Kisah Kucing Hitam dan Anjing Setia
Jumat, 13 Desember 2024 21:18 WIB
Iklan
Cerpen ini mengisahkan kucing hitam yang rakus dan iri hati, serta anjing setia yang murah hati. Melalui pengkhianatan dan penyesalan, mereka belajar arti persahabatan dan saling memaafkan.\xd\xd
Pada zaman dahulu, di sebuah pedesaan, hiduplah seorang peternak ayam tua bersama seekor kucing hitam dan anjingnya. Mereka membantu sang peternak menjaga peternakan ayam dengan penuh semangat. Sang peternak sangat menyayangi kedua peliharaannya, dan mereka pun menyayangi tuannya.
Setiap kali mereka membantu di peternakan, peternak tua itu akan memberi mereka beberapa potong daging ayam. Namun, kucing hitam yang rakus merasa tidak puas dengan jatahnya dan tetap lapar. Ia memperhatikan bahwa porsi daging yang diberikan kepada sang anjing lebih banyak dari miliknya. Ia merasa tidak adil karena hanya berdasarkan ukuran tubuh sang anjing yang lebih besar darinya. Rasa iri pun tumbuh di hati si kucing hitam.
Sang anjing, yang sering mendengar keluhan kucing hitam, dengan murah hati membagi sebagian jatahnya. Ia menganggap kucing hitam sebagai adik kecilnya. Anjing itu selalu tersenyum puas saat mereka makan bersama. Namun, kerakusan dan rasa iri telah menguasai hati kucing hitam. Ia mulai berpikir, "Jika sang anjing tiada, maka seluruh jatah daging akan menjadi milikku."
Kucing hitam pun merancang sebuah rencana. Suatu hari, ia menggali sebuah lubang di tengah hutan yang jauh dari rumah sang peternak. Kemudian, ia memberitahu anjing bahwa salah satu ayam kabur menuju hutan. Sang anjing yang pemberani berkata, "Aku akan mencarinya sendirian. Kamu tunggu saja di rumah."
Kucing hitam menunjukkan jalan yang diduga dilalui ayam tersebut. Dalam sekejap, sang anjing berlari secepat kilat ke dalam hutan. Kucing hitam tersenyum puas karena rencananya berjalan mulus. Diam-diam, ia membuntuti anjing dari kejauhan.
Di dalam hutan, sang anjing terus berlari seperti mengendarai angin. Namun, jalan setapak semakin gelap dan sulit dilalui. Ia berhenti sejenak, mencoba mengendus keberadaan ayam kabur itu. Namun, tidak ada bau ayam sama sekali. Tentu saja, karena sejak awal memang tidak ada ayam yang kabur. Ia tetap berjalan, berharap menemukan jejak yang tertinggal. Saat ia sedang fokus, tiba-tiba kakinya menginjak dedaunan yang menutupi lubang. Anjing itu jatuh ke dalamnya.
Ia berusaha melompat keluar, tapi lubang itu terlalu dalam. Setelah mencoba berulang kali dan gagal, ia pun mulai menggonggong meminta pertolongan. Kucing hitam yang mendengar gonggongan itu merasa senang. "Perangkapku berhasil," pikirnya. Ia pun kembali ke rumah, meninggalkan sang anjing yang terjebak sendirian.
Ketika malam tiba, peternak tua bersiap memberi makan kucing hitam dan anjingnya. Namun, ia heran karena hanya kucing hitam yang datang ke mangkuk makanannya. "Mungkin sang anjing masih berpatroli," pikirnya. Ia tetap meninggalkan makanan di piring sang anjing.
Kucing hitam sangat gembira karena bisa memakan daging hingga kenyang. Perutnya membesar seperti ular yang menelan mangsa utuh.
Namun, saat malam semakin larut, ia mendengar suara gaduh dari kandang ayam. Penasaran, ia memeriksa dan terkejut melihat kawanan rubah menyerang ayam-ayam di kandang. Ketakutan, kakinya membeku. Salah satu rubah menyadari keberadaannya dan mengejarnya. Kucing hitam berusaha melawan dengan cakarnya, tetapi tubuh rubah jauh lebih besar. Rubah itu menggigit tengkuknya dan melemparnya. Dengan sisa tenaganya, kucing hitam melarikan diri.
Ia sadar hanya anjing yang bisa menolongnya. Ia mengambil seutas tali dan bergegas ke hutan. Sesampainya di lubang, ia melihat anjing meringkuk ketakutan. Ia memanggil anjing dan melemparkan tali ke dalam lubang. Anjing memanjat keluar, dan kucing hitam segera menceritakan apa yang terjadi di peternakan.
Tanpa membuang waktu, sang anjing berlari secepat kilat sembari menggendong kucing hitam yang terluka. Setibanya di peternakan, mereka melihat sang peternak terpojok oleh kawanan rubah. Anjing segera melompat dan menyerang para rubah, menggonggong keras untuk menakut-nakuti mereka. Setelah perkelahian sengit, anjing berhasil mengusir kawanan rubah itu.
Kucing hitam mendekati anjing dan peternak tua. Ia menangis, mengakui kesalahannya, dan meminta maaf kepada anjing. Anjing tersenyum dan berkata, "Aku memaafkanmu, asalkan kamu berjanji untuk berubah.
Sejak hari itu, kucing hitam belajar untuk mensyukuri apa yang ia dapatkan. Anjing tetap murah hati dan selalu membagi makanannya dengan sang kucing. Mereka bertiga hidup damai dan bahagia di peternakan.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Kisah Kucing Hitam dan Anjing Setia
Jumat, 13 Desember 2024 21:18 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler