Necmettin Erbakan Inspirator Islam Politik di Turki
Jumat, 21 Februari 2025 10:14 WIB
Erbakan tidak bisa dilepaskan dari simbol kelompok Islamisme Turki, ia merupakan pendiri dari Gerakan Pandangan Nasional pada 1960.
Di dalam studinya Shboul (2023) menjelaskan bahwa pergerakan Islam politik kontemporer menjadikan Islam sebagai ideologi politik, pertama kali dilakukan oleh pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, bahwa Islam dipandang oleh gerakan ini sebagai sistem gagasan komprehensif yang mencakup bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Keyakinan Islam sebagai ideologi politik merupakan sebuah bentuk keyakinan dari kalangan umat Islam, memandang Islam itu tidak hanya sebatas agama spiritual saja, mengatur hubungan vertikal antara Tuhan dengan hamba-Nya, tetapi meyakini bahwa Islam memiliki konsep serta praksis terpadu dan menyeluruh mencakup seluruh aspek kehidupan (Shboul, 2023).
Ikhwanul Muslimin adalah pergerakan didirikan pada 22 Maret 1928 ; 97 tahun yang lalu di Ismailia, Mesir oleh Hasan al-Banna, seorang guru sekolah dasar memiliki komitmen keislaman sangat kuat. Organisasi yang awalnya bergerak di bidang pendidikan dan dakwah ini, pada perkembangannya menjadi pergerakan bersifat politik (siyasah), bahkan pengaruhnya tidak hanya di negara kawasan Timur Tengah, tetapi sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia (Sekamdo, 2004).
Ikhwanul Muslimin meyakini Islam memiliki makna universal menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, Islam memberikan bimbingan serta aturan yang terperinci dari seluruh masalah kehidupan, Islam menurut Ikhwan mampu memberikan solusi atas berbagai persoalan, serta membawa kebaikan bagi umat manusia (Hamid, 2001).
Pergerakan Ikhwan memiliki cabang-cabang diberbagai negara, tidak hanya di negara-negara Islam saja, bahkan juga tersebar ke berbagai negara di dunia barat, cabang-cabang Ikhwanul Muslimin internasional itu sering disebut dengan istilah qathiyyah (Dzakirin, 2016).
Ikhwanul Muslimin semenjak awal memang didirikan memiliki konsep tentang internasionalisasi gerakan, sebagai gerakan trans-nasional yang tidak memiliki batasan teritorial negara, Hasan al-Banna memiliki keinginan ideologi Ikhwanul Muslimin itu menyebar melintasi batas-batas wilayah negara bangsa (Sekamdo, 2004).
Sekulerisme Turki
Penyebaran ideologi Ikhwanul Muslimin ke berbagai negara ini terjadi melalui transmisi ideologi ke anak-anak muda diberbagai negara itu, yang menempuh pendidikan ke Timur Tengah terutama ke negara Mesir, salah satu negara tidak luput dari transmisi ideologi Ikhwan adalah Turki.
Pasca kejatuhan Khilafah Turki Utsmani di Tahun 1924, Turki menjadi negara sekuler yang memiliki orientasi ke dunia barat. Proses sekulerisasi Turki dimulai tahun 1920-an oleh Mustafa Kemal Attaturk, mengubah haluan bangsa Turki dari Islam ke sekuler atau dari spiritual ke materialisme.
Kemal Attaturk menggunakan instrumen kekuasaan militer di dalam mencabut akar keislaman dari kehidupan bangsa Turki. Ia menghapus jejak-jejak sejarah mengenai kejayaan imperium Turki Ustmani, baginya Ustmaniyah adalah simbol keterbelakangan dan kelemahan. Karena itu masa depan Turki harus lepas dari masa lalu, seutuhnya harus berkiblat ke dunia barat (Burdah, 2014b).
Proses sekulerisasi Turki masa kekuasaan Attaturk menempuh beberapa kebijakan. Pertama, pelarangan thariqat sufi serta menutup sekolah-sekolah madrasah diseluruh pelosok negeri. Kedua, pemakaian tarbus atau peci songkok khas kesultanan ottoman dilarang. Ketiga, mengganti tulisan Arab dengan tulisan latin, serta membumikan bahasa nasional Turki. Keempat, melarang jilbab digunakan di institusi pemerintahan dan pendidikan (Burdah, 2014a).
Kebijakan sekulerisme itu kenyataanya tidak berhasil mencabut akar keislaman masyarakat Turki, ketika rezim pro sekuler berkuasa, meskipun jilbab mengalami pelarangan digunakan di institusi pemerintahan dan pendidikan, muslimah Turki tidak kehilangan akal untuk menutup aurat, mereka menggunakan topi yang menutup seluruh rambut, atau menggunakan wig (rambut palsu) dengan kerah baju ditinggikan menutupi leher mereka.
Generasi Islam Baru Turki
Pemikiran Ikhwanul Muslimin pada awalnya masuk ke Turki, dilatarbelakangi ditutupnya madrasah dan sekolah keagamaan di Turki semenjak tahun 1924, sehingga banyak anak muda Turki memutuskan belajar ke Timur Tengah, terutama belajar pendidikan agama di Universitas Al-Azhar. Selama menjadi mahasiswa itu, mereka bersentuhan dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin, maka tidak heran di tahun 1960-an, sepulang anak-anak muda ini belajar dari Mesir, banyak buku karya pemikir Ikhwan diterjemahkan ke dalam bahasa Turki (Soekanto, 2016).
Sepulang studi para mahasiswa itu banyak menerjemahkan buku-buku pemikiran tokoh Ikhwan ke dalam bahasa Turki, mereka menjadi agen transmitter ideologi dari organisasi yang didirikan Hasan al-Banna. Pada perkembangannya kemudian karya-karya pemikir Ikhwan ini banyak mempengaruhi generasi muda Turki, salah satunya Necmettin Erbakan.
Nama Necmettin Erbakan tidak bisa dilepaskan dari simbol kelompok Islamisme Turki, ia merupakan pendiri dari Gerakan Pandangan Nasional (Milli Gorus Hareketi) pada tahun 1960-an. Kelompok Milli Gorus memiliki karakteristik yang sama dengan gerakan Islamis di dunia yang terpengaruh Ikhwanul Muslimin, senantiasa mengaitkan kemunduran dunia Islam akibat dari kurang komitmennya umat terhadap agamanya, serta tidak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dalam bernegara. Pendukung kelompok Milli Gorus berasal dari mahasiswa, para pedagang, dan kelas menengah saleh tidak terwakili oleh partai-partai sekuler ketika itu (Bubalo et al., 2012)
Kemunculan Erbakan dan Milli Gorus Hareketi menjadi penanda hadirnya saluran politik Ikhwanul Muslimin di negara Turki, keterkaitan kelompok Milli Gorus Hareketi dengan Ikhwanul Muslimin, dapat ditelusuri pada pergeseran kelompok Islam politik di Turki, jika sebelum kehadiran Milli Gorus Hareketi, gerakan kelompok Islam politik hanya bersifat intelektual, serta tidak berpusat kepada Al-Qur’an dan Sunnah, maka setelah kehadiran Erbakan dan kelompoknya, gerakan Islam politik mulai berani melawan tradisi sekulerisme Turki, kelompok Milli Gorus Hareketi juga lantang menyampaikan wacana “Islam adalah jawaban” atas berbagai persoalan, slogan itu sejatinya slogan asli milik Ikhwanul Muslimin, Al-Islam huwwa al-hal, semua masalah kehidupan dari pendidikan sampai kesehatan solusinya hanya satu, yaitu kembali kepada Islam (Aiqani, 2020). Kelompok Milli Gorus kemudian hari memiliki peran atau andil besar berkontribusi mendirikan partai-partai berhaluan Islam di Turki. Melalui sentuhan Erbakan perjuangan umat Islam Turki ditempuh melalui jalur politik, menggunakan sistem demokrasi sebagai strategi gerakan.
Politik Islam Necmettin Erbakan.
Erbakan mendirikan Partai Sistem Nasional (SN) pada tahun 1970, karena dianggap membahayakan sistem sekuler Turki, penguasa sekuler kemudian membubarkan Partai SN. Dua tahun kemudian, Erbakan kembali mendirikan partai politik bernama Partai Keselamatan Nasional (PKN), partai ini pun mengalami nasib sama dibubarkan penguasa sekuler, bahkan Erbakan sendiri masuk penjara, karena dianggap mengecam sekulerisme Turki.
Di dalam studi Hidayat (2015) menyatakan kelompok Milli Gorus Hareketi pada 19 Juli 1983, mendirikan partai politik baru berhaluan Islamis bernama Partai Kesejahteraan (Refah Partisi), menggunakan logo bulan sabit dengan latar warna merah, partai ini menempuh pendekatan sangat ideologis atau Islamis, artinya simbol-simbol Islam lebih dominan ditunjukkan ke publik.
Partai Refah memiliki program politik sangat ideologis sebagai antitesis dari kebijakan rezim sekuler, diantara program politik itu adalah : Pertama, menerapkan sistem ekonomi berkeadilan dengan menawarkan sistem perbankan tanpa bunga. Kedua, mengurangi peranan barat dengan mengajukan ketidakminatan Erbakan bergabung dalam masyarakat Eropa. Ketiga, berambisi membuat lembaga seperti NATO, menyerukan pembentukan PBB khusus negara-negara Islam, serta mengarahkan Turki berkiblat ke Timur Tengah. Keempat, memberantas kemaksiatan serta mengakhiri sekulerisme Turki, untuk diganti dengan islamisasi. Kelima, berusaha mewujudkan pemerintahan bersih (Hidayat, 2015).
Kebijakan Politik Erbakan.
Pada tahun 1995 Partai Refah menjadi pemenang pemilu nasional, sehingga mengantarkan Necmettin Erbakan menjadi Perdana Menteri (PM) Turki. Saat menjadi perdana menteri Turki, Erbakan berusaha mengembangkan hubungan baik dengan negara-negara Arab, agar kesejahteraan ekonomi negara-negara Arab itu dapat dikembangkan pula di tengah masyarakat Turki.
Selain itu, pemerintahan Turki di bawah kekuasaan Erbakan berusaha untuk melaksanakan pendekatan politik multi dimensional dengan negara-negara tetangga. Pandangan politik luar negerinya memiliki dua pilar, hubungan kerja sama yang erat dan persatuan di antara negara-negara Islam.
Langkah persatuan di antara negara-negara Islam diwujudkan dengan mendirikan Developing Eight D-8, bertujuan membentuk persatuan ekonomi dan politik yang kuat dengan Turki, Iran, Malaysia, Indonesia, Mesir, Bangladesh, Pakistan, dan Nigeria. Program politik pemerintahan Islamis ini, menjadi antitesis dari pemerintahan Turki sebelumnya memiliki hubungan lebih dekat dengan dunia barat (Soekanto, 2016). Melihat haluan politik Erbakan yang dinilai memiliki agenda Islamis, maka pihak militer bersama kelompok sekuler menekan Erbakan mundur dari jabatannya, bahkan Partai Refah melalui pengadilan berhasil dibekukan oleh Mahkamah Konstitusi (Dzakirin, 2016).
Erbakan Inspirasi Erdogan
Pasca pembubaran Partai Refah pada bulan Januari 1998, para pendukung Islam politik di Turki berinisiatif untuk mendirikan partai baru, melahirkan dua partai politik. Partai Kebahagiaan (Saadet Partisi) didirikan kubu konservatif, serta AKP (Adalet Ve Kalkinma Partisi) dibawah kepemimpinan Erdogan, wadah kelompok moderat atau pembaharu. Kedua partai dapat dikatakan pewaris ideologi dari gerakan Milli Gorus Hareketi, hanya berbeda dalam strategi dan pendekatan politik.
Pendekatan AKP dalam sistem politik Turki lebih moderat, memperjuangkan nilai subtansi Islam menggunakan argumentasi demokrasi, misalnya AKP menghendaki pencabutan larangan berjilbab di lembaga pendidikan dan pemerintahan, menggunakan narasi kebebasan beragama, bahwa sistem demokrasi itu harus menghormati dan melindungi kebebasan beragama warga negaranya, penggunaan jilbab di ruang publik bagi muslimah bentuk dari kebebasan dalam beragama, negara mengaku demokrasi sebagai sistem politiknya, termasuk Turki, harus melindungi kebebasan beragama tersebut. Pencabutan larangan berjilbab di instansi pendidikan, menurut AKP bentuk dari merobohkan sistem diskriminasi bagi para perempuan, sebab larangan itu telah membuat banyak anak perempuan tidak bisa menerima pendidikan setara dan adil.
Meski pendekatan Erdogan dan Erbakan berbeda, tetapi keduanya memiliki komitmen sama membawa spirit Islam dalam kehidupan bernegara, bentuk penghormatan Erdogan kepada gurunya, ditunjukkan ketika Erbakan meninggal dunia, Erdogan turut mengusung keranda Erbakan dengan penuh cinta, diantarkan sampai ke peristirahatannya terakhir. Necmettin Erbakan sebuah nama terpatri abadi dalam panggung politik Turki serta dunia Islam, keberaniannya dalam melawan sekulerisme, telah mendapatkan apresiasi dan simpati dari umat Islam sedunia sampai saat ini.
Referensi Artikel
Aiqani, N. (2020). Ikhwanul Muslimin : Titik Temu Erdogan dan Kelompok Islam di Indonesia. In B. Sujibto (Ed.), Turki Yang Sekuler : Di Tengah Kepungan Islamisme dan Politik Identitas. IRCiSoD.
Bubalo, A., Fealy, G., & Whit, M. (2012). PKS dan Kembarannya: Bergiat jadi Demokrat di Indonesia, Mesir dan Turki. Komunitas Bambu.
Burdah, I. (2014a). Islam Kontemporer Revolusi dan Demokrasi : Sejarah Revolusi Politik Dunia Islam dan Gerakan Arab Dalam Arus Besar Demokrasi Global. Penerbit Intrans Publishing.
Burdah, I. (2014b, April 7). Manisfesto Politik Islam. Harian Republika.
Dzakirin, A. (2016). Delapan Dekade Pergulatan Politik Ikhwanul Muslimin Menuju Kekuasaan. Media Insani Publishing.
Hamid, M. A. (2001). 100 Pelajaran Dari Para Pemimpin Ikhwanul Muslimin. Robbani Press.
Hidayat, S. (2015). Mengislamkan Negara Sekuler : Partai Reffah, Militer dan Politik Elektoral di Turki. Kencana Prenada Media Group.
Sekamdo, A. (2004). Membumikan Ikhwanul Muslimin. Era Intermedia.
Shboul, H. A. (2023). The theory of “al-Hakimiyyah Lillah” transformed Islam from a religion into a political ideology. JOURNAL OF LAW AND POLITICAL SCIENCES (JLPS), 39(4 September 2023).
Soekanto, S. S. (2016). Strategi Pemenangan Pemilu AKP di Turki dan PKS di Indonesia Studi Perbandingan. Universitas Indonesia Press.

Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA).
0 Pengikut

Civil Society jadi Model Relasi NGO dengan Pemerintah
Rabu, 3 September 2025 09:07 WIB
Beragam Cara Melawan Oligarki Politik
Sabtu, 16 Agustus 2025 06:27 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler