Seorang mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Negeri Semarang yang ingin mengembangkan hobi yang dimiliki yaitu menulis.

Era Industri 5.0: Strategi dalam Mengatasi Pailit di Dunia Industri

Jumat, 13 Desember 2024 21:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ruang Kerja Arsitek berada di Area Industri Konstruksi
Iklan

Era industri 5.0 merupakan transformasi besar dengan mendekatkan manusia dan teknologi untuk menciptakan nilai dan berkelanjutan. Sekarang banyak perusahaan yang mengalami pailit. terdapat beberapa cara mengatasi perusahaan yang mengalami diambang pailit.

Revolusi Industri 5.0 bukan sekedar perubahan teknologi, tetapi transformasi besar yang mendekatkan manusia dan teknologi dalam menciptakan nilai dan keberlanjutan. Meski membawa peluang besar, era ini juga menghadirkan tantangan berat bagi sektor industri, termasuk risiko pailit akibat ketidakmampuan beradaptasi dengan transformasi teknologi yang terjadi pada industri-industri besar dan unggul.

Sampai sekarang masih banyak perusahaan yang mengalami diambang pailit atau bahkan sudah pailit. Contohnya yaitu PT. Sri Rejeki Isman “SRITEX”, perusahaan ini adalah salah satu perusahaan yang berupa tekstil dan garmen. Kasus ini berawal dari gugatan salah satu debiturnya yaitu CV. Prima Karya pada bulan Januari 2022. CV Prima Karya mengajukan gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang dilakukan oleh PT. SRITEX. Selain itu, penyebab pailit dalam PT. SRITEX adalah dalam segi faktor internal yaitu setelah terjadi pandemi Covid-19 permintaan pasar menjadi menurun. Adapun faktor eksternal yaitu importir yang semakin meningkat dan adanya regulasi pemerintah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, bagaimana caranya industri-industri lainnya apabila mengalami diambang pailit?

Dan bagaimana cara untuk menghindari kebangkrutan di tengah transformasi yang pesat ini?

  1. Menganggap transformasi teknologi sabagai alat, bukan ancaman

Salah satu penyebab pailit adalah ketidakmmpuan perusahaan dalam mengelola efisiensi ditengah persaingan yang tinggi. Industri yang gagal memanfaatkan teknologi yang canggih seperti kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), atau Otomatisasi proses maka akan kalah saing dengan industri-industri yang sudah canggih. Namun, perlu untuk diingat bahwa teknologi bukanlah pengganti manusia, melainkan alat untuk memberdayakan karyawan. Sehingga teknologi ini membantu manusia dalam memanfaatkan alat untuk proses produksi serta lainnya.

Integrasi teknologi dengan keahlian manusia dapat meningkatkan efisiensi produksi, mempercepat pengolahan data, dan memperkuat pengambilan keputusan berbasis fakta. Contohnya seperti penerapan predictive analytics dapat membantu Perusahaan memproyeksikan permintaan pasar dan mengelola inventaris secara lebih naik serta meningkatkan produktivitas dan menjaga stabilitas operasional.

  1. Melakukan inovasi dalam produk dan diversifikasi pasar 

Pada era ini, konsumen tidak lagi puas dengan produk generik. Sehingga industri harus mampu menawarkan produk yang inovatif dan memenuhi kebutuahn spesifik pelanggan. Misalnya, personalisasi produk melalui mass customization atau penggunaan bahan ramah lingkungan untuk menjawab tuntutan pasar yang peduli berkelanjutan.

Diverifikasi pasar ini juga bisa menjadi strategi penting. Sehingga jangan hanya bergantung pada satu segmen pasar atau wilayah tertentu. Dengan mencari pasar baru, baik domestik maupun internasional akan mengurangi risiko ketergantungan dan meminimalisir penyebab kerugian besar perusahaan.

  1. Pengelolaan keuangan yang jelas, ketat dan transparan 

Dalam terjadinya pailit sering kali bermula dari manajemen keuangan yang buruk. Dalam era Industri 5.0, transformasi keuangan digital merupakan suatu hal yang harus dilakukan dalam suatu perusahaan. Karena bagaimanapun sistem keuangan yang canggih dapat mempengaruhi sistem keuangan perusahaan dalam menangani proses memproduksi barang hingga jadi. Dengan ini, sistem akuntansi berbasis teknologi memudahkan perusahaan dalam mengelola arus kas, memantau pengeluaran dan pemasukan, hingga mengidentifikasi masalah keuangan sejak dini.

Selain itu, dalam pengelolaan keuangan juga perlu transparansi keuangan. Dalam hal ini, keterbukaan terhadap karyawan, investor, dan stakeholder lainnya dapat mencipatakan kepercayaan dan memungkinkan dapat berkolaborasi untuk menyelamatkan perusahaan pada situasi-situasi sulit.

  1. Melakukan kolaborasi dan memperluas program dukungan eksternal 

Dalam era industri 5.0, kolaborasi lintas sektor juga sangat penting. Perusahaan harus membangun kemitraan dengan pemerintah, penyedia teknologi, dan institusi keuangan untuk membantu memperoleh akses ke sumber daya yang dibutuhkan. Contohnya, program dukungan teknologi dari pemerintah atau kolaborasi dengan startup inovatif yang dapat memberikan keunggulan secara kompetitif yang signifikan. Atau pemerintah dan institusi menyediakan subsidi atau pelatihan kepada karyawan perusahaan tentang adaptasi perusahaan dengan transformasi teknologi baru. Sehingga dapat membantu perusahaan dalam mengurangi beban investasi awal.

  1. Fokus dalam keberlanjutan dan tanggung jawab sosial 

Dalam era ini, tidak hanya efisiensi yang di utamakan tetapi juga keberlanjutan. Suatu bisnis yang tidak memprioritaskan tanggung jawab dan lingkungan akan sulit bertahan. Strategi yang dapat dibangun dalam keberlanjutan di dunia bisnis yang menghubungkan dengan masyarakat dan menciptakan nilai jangka panjang adalah mengurangi limbah industri dengan menggunakan sistem produksi ramah lingkungan, menggunakan energi terbarukan dan memperhatikan kesejahteraan karyawan

Dengan stategi ini, dapat mengurangi terjadinya pailit  yang dapat menjadi ancaman utama perusahaan. Melainkan dapat menjadi peluang perusahaan untuk menciptakan industri yang lebih tangguh, adaptif, dan berdaya saing di global.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Laila Arini Almihrab

Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Negeri Semarang

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler