kesungguhan demi mendapatkan ridha Allah SWT. Mengambil teladan dari Siti Hajar, kita percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin dihadapi dalam perjuangan, seberat apapun perjuangan itu.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Adithio

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Bulan Rajab dan Keimanan Abu Bakar

Jumat, 9 Februari 2024 09:53 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
Lihat semua