Kapan Kau Bilang Wo Ai Ni

Minggu, 10 November 2024 19:51 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Novel ini tidak membahas permasalahan orang Tionghoa di Indonesia. Kebetulan saja tokoh-tokohnya adalah orang-orang Tionghoa. Ini adalah kisah perjodohan yang berhasil dengan bumbu budaya Tionghoa.

Judul: Kapan Kau Bilang Wo Ai Ni

Penulis: Awie  Awan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2019

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 288

ISBN: 978-602-0622-20-0

Meski judulnya menyomot frase dari bahasa Mandarin ”Kapan Kau Bilang Wo Ai Ni?,” namun novel ini tidak membahas mendalam tentang persoalan orang Tionghoa. Jika pun ada, itu sebatas tokoh-tokoh utamanya yang beretnis Tionghoa, sapaan dan ungkapan dalam bahasa Mandarin dan sedikit bumbu budaya Tionghoa. Selebihnya novel ini adalah novel percintaan saja.

Beginilah kisah ceritanya.

Saskia adalah tokoh perempuan dalam novel ini. Saskia sudah berdandan untuk menyambut Ramon (pemuda Batak) yang datang dari Jakarta ke Medan. Ia menyangka bahwa kedatangan Ramon adalah untuk melamarnya dan mengajaknya menikah. Sebab mereka sudah berpacaran selama 5 tahun secara serius. Namun harapan Saskia ternyata meleset. Bukannya melamar, Ramon malah menyatakan tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan Saskia.

Dalam situasi patah hati, Saskia coba dijodohkan dengan Edwin, anak dari Yuni teman sekolah ibunya. Mei dan Yuni bersahabat sejak SMP. Kedua ibu ini berupaya untuk mempertemukan Saskia dan Edwin. Mereka mengatur pertemuan-pertemuan keduanya yang seakan-akan kebetulan saja.

Berbagai pertemuan yang diatur oleh kedua orangtua mereka tidak membuat mereka saling dekat, tetapi malah membuat Saskia dan Edwin tidak saling menyukai. Saskia menganggap Edwin sebagai seorang pemuda yang sombong. Sementara Edwin menganggap Saskia sebagai perempuan yang ribet. Bukannya akur, setiap kali bertemu mereka malah terus berkelahi.

Seringnya mereka bertemu secara tidak sengaja tetapi disengaja membuat keduanya mulai akrab. Keakraban untuk menyenangkan kedua orangtua mereka. Seiring waktu, perubahan hubungan mereka mulai terlihat. Mereka mulai menyadari bahwa ada hal-hal yang menarik dari calon pasangannya. Mereka mulai mempertimbangkan untuk jalan sebagai pasangan.

Saat mereka sudah saling tertarik, tiba-tiba Clarissa, mantan kekasih Edwin pulang ke Medan. Edwin dan Clarissa berpacaran cukup lama. Namun hubungan mereka tidak pernah mendapat restu dari orangtua Clarissa. Akhirnya Clarissa menikah di Jakarta. Namun pernikahannya kandas. Saat Clarissa kembali ke Meda, ia berupaya untuk kembali menggaet Edwin. Edwin tentu tidak mau, karena Edwin sudah menetapkan diri untuk memilih Saskia.

Dengan alasan mewakili kedua orangtua mereka, Edwin dan Saskia harus ke Singapura. Ternyata kedua orangtua mereka sengaja menempatkan mereka di satu kamar hotel. Saskia yang membawa bekal pas-pasan, terpaksa harus menebeng kepada Edwin. Beberapa hari di Singapura membuat Edwin semakin tertarik pada Saskia.

Namun Saskia sudah terlanjur menilai Edwin adalah pemuda yang tidak setia. Sebab ia melihat Edwin sedang bercumbu dengan Clarissa sebelum mereka bertemu di Singapura.

Si Singapura, Saskia bertemu dengan Joni teman SMA-nya. Joni menyatakan cinta kepada Saskia. Saskia siap menerima Joni. Namun ternyata Joni adalah pacar Ramon. Ramon dan Joni adalah sepasang kekasih sejeniskelamin.

Akhirnya Saskia dan Edmin menjadi pasangan kekasih.

Seperti saya sampaikan di atas, novel ini tidak membahas permasalahan orang Tionghoa di Indonesia. Kebetulan saja tokoh-tokohnya adalah orang-orang Tionghoa. Novel ini dibumbui dengan budaya Tionghoa. Awie Awan memasukkan adegan dimana kedua orangtua Saskia dan Edwin datang ke kelenteng untuk melakukan mui sin, menanyakan kepada dewa tentang nasip perjodohan anak-anak mereka. Awie Awan juga memasukkan resepsi ulang tahun seorang nenek berusia 93 tahun. Upacara tersebut memakai budaya Tionghoa.

Selain dari penampilan budaya Tionghoa, Awie Awan mensetting tokoh utamanya sebagai pedagang. Saskia digambarkan sebagai perempuan mandiri yang punya usaha pernak-pernik. Sementara Edwin digambarkan sebagai pemuda tangguh yang punya bisnis komputer. 876

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler