x

Pelabuhan Rotterdam. Foto: I Sandyawan Sumardi

Iklan

Sandyawan Sumardi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 3 Maret 2024 11:13 WIB

Rahasia yang Menjadikan Pelabuhan Rotterdam sebagai Terbaik di Dunia

Sekarang aku menyaksikan sendiri mengapa infrastruktur pelabuhan utama  Belanda ini  beberapa kali terpilih sebagai terbaik di dunia. Fasilitas modern, jaringan pedalaman yang luas, dan proyek investasi besar adalah kuncinya. Indonesia bisa belajar banyak di sini jika ingin merawat mimpi jadi poros maritim dunia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebenarnya ini kali kedua aku mengunjungi kota Rotterdam. Pada kunjungan  pertama waktu itu aku sama sekali belum juga berkeliling di kota pelabuhan bersejarah ini. Dan hari ini, Minggu 26 Februari 2024, syukur aku punya waktu cukup leluasa dan santai untuk berkeliling di kota Rotterdam, khususnya mengitari Pelabuhan Rotterdam.

Semakin tampak betapa  Rotterdam merupakan  kota unik yang penuh dengan arsitektur modern Belanda. Kehidupan budaya kota ini agak lain dibandingkan dengan ibukota Amsterdam atau kota pelajar Leiden.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sandyawan Sumardi (kanan)

Pelabuhan

Menurut informasi resmi,  Palabuhan Rotterdam didirikan pada tahun 1270 di tepi sungai Rotte dan diberikan status kota pada tahun 1340, Rotterdam selalu mengandalkan pelabuhannya untuk keberhasilannya, berkembang terus selama berabad-abad hingga akhir abad ke-19 ketika pembangunan Nieuwe Waterweg menyediakan akses perairan dalam ke kota tersebut yang  mengakibatkan perluasan pelabuhan yang cepat dan pertumbuhan populasi.

Melangkahkan kaki pelan-pelan sambil ngobrol santai menyusuri bibir laut sekitar pelabuhan Rotterdam di senja hari ternyata  memang asyiek,  melahirkan sensasi tersendiri..

Ohoi, ini rupanya Haven van Rotterdam, Pelabuhan Rotterdam!

Inilah  pelabuhan terbesar di Eropa, dan pelabuhan terbesar di dunia di luar Asia Timur, yang lokasinya di dan dekat kota Rotterdam, di provinsi Holland Selatan di Belanda. 

Ada catatan prestasi yang pernah kubaca,  bahwa dari tahun 1962 hingga 2004, pelabuhan ini merupakan pelabuhan tersibuk di dunia berdasarkan tonase kargo tahunan.

Pada tahun 2020, Rotterdam menjadi pelabuhan peti kemas terbesar kesepuluh di dunia dalam hal unit setara dua puluh kaki (TEU) yang ditangani. 

Pada tahun 2017, Rotterdam juga merupakan pelabuhan kargo terbesar kesepuluh di dunia dalam hal tonase kargo tahunan.

Aku kagum dengan pembangunan route jalan kaki dan bersepeda  yang begitu kokoh, indah dan  bervariasi,  membawa kita  menyusuri semua objek dan tempat terkenal dan kurang terkenal yang patut dilihat di pelabuhan.

Harus aku akui, pelabuhan Rotterdam ini merupakan salah satu tempat paling fotogenik di Belanda, pemandangan di sekeliling Pelabuhan Rotterdam memang keren-keren sebagai spot fotografi.

Alam yang ditawarkan pelabuhan Rotterdam pun, termasuk banyak spesies tumbuhan dan hewan uniknya.

Luas area Pelabuhan Rotterdam itu sendiri meliputi 105 kilometer persegi (41 mil persegi), membentang sejauh 40 kilometer (25 mil). 

Pelabuhan Rotterdam terdiri dari kawasan pelabuhan bersejarah di pusat kota, termasuk Delfshaven; kompleks Maashaven/Rijnhaven/Feijenoord; pelabuhan di sekitar Nieuw-Mathenesse; Waalhaven; Vondelingenplaat; Eemhaven; botol; Europoort, terletak di sepanjang Calandkanaal, Nieuwe Waterweg dan Scheur (dua yang terakhir merupakan kelanjutan dari Nieuwe Maas); dan wilayah Maasvlakte yang direklamasi, yang condong  menjorok ke Laut Utara. 

Delta Rhine - Meuse Scheldt  

Pelabuhan Rotterdam terletak di tengah Delta Rhine-Meuse-Scheldt. Delta Rhine–Meuse–Scheldt adalah sebuah delta sungai di Belanda yang dibentuk oleh pertemuan sungai Rhine, sungai Meuse (Belanda: Maas) dan sungai Scheldt. 

Dalam beberapa kasus, delta Scheldt dianggap sebagai delta terpisah dari delta Rhine – Meuse. 

Hasilnya adalah banyaknya pulau, cabang, dan nama cabang, di mana jalur air yang tampak seperti satu aliran sungai yang berkesinambungan mungkin memiliki banyak nama terpisah untuk bagian yang berbeda, misalnya. Rhine → Bijlands Kanaal → Pannerdens Kanaal → Nederrijn → Lek → Nieuwe Maas → Het Scheur → Nieuwe Waterweg. 

Karena Sungai Rhine menyumbang sebagian besar air, istilah "Delta Rhine" biasanya digunakan, meskipun nama ini juga digunakan untuk delta tempat Sungai Alpen Alpen mengalir ke Danau Constance. 

Berdasarkan beberapa perhitungan, delta Rhine–Meuse–Scheldt mencakup 25.347 km2 (9.787 mil persegi), menjadikannya yang terbesar di Eropa.

Rotterdam memiliki lima konsesi pelabuhan (pelabuhan) dalam batas-batasnya - dioperasikan oleh perusahaan terpisah di bawah otoritas keseluruhan Rotterdam. 

Rotterdam terdiri dari lima kawasan pelabuhan berbeda dan tiga pusat distribusi yang memfasilitasi kebutuhan daerah pedalaman dengan lebih dari 500.000.000 konsumen di seluruh benua Eropa.

Infrastruktur

Sekarang aku menyaksikan sendiri mengapa infrastruktur pelabuhan utama  Belanda ini  telah beberapa kali terpilih sebagai infrastruktur pelabuhan terbaik di dunia oleh Forum Ekonomi Dunia.

Peringkat ini terutama disebabkan oleh fasilitas modern, jaringan pedalaman yang luas, dan proyek investasi besar di Rotterdam. 

Miliaran dolar telah dan sedang diinvestasikan dalam perluasan jaringan antar moda, pembangunan Maasvlakte 2, dermaga, terminal canggih, kilang modern, penyimpanan tangki, sistem TIK dan fasilitas baru untuk biofuel dan bioenergi.

Tujuan dan Visi  

Otoritas Pelabuhan Rotterdam sebagai  perusahaan otonom dengan dua pemegang saham, yaitu Kotamadya Rotterdam dan negara Belanda, mencanangkan tujuan dan visi pembangunan Pelabuhan Rotterdam:

"Tujuan Menghubungkan dunia. Membangun pelabuhan berkelanjutan masa depan. 
Di pelabuhan Rotterdam, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB adalah inti dari apa yang kami lakukan. Kami sangat yakin bahwa tanggung jawab kami adalah berkontribusi terhadap kehidupan dan lingkungan kerja yang lebih sehat bagi semua orang. Kami berkomitmen untuk menciptakan pelabuhan yang netral iklim, di mana keselamatan telah dan akan selalu menjadi prioritas utama kami. Satu-satunya jalan ke depan adalah jalan yang berkelanjutan. Kami mengaktifkan logistik yang cerdas dan berkelanjutan. Kami memajukan energi terbarukan. 

Kami memfasilitasi industri sirkular. Berkat kerja sama dengan mitra, kita dapat mencapai masa depan yang adil dan seimbang. 

Misi Kami menciptakan nilai ekonomi dan sosial dengan mencapai pertumbuhan berkelanjutan di pelabuhan kelas dunia melalui kerja sama dengan klien dan pemangku kepentingan. 

Penglihatan Kami adalah pengembang pelabuhan terkemuka, aman, efisien dan berkelanjutan di mana klien kami dapat melakukan bisnis dengan sukses."

Berinovasi, mendobrak batasan, dan bekerja keras adalah DNA Rotterdam. 

Hal ini menjadikan pelabuhan Rotterdam yang terbesar di Eropa dan salah satu pusat logistik terpenting di dunia. 

"Jika kami   memilih Rotterdam, kami akan berlayar menuju kesuksesan Rotterdam dan bersiap untuk masa depan!"

Begitu orang Belanda mengungkapkan kebanggaannya.

Indonesia Poros Maritim Dunia?

Setelah belajar dari Pelabuhan Rotterdam dan sekilas sistem pembangunan maritim Belanda, marilah kita kembali ke tanah air tercinta..

Dalam dua periode pemerintahan presiden Jokowi-Ma'ruf, sejak awal ada tekad yang sangat prestisius yaitu membangun Indonesia sebagai poros maritim dunia!

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia tentu saja memiliki potensi kuat  untuk menjadi Poros Maritim Dunia. 

Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.

Rancang bangun itu  meliputi pembangunan proses maritim dari aspek infrastruktur, politik, sosial-budaya, hukum, keamanan,dan ekonomi. Penegakkan kedaulatan wilayah laut NKRI, revitalisasi sektor-sektor ekonomi kelautan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi kerusakan lingkungan dan konservasi biodiversity, serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan, merupakan program-program utama dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Dua periode pemerintahan Jokowi-Ma'ruf tinggal beberapa bulan lagi bakal berakhir. Apakah "Big Plans" itu sudah terwujud?

Belum. Masih jauh. Yang menyedihkan  bahkan akhir-akhir ini bangsa dan negara kita masih disibukkan dengan kericuhan hasil Pemilu 2024 yang sebenarnya krisis demokrasi itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu.

Kita semua menyaksikan bagaimana di negeri kita telah terjadi proses penggelembungan kekuasaan eksekutif yang didukung penuh oleh kekuatan  oligarkis dan jaringannya yang menggurita baik di eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Kekuasaan yang menggelembung itu melemahkan mekanisme "check and balance", melemahkan lembaga anti-korupsi (KPK), dan intervensi terhadap proses hukum di Mahkamah Konstitusi (MK).

Mendekati pemilu 2024, penggelembungan kekuasaan yang tak mau mengenal batas itu mengancam syarat paling minimum dari demokrasi: pemilu bebas dan kompetitif.

Ada begitu  banyak laporan dugaan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) untuk mengintervensi proses pemilu demi kepentingan kandidat tertentu, mulai dari mobilisasi aparat desa untuk memenangkan Capres tertentu, politisasi bansos secara besar-besaran yang dipimpin langsung oleh presiden sendiri, pemanfaatan fasilitas negara untuk kampanye capres, dan lain-lain.

Dan yang paling berbahaya dari itu adalah kecenderungan kuat petahana mengintervensi pemilu agar tidak memberi peluang oposisi menang.

Atas nama menjaga kesinambungan pembangunan, Jokowi menyatakan terbuka cawe-cawe dalam pemilu 2024. Ia ikut dalam hiruk-pikuk memasangkan Capres-Cawapres yang dianggap cocok meneruskan kepemimpinannya.

Setidaknya para guru besar di Perguruan Tinggi, para akademisi, para aktivis demokrasi dan hak asasi manusia sangat mengkhawatirkan bakal  terjadinya kemunduran di bidang demokrasi dan hak asasi manusia serta gerakan anti korupsi di Indonesia dewasa ini dan  masa depan.

Menyadari kondisi-kondisi yang memprihatinkan ini, masuk akal kalau ada pesimisme tekad rencana pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia bisa terwujud.

Tujuh Prasyarat Strategi Kebijakan  

Namun  sekali lagi, belajar dari Pelabuhan Rotterdam dan sekilas sistem pembangunan maritim Belanda, kita sebenarnya masih punya peluang untuk optimis dapat mewujudkan rencana pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia, asalkan Indonesia dapat memenuhi/mewujudkan tujuh syarat kebijakan ini:

(1). Menjalankan kebijakan ekonomi yang lebih berfokus pada redistribusi. Redistribusi adalah pendistribusian kembali pendapatan masyrakat, utamanya dari kelompok kaya kepada kelompok masyarakat miskin, baik yang berasal dari pajak maupun pungutan-pungutan lain. Redistribusi pendapatan menjadi salah satu cara pemerintah untuk meratakan pembangunan.  

Kebijakan pajak yang lebih tegas utamanya mendorong pajak progresif penghasilan, pajak keuntungan dan pajak kekayaan. 

Mengurangi jam kerja dan beban kerja seraya memperhatikan kualitas pelayanan publik kepada pekerja seperti kesehatan dan pendidikan untuk mendukung nilai intrinsik mereka sebagai manusia bukan hanya sebagai alat produksi belaka.

(2). Menjauhkan diri dari pembangunan yang hanya berfokus pada pertumbuhan (GDP) belaka, dan sebaliknya segera memperluas pembagunan pada sektor-sektor publik yang membutuhkan perhatian serius, yaitu: energi bersih, pendidikan, kesehatan, ekologi, dlsb.

Menghentikan secara radikal tumbuh-kembangnya sektor-sektor yang tidak berkelanjutan. Karena pola dan peran mereka yang de facto telah mendorong konsumsi berlebihan dan berbahaya bagi ekologi global terutama sektor privat seperti minyak, gas, tambang, periklanan dan lainnya. 

(3). Transformasi pertanian menuju pertanian yang dapat diperbarui berdasarkan perlindungan kepada keragaman hayati; produksi pangan yang bersifat lokal dan berkelanjutan serta sistem pertanian yang adil memperhatikan kondisi dan upah pekerja. 
Mewujudnyatakan “universal basic income” (jaminan pendapatan dasar semesta, Jamesta) yang berakar pada “universal social policy system” (sistem kebijakan sosial universal).

Jamesta adalah transfer tetap kepada individu tanpa memperhatikan status sosial (Bansos, Asuransi Sosial, Subsidi Harga, “Natural Resources Devidend”). Jamesta menuntut perubahan sistem kerja, mempermudah “targeting” (mengurangi “inclusion and exclusion error”).

(4). Mengurangi segala bentuk pemborosan yang tidak perlu secara drastis, antara lain birokrasi yang terlampau gemuk di segala bidang, kinerja pejabat dan birokrat yang tidak efektif dan efisien, biaya perjalanan, studi banding, formalitas kerja, dari bermewah-mewah dan mubazir secara konsumtif, menuju sistem yang lebih efektif dan efisien yang lebih berorientasi pada publik, dan mengutamakan prinsip berkelanjutan. 

(5). Memperjuangkan terwujudnya tiga pilar Trisakti: mandiri di bidang ekonomi, berdaulat dalam politik dan berkepribadian dalam budaya sebagai wujud revolusi suatu bangsa.

(6). Mendesak untuk mewujudkan agenda demokratisasi ekonomi dengan menjunjung asas kekeluargaan dan kegotong royongan, serta selalu menjunjung tinggi nilai-nilai dan prinsip koperasi dalam setiap gerak perjuangan.

(7). Pembatalan seluruh hutang terutama untuk pekerja dan pemilik usaha kecil (UKM) dan hutang negara-negara Selatan (hutang kepada negara kaya dan kepada lembaga keuangan internasional).

Pendek kata, kebijakan yang sangat mengutamakan masyarakat, justru karena prinsip berkelanjutan, kesetaraan dan keberagaman - yang saya yakini akan lebih mampu mencegah dan menangani guncangan dengan lebih baik, termasuk yang terkait dengan perubahan iklim, dan pandemi, krisis akibat ancaman perang global, sehingga terwujudlah masyarakat yang hidup berlandaskan kebenaran, keadilan dan perdamaian, kemanusiaan yang adil dan beradab..!

Leiden, 27 Februari 2024

I. Sandyawan Sumardi

Ikuti tulisan menarik Sandyawan Sumardi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan