Mengapa Kita Merasa Telah Berjuang? Sebuah Pesan untuk (yang Mengaku) Aktivis Dakwah

Kamis, 23 Mei 2024 19:12 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa orang yang saya kenal dan melabeli dirinya sebagai aktivis dakwah serta memproklamirkannya di hadapan khalayak, terkadang tanpa disadari menunjukkan sikap merasa diri lebih baik dari orang lain. 

Hari ini, Saya ingin merenung sembari menulis beberapa hal yang sempat muncul sebelumnya di dalam kepala tentang sikap beberapa di antara kita yang selalu (merasa) telah berjuang dan berbuat banyak hal dalam dakwah. Tentu kita harus mengakui secara jujur bahwa dalam kehidupan beragama, dakwah memegang peran yang sangat penting sebagai sarana menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan mengajak orang untuk berbuat baik. Aktivis dakwah memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikan pesan-pesan agama dengan penuh hikmah dan kesabaran.

Namun, ada fenomena yang rasanya perlu saya cermati dan kritisi secara general, yaitu sikap sebagian aktivis dakwah yang merasa telah berjuang keras dalam dakwah dan kemudian meremehkan orang lain yang belum berada di jalan yang sama. Ada kecenderungan sebagian orang itu merasa terlalu puas dengan apa yang telah mereka lakukan. Anggap saja tulisan ini merupakan nasihat untuk diri saya sendiri dan tak perlu ada yang tersinggung atau marah setelah membacanya.

Beberapa orang yang saya kenal dan melabeli dirinya sebagai aktivis dakwah serta memproklamirkannya di hadapan khalayak, terkadang tanpa disadari menunjukkan sikap merasa diri lebih baik dari orang lain.  Tentu saja ini tidak dilakukan secara langsung dan terang-terangan dan bahkan mungkin mereka sendiri tidak merasa sedang melakukannya. Hal ini tentu tentu berbahaya dan bisa mencerminkan kesombongan. Dalam Islam, kesombongan adalah salah satu sifat yang sangat dikecam. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi" (HR. Muslim).

Harus kita pahami secara bersama bahwa  sifat ) ini sangat tidak boleh dan tak layak dimiliki oleh manusia apalagi yang mengaku dirinya sebagai aktivis dakwah, merasa lebih tinggi dan meremehkan orang lain hanya akan menjauhkan diri dari ajaran Islam yang mengutamakan kerendahan hati dan menghargai sesama manusia. Dakwah yang sejati seharusnya dilandasi oleh keikhlasan dan kesadaran akan tanggung jawab untuk menyebarkan kebaikan tanpa merasa superior atas orang lain.

Seorang aktivis dakwah seharusnya menunjukkan empati dan kasih sayang terhadap semua orang, termasuk mereka yang mungkin belum memahami atau mengikuti ajaran agama dengan baik. Sikap meremehkan dan menghakimi hanya akan menciptakan jurang pemisah dan memperburuk citra dakwah. Dakwah yang efektif adalah dakwah yang dilakukan dengan pendekatan yang lembut dan penuh pengertian, bukan dengan sikap menghakimi.

Dakwah bukan sekadar menyampaikan pesan-pesan keagamaan, tetapi juga mengajak dan membimbing dengan cara yang baik. Aktivis dakwah harus menyadari bahwa setiap orang berada pada tahap yang berbeda dalam perjalanan spiritual mereka. Meremehkan orang lain tidak membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual bersama. Sebaliknya, kita harus saling mendukung dan menguatkan dalam kebaikan.

Kemudian, akhlak yang baik merupakan cermin dari pesan dakwah itu sendiri. Bagaimana mungkin seseorang yang berdakwah tentang kebaikan tetapi perilakunya tanpa disadari meremehkan orang lain? Terkadang kita merasa tidak sedang melakukannya, tetapi akibat dari tidak ada kehendak dalam diri untuk melakukan evaluasi diri justru pada faktanya itulah yang kita lakukan. Setiap dai perlu melakukan refleksi diri dan evaluasi secara rutin. Hal ini penting untuk menghindari rasa puas diri dan memastikan bahwa kita tetap berada di jalan yang benar. Dengan refleksi dan evaluasi, kita dapat melihat kekurangan dan terus berusaha memperbaiki diri sebab jika akhlak yang buruk kita pelihara ia akan dapat mencoreng citra dakwah dan mengurangi kepercayaan orang terhadap pesan yang disampaikan. Dakwah yang baik adalah dakwah yang dilakukan dengan contoh akhlak yang mulia, sehingga orang lain dapat melihat keindahan ajaran agama dalam tindakan sehari-hari.

Selanjutnya yang harus kita pahami ialah setiap individu memiliki latar belakang dan perjalanan hidup yang berbeda. Menghormati perbedaan dan menunjukkan kesediaan untuk membantu dengan sabar adalah kunci dalam dakwah yang efektif. Meremehkan orang lain hanya akan menimbulkan rasa sakit hati dan memperburuk hubungan antar sesama. Sebaliknya, dengan menghormati perbedaan dan membimbing dengan cara yang bijak, kita dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dan saling mendukung.

Tulisan ini tidak sedang menjatuhkan siapapun, hanya sekedar untuk mengingatkan diri penulis secara pribadi agar dakwah dilakukan dengan cara yang lebih bijak dan efektif. Dakwah adalah tentang mengajak orang kepada kebaikan dengan penuh kasih sayang dan pengertian. Dengan sikap yang rendah hati, empati, dan menghormati perbedaan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan mendukung pertumbuhan spiritual bersama. Semoga para aktivis dakwah dapat menjalankan peran mereka dengan sebaik-baiknya dan membawa kebaikan bagi semua.

Teruslah berjuang tanpa harus merasa bahwa kita sedang/telah berjuang. Teruslah berbuat tanpa harus merasa bahwa kita telah memberi banyak hal dari diri kita dijalan ini. Sejatinya kita tak memiliki apa-apa. Kita harus berjalan pada rel keikhlasan.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Wahyu Kurniawan

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler