Habibie dan Ainun - Perjalanan Republik Dalam Balutan Cinta
Senin, 14 Oktober 2024 15:04 WIB
Habibie dan Ainun adalah pasangan intelektual yang membaktikan diri bagi Indonesia.
Judul: Habibie & Ainun
Penulis: Bacharuddin Jusuf Habibie
Tahun Terbit: 2005
Penerbit: THC Mandiri
Tebal: xxiv + 350
ISBN: 978-979-1255-13-4
Buku Habibie & Ainun ini menarik karena buku ini adalah buku edisi khusus. Buku karya Bacharuddin Jusuf Habibie ini dibuat edisi khusus untuk memeringati 1000 hari berpulangnya Ibu Ainun. Buku Habibie & Ainun memang sudah terbit berkali-kali. Tapi edisi khusus ini hanya terbit sekali. Dalam buku edisi khusus ini ditambahkan puisi-puisi karya Habibie dan foto-foto eksklusif perjalanan cinta Habibie dengan Ainun.
Perjalanan cinta Habibie dan Ainun adalah perjalanan saling mendukung sehingga menjadi keluarga teladan. Sebenarnya Habibie dan Ainun sudah saling jumpa saat keduanya bersekolah di SMA Kristen di Bandung. Habibie adalah kakak kelas Ainun.
Banyak dari teman dan gurunya sudah menjodohkan keduanya. Sebab keduanya adalah siswa yang pintar. Salah satu gurunya mengatakan bahwa Habibie dan Ainun berjodoh karena anak melahirkan anak-anak yang pintar jika menjadi suami istri.
Namun cinta belum mekar ketika mereka berada di satu SMA. Habibie kemudian melanjutkan pendidikan ke Jerman, sedangkan Ainun menempuh studi kedokteran di UI, Jakarta.
Mereka bertemu kembali saat Habibie mengambil cuti. Setelah terpisahk tujuh tahun, mereka kembali bertemu. Saat itu menjelang Idul Fitri. Fany, adik Habibie mengajak Habibie yang sedang cuti untuk berkunjung ke rumah keluarga Besari di Jalan Rangga Malela 11 B. Ainun adalah anak dari Besari. Kunjungan ini tidak dimaksudkan untuk mempertemukan Habibie dan Ainun. Namun tanpa sengaja keduanya kembali bertemu.
Sejak perjumpaan tersebut, mereka berdua menjadi semakin dekat. Pacaran dalam waktu singkat (hanya sekitar 3 bulan), Habibie dan Ainun memutuskan untuk menikah, sebelum Habibie kembali ke Jerman. Setelah mereka resmi menjadi suami-istri, Ainun menyertai Habibie kembali ke Jerman.
Sejak bermukim di Jerman inilah dua sejoli ini memulai perjalanan cintanya untuk saling mendukung. Habibie saat itu sedang menyelesaikan S3 sambil bekerja untuk membiayai keluarga. Sementara Ainun harus menangani kehidupan keluarga dan mengatur ekonomi yang pas-pasan. Saat anak pertama akan lahir, Habibie harus mencari kerja tambahan untuk menutup biaya persalinan dan menyiapkan hadirnya anak yang dinanti-nantikan.
Habibie bekerja keras. Ainun, meski sangat lelah selalu memberi senyuman saat Habibie pulang. Perpaduan kerja keras dan pasangan yang selalu senyum membuat Habibie sukses dalam studi dan karir. Bahkan saat Habibie harus kembali ke Indonesia membaktikan diri untuk membangun bangsa. Kerja keras dan senyum tetap menyertai kala Habibie menjadi Menteri, Wakil Presiden dan kemudian Presiden Indonesia. Senyum Ainun adalah sumber kekuatan Habibie dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.
Selain dari Ainun yang memang menjadi tokoh utama yang ditulis dalam buku ini, Habibie juga menyinggung sedikit tentang seorang perempuan lain. Perempuan lain itu adalah Tuti Marini Puspowardoyo. Marini adalah ibu Habibie. Ibu yang membesarkan Habibie dan saudara-daudaranya sebagai single parent. Sebab ayah Habibie meninggal saat Habibie baru berumur 14 tahun.
Saya sangat kagum dengan pernyataan Habibie tentang ibu dan istrinya yang selalu disampaikan saat Habibie menerima penghargaan. Habibie selalu menambahkan kalimat berikut: ”dibalik sukses seorang tokoh tersembunyi peran dua perempuan yang amat menentukan yaitu ibu dan isteri.”
Ada informasi-informasi menarik lainnya yang terungkap dalam buku ini. Informasi tentang karir Habibie saat menggeluti bidang rekayasa penerbangan dan informasi tentang karir di bidang politik. Beberapa informasi tentang karir Habibie di bindang rekayasa penerbangan adalah tentang keahliannya dalam konstruksi ringan, teori retakan dan pembuatan pesawat Gatotkaca. Habibie pernah penerapkan prinsip-prinsip rekayasa ringan yang seharusnya untuk pesawat terbang pada pengembangan germong kereta api. Habibie adalah orang yang menemukan teori retakan pada pesawat tempur F-104 G Starfighter.
Sejarah kepulangan Habibie dari Jerman ke Indonesia adalah saat ia bertemu dengan Ibnu Sutowo yang saat itu menjadi Direktur Pertamina. Atas permintaan Suharto, Habibie pulang untuk membangun bangsa. Dalam buku ini dituliskan percakapan Habibie dengan Suharto saat bertemu di Cendana.
Dalam karir politik, Habibie menuliskan bahwa peran Pak Harto sangatlah besar sejak awal. Habibie juga menceritakan bagaimana Suharto mendukungnya saat diminta untuk menjadi ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Seperti telah saya sampaikan di atas, buku ini adalah edisi istimewa karena dibuat khusus untuk memeringati 1000 hari wafatnya Ibu Ainun. Puisi-puisi Habibie untuk menunjukkan cintanya kepada Ainun dimuat dalam buku ini. Demikian juga foto-foto (berwarna) melengkapi kisah cinta berdua di buku ini. 868

Penulis Indonesiana
2 Pengikut

Mooncake - Kisah Duka Seorang Penyandang Disleksia
Kamis, 4 September 2025 12:29 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler