Krisis Pangan Filipina 2025: Darurat Food Insecurity
Minggu, 9 Maret 2025 08:27 WIB
Pada awal tahun 2025, Filipina mengumumkan keadaan darurat food insecurity akibat harga beras yang terus tinggi.
Pendahuluan
Filipina, negara kepulauan yang terkenal akan kekayaan warisan budaya dan beragam ekosistemnya, tengah berjuang menghadapi krisis food security yang signifikan pada tahun 2025. Krisis ini memiliki implikasi yang mendalam tidak hanya bagi stabilitas sosial ekonomi negara tersebut, tetapi juga bagi hubungan internasional dan dinamika regionalnya.
Pada awal tahun 2025, Filipina mengumumkan keadaan darurat food insecurity akibat harga beras yang terus tinggi, meskipun ada penurunan harga global dan tarif beras yang lebih rendah yang diterapkan tahun sebelumnya. Langkah ini, yang diumumkan oleh Menteri Pertanian Filipina Francisco Tiu Laurel Jr. pada tanggal 3 Februari 2025, memungkinkan pelepasan stok cadangan pangan yang dimiliki pemerintah untuk membantu menurunkan harga hingga situasi membaik (Lagare, 2025).
Beras merupakan makanan pokok di Filipina, dan harganya secara langsung memengaruhi food security Filipina. Ketergantungan negara tersebut pada impor beras membuatnya rentan terhadap fluktuasi pasar global. Meskipun ada upaya untuk meliberalisasi impor beras dan memangkas tarif, pasar domestik belum merespons seperti yang diharapkan, dengan harga eceran tetap lebih tinggi dari yang diantisipasi. Badan Pangan Nasional berencana untuk melepaskan setengah dari stok cadangannya sebanyak 300.000 metrik ton selama enam bulan ke depan untuk memastikan pasokan yang cukup (Ferreras, 2025).
Food Security & Food Insecurity
Menurut 1996 World Food Summit food security sebagai kondisi di mana semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi yang memenuhi kebutuhan gizi mereka untuk kehidupan yang aktif dan sehat.
Sebaliknya, food insecurity terjadi ketika individu tidak memiliki akses teratur terhadap pangan yang cukup aman dan bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan normal, yang menyebabkan kelaparan dan kekurangan gizi. Food insecurity yang dihadapi Filipina saat ini dapat berdampak pada stabilitas regional dan mengancam kondisi kesejahteraan rakyatnya, terutama di wilayah-wilayah yang paling rentan terhadap dampak ekonomi dan perubahan iklim.
Implikasi Regional
Food insecurity Filipina memiliki implikasi yang lebih luas bagi stabilitas pangan regional. Sebagai salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia, tantangan yang dihadapi negara ini dapat memengaruhi pasar beras global, yang memengaruhi harga dan ketersediaan di negara-negara tetangga. Pada awal Februari 2025, importir beras Filipina menunda pembelian sekitar 350.000 metrik ton beras dari Vietnam.
Penundaan ini terjadi akibat penurunan tajam harga beras global, yang mendorong importir untuk menegosiasikan ulang kesepakatan mereka. Harga beras Vietnam yang sebelumnya disepakati sekitar $620 per metrik ton turun menjadi sekitar $500 per metrik ton. Situasi ini menempatkan eksportir Vietnam pada posisi sulit, dengan risiko gagal bayar yang dapat mempengaruhi ekonomi Vietnam, terutama menjelang musim panen baru (Thukral, 2025).
Negara-negara eksportir utama beras lainnya, seperti Thailand, India, dan Pakistan, juga harus menyesuaikan strategi perdagangan mereka. Jika Filipina tidak segera mengatasi masalah ini, kemungkinan akan terjadi lonjakan harga beras di pasar internasional, yang dapat berdampak pada negara-negara yang bergantung pada impor beras sebagai sumber utama pangan.
Negara-negara mitra dagang Filipina mungkin akan memperketat kebijakan ekspor mereka untuk melindungi pasokan domestik, memperburuk situasi di Filipina dan menciptakan ketidakstabilan di pasar pangan global.
Bantuan Sosial Masyarakat Filipina. (Sumber: gettyimages)
Masyarakat Filipina
Di tingkat domestik, krisis ini memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi di Filipina. Masyarakat berpenghasilan rendah yang sudah menghadapi tantangan ekonomi semakin sulit untuk mengakses makanan yang cukup dan bergizi. Kenaikan harga pangan juga berkontribusi terhadap inflasi yang lebih tinggi, mengurangi daya beli masyarakat, dan meningkatkan angka kemiskinan. Kenaikan harga beras, sebagai makanan pokok, secara langsung mempengaruhi daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, meningkatkan angka kemiskinan, dan memperburuk kesenjangan sosial-ekonomi.
Meskipun pemerintah Filipina telah mengimplementasikan Rice Tariffication Law (RTL) pada tahun 2019 untuk menstabilkan harga dengan menggantikan batasan impor dengan tarif 35%, harga eceran tetap tinggi, menunjukkan bahwa kebijakan tersebut belum sepenuhnya efektif dalam melindungi konsumen rentan.
Pemerintah Filipina menghadapi tekanan besar untuk mengambil langkah-langkah agresif dalam mengatasi krisis ini. Salah satu pendekatan yang disarankan adalah diversifikasi sumber pangan untuk mengurangi ketergantungan pada impor beras. Investasi dalam pertanian lokal, penguatan infrastruktur irigasi, dan modernisasi teknologi pertanian dianggap sebagai solusi jangka panjang.
Namun, implementasi kebijakan ini membutuhkan waktu dan sumber daya yang signifikan, sementara krisis saat ini memerlukan solusi cepat untuk mencegah kondisi masyarakat semakin memburuk. Selain itu, edukasi mengenai diversifikasi pola makan juga penting untuk mengurangi ketergantungan berlebihan pada beras sebagai sumber utama karbohidrat (Ludher & Teng, 2023).
Dampak dari krisis ini tidak hanya dirasakan di sektor pangan, tetapi juga merambat ke sektor lain seperti kesehatan dan pendidikan. Gizi buruk akibat keterbatasan pangan dapat menurunkan kualitas kesehatan masyarakat, meningkatkan angka penyakit akibat kekurangan nutrisi, dan menghambat perkembangan anak-anak.
Kurangnya asupan gizi yang memadai dapat berdampak jangka panjang pada produktivitas generasi mendatang, memperparah siklus kemiskinan di negara tersebut. Pemerintah juga perlu memastikan bahwa program bantuan sosial dan jaring pengaman sosial diperkuat untuk melindungi kelompok rentan yang terkena dampak paling besar (Fides, 2025).
Penutup
Sebagai salah satu negara berkembang dengan populasi lebih dari 110 juta jiwa, Filipina harus segera menemukan keseimbangan antara solusi jangka pendek dan strategi jangka panjang untuk mengatasi krisis pangan ini. Kegagalan dalam menangani masalah ini dapat berdampak pada stabilitas ekonomi dan politik negara tersebut, serta memperburuk ketidakpastian di kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan.
Dengan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas internasional, Filipina masih memiliki peluang untuk mengatasi tantangan ini dan membangun sistem food security yang lebih tangguh untuk masa depan. Kesadaran masyarakat, keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, serta respons cepat dan strategis akan menjadi kunci dalam menentukan masa depan food security di Filipina.
Refrensi
- Lagare, J. B. (2025, February 4). DA declares food security emergency for rice. INQUIRER.net. https://business.inquirer.net/504666/da-declares-food-security-emergency-amid-rising-price-of-rice
- VINCE ANGELO FERRERAS (2025, February 3). DA chief declares food security emergency on rice. GMA News Online. https://www.gmanetwork.com/news/money/economy/935028/food-security-emergency-on-rice-da-tiu-laurel/story/
- Thukral, N. (2025, February 7). Exclusive: Philippine rice buyers delay 350,000 tons of Vietnamese cargoes, sources say. Reuters. https://www.reuters.com/markets/commodities/philippine-rice-buyers-delay-350000-tons-vietnamese-cargoes-sources-2025-02-07/
- Rosegrant, M. W., Bhandari, H., Pandey, S., & Sulser, T. (2010). Rice price crisis: Causes, impacts, and solutions. Asian Journal of Agriculture and Development, 7(2), 1-15.
- Fides, A. (2025). ASIA/PHILIPPINES - “State of food emergency” while the country is in electoral campaign - Agenzia Fides. https://www.fides.org/en/news/76008-ASIA_PHILIPPINES_State_of_food_emergency_while_the_country_is_in_electoral_campaign?
- Ludher, Teng. (2023, August 15). Rice Production and Food Security in Southeast Asia under Threat from El Niño. FULCRUM. https://fulcrum.sg/2023-53-rice-production-and-food-security-in-southeast-asia-under-threat-from-el-nino-by-elyssa-ludher-and-paul-teng/
- Hunger and food insecurity | FAO | Food and Agriculture Organization of the United Nations. (n.d.). HungerAndFoodInsecurity. https://www.fao.org/hunger/en
- World Bank Group. (2024). What is food security. In World Bank. https://www.worldbank.org/en/topic/agriculture/brief/food-security-update/what-is-food-security

Mahasiswa Sarjana Hubungan Internasional Universitas Singaperbangsa Karawang
0 Pengikut

Legalitas Perang dalam Invasi Rusia ke Ukraina
Senin, 2 Juni 2025 07:01 WIB
Krisis Pangan Filipina 2025: Darurat Food Insecurity
Minggu, 9 Maret 2025 08:27 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler