Mahasiswa akhir di Jurusan Bahasa dan Seni
Perempuan Bermata Kunang-Kunang
Senin, 22 Juli 2024 07:49 WIBRaja kunang-kunang, begitulah ia menjuluki dirinya sendiri. Adalah seorang yang menjabat sebagai Kepala Petugas Keamanan Berpangkat Paling Tinggi yang punya hobi menulis cerita-cerita pendeknya di ruang kerjanya yang megah. Raja kunang-kunang sangat dibenci (secara sembunyi-sembunyi) oleh para lelaki lain yang membaca tulisan-tulisannya, yang semuanya bernada dan berbau dunia kunang-kunang.
“…Aku belajar berenang di kolam liur dan terdampar di bibirmu yang merah muda sayu. Kita berhadap, kau kudekap, pupilmu membesar. Di ruang tamu dekat jendela depan, desir ombak menjatuhkan bintang-bintang dari wajahmu, keningmu mengerut kecut.”
Gelagatnya seperti seorang pianis sejati, dengan lincah mengerakkan jari-jarinya di atas mesin tik. Pria yang sedang menjabat sebagai kepala petugas keamanan (berpangkat paling tinggi) itu, menjuluki dirinya sebagai raja kunang-kunang. Raja kunang-kunang, memang seorang kepala petugas keamanan, tapi ternyata memiliki dunianya sendiri yang tak sama sekali berhubungan dengan jabatannya. Sebut saja dunia kunang-kunang. Ia adalah seorang penyinta mata, ia terobsesi berat dengan perempuan yang memiliki mata seperti kunang-kunang.
Di ruang kerjanya yang megah. Raja kunang-kunang lantas terus menggerakan jari-jarinya seperti ritme kepak sayap kunang-kunang, matanya menyala-nyala bagai remang cahaya kunang-kunang. Ia sedang menulis cerita baru yang diberi judul “Perempuan Bermata Kunang-Kunang”.
Begini cerita dalam tulisannya:
Pagi-pagi buta, aku seperti orang aneh, meraba selimut, tapi tak kurasa lekukan tubuhmu. Mataku langsung terbelalak begitu saja memandang langit-langit rumah. Seperti ada yang tak beres, seperti sebuah pertanda buruk menimpaliku, beribu ampun prasangka di kepala. Kau tak ada di sampingku. Terperanjat, aku seperti orang gila berlarian sambil memanggil-manggilmu. Di kamar, di dapur, di ruang tamu, di kamar mandi, di garasi, di halaman rumah, aku cemas seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Seharian aku tak menjumpaimu di rumah kita.
Apa sebenarnya yang terjadi, apa kau benar-benar hilang sayang?
Perasaan baru pekan lalu aku menikahimu, dan semalam adalah malam pertama kita sayang. Perasaan baru semalam kudengar teriakkanmu yang paling manja, perasaan baru semalam kau kudekap erat, perasaan baru semalam aku merasa utuh sebagai lelaki, perasaan baru semalam aku merasa orang paling beruntung di dunia. Tapi kenapa aku mesti kehilanganmu? Cara hilangmu yang begitu aneh bukan? Kehilanganmu yang membuat tetangga-tetangga kita menganggap aku gila.
“kenapa dia teriak-teriak?”
“dasar gila!”
“ya, dia memang gila”
“sudah jangan dihiraukan”
“jangan dihiraukan apanya? Kamu tidak terganggu apa?”
“dia itu gila karena istrinya yang baru itu, hilang tiba-tiba”
“lah? Sebenarnya yang paling gila itu istrinya, kenapa coba tiba-tiba hilang?”
Aku mencarimu di mana-mana sayang. Aku bahkan minta bantuan warga mencarimu, mencarimu di seluruh, RW, RT, bahkan satu Kelurahan sayang. Tapi apa? Hasilnya nihil. Aku seperti orang yang kesetanan. Aku memaki habis diriku sendiri, membentak seluruh orang-orang yang mencarimu namun tak memberi kabar gembira. Aku memukuli diriku sendiri, Aku pingsan berulang kali. Aku jadi tontonan seluruh warga. Begitulah peristiwa kehilanganmu yang menggemparkan.
Beberapa hari kemudian, warga tak lagi menghiraukan tentang kehilanganmu. Mereka tenggelam dalam urusannya masing-masing. Sedang aku adalah orang yang paling meradang di muka bumi. Yang dalam keputusasaanku, hanya ingatan tentang matamu, dan hanya itu yang mampu menemani kesepianku di malam ini dan malam-malam berikutnya sayang.
Sejak peristiwa kehilanganmu, aku jadi sering mimpi aneh sayang. Pernah satu malam, aku bermimpi, melihat seekor kunang-kunang kedap-kedip cahayanya, awalnya remang lama-kelamaan jadi semakin terang. Lalu kulihat kunang-kunang itu masuk ke dalam gua kemudian menghilang, tak terlihat lagi cahayanya. Aku mendekati gua itu, tiba-tiba gua memancar cahaya dahsyat. Sepasang kunang-kunang keluar dari dalam gua. Mungkin itu hanya isyarat rinduku yang semakin kelabu, semakin mendung.
Aku juga jadi sering melamun sayang, setiap saat bahkan. aku seperti perenung handal, hanya itu yang bisa kulakukan untuk selalu mengenangmu. Mengenang matamu yang penuh kenang bagai kunang-kunang.
Ingatkah kau sayang? Betapa waktu itu. Malam pun ikut gugup. Seekor kucing dan sepasang tikus memecah kegugupan sejam sebelum malam pertama kita dan matahari perlahan terbit di masing-masing dada kita sayang. Dan aku saksikan kepuasan di matamu, matamu yang menyala bagai cahaya kunang-kunang nan memberi kesejukan, membawa kedamaian, menambah erat cinta di rumah tangga yang baru kita bina.
Malam itu. Aku belajar berenang di kolam liur dan terdampar di bibirmu yang merah muda sayu. Kita berhadap, kau kudekap, pupilmu membesar. Di ruang tamu dekat jendela depan, desir ombak menjatuhkan bintang-bintang dari wajahmu, keningmu mengerut kecut.
Ingatkah kau sayang? betapa suara ombak dan riuh angin laut depan rumah, meredam getaran tubuh kita berskala 7,5 skala hektare.
"Cukup. Aku kelelahan sayang..."
Bagai malaikat, kau mendesah lembut di belakang daun telingaku. Aku menahan banjir keringatmu. Meski kita berhenti sebelum selesai. dan itu yang mengingatkanku pada pesan Ibuku "Nak, Sejengkel-jengkelnya kau dengan pasangan, pasti akan tertawa di atas ranjang. Lihatlah mata pasanganmu yang juling setengah, saat kau mengendarainya".
Ah aku hanya bisa mengenang-ngenang masa bulan madu kita, masa malam pertama kita, seolah terpaksa aku hadirkan dalam kepalaku yang kusut seperti nun meretak keindahan senja di seberang sana.
Sayang. Aku yakin kau akan kutemukan. Aku akan mengurus surat keterangan hilang "Perempuan Bermata Kunang-Kunang". Besok, aku akan bertemu langsung dengan Kepala petugas keamanan berpangkat paling tinggi dan dia adalah orang satu-satunya yang bisa…
Ceritanya terputus sampai di sini, sebab tanpa sepengetahuan si raja kunang-kunang, seorang perempuan melesat dari tempat tidurnya bagai hantu, lalu merangkul leher dan mendesah lembut di belakang daun telinga.
"Kau tak kelelahan sayang..."
Dan malam itu, di ruang kerja yang megah, dekat jendela depan, Raja kunang-kunang berenang di kolam liur dan terdampar di bibir seorang perempuan yang merah muda sayu. Mereka saling berhadap, perempuan itu didekap erat, pupilnya membesar, dan wajahnya seperti desir ombak yang menjatuhkan bintang-bintang, kening mengerut kecut seperti rumput laut.
Sejak kejadian malam itu, raja kunang-kunang tak berani lagi menatap mata perempuannya. Bukan karena apa tapi ia takut kalau-kalau kehilangannya suatu saat.

Pengrajin Kata
0 Pengikut
Perempuan Bermata Kunang-Kunang
Senin, 22 Juli 2024 07:49 WIB
Palu-ku yang Mandul?
Kamis, 20 Juli 2023 11:50 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler