Pragmatisme: Filosofi yang Menekankan Manfaat Praktis dalam Kehidupan

Rabu, 16 April 2025 21:45 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi Pragmatisme
Iklan

Pernah dengar istilah pragmatis dan langsung kepikiran tentang orang yang cuek sama idealisme, yang penting jalan?

Nggak sepenuhnya salah, tapi juga nggak sesederhana itu. Di balik kata pragmatis, ada aliran filsafat bernama pragmatisme yang punya sejarah panjang dan pemikiran mendalam. Yuk, kita kulik bareng!

Apa Itu Pragmatisme?

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan bahwa kebenaran suatu ide atau konsep diukur dari manfaat praktisnya dalam kehidupan nyata. Artinya, sesuatu dianggap benar jika berfungsi dan memberikan hasil yang berguna.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berbeda dengan aliran filsafat lain yang fokus pada kebenaran absolut atau teori abstrak, pragmatisme lebih tertarik pada "apa yang bekerja" dalam situasi konkret. Filsafat ini berkembang pesat di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Tokoh-Tokoh Kunci Pragmatisme

Beberapa tokoh besar yang jadi tonggak dalam aliran ini antara lain:

  • Charles Sanders Peirce – dianggap sebagai bapak pragmatisme. Ia mengenalkan ide bahwa arti dari sebuah konsep terletak pada konsekuensi praktisnya.

  • William James – tokoh populer yang membuat pragmatisme dikenal luas. Ia melihat bahwa keyakinan itu dianggap “benar” kalau membawa manfaat praktis dalam kehidupan seseorang.

  • John Dewey – tokoh pendidikan yang membawa pragmatisme ke dunia sekolah. Menurut Dewey, belajar itu bukan hafalan, tapi proses aktif dan reflektif untuk menghadapi tantangan hidup.

Prinsip Dasar Pragmatisme

1. Kebenaran Ditentukan oleh Hasil

Bagi kaum pragmatis, kebenaran bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan tergantung pada konsekuensinya. Jika suatu ide memberikan manfaat nyata, maka ia bisa dianggap benar—setidaknya untuk saat ini.

2. Penekanan pada Pengalaman dan Eksperimen

Pragmatisme menolak kebenaran yang hanya berdasar pada teori tanpa bukti. Sebaliknya, ia mendorong pengujian praktis untuk melihat apakah suatu gagasan benar-benar efektif.

3. Fleksibilitas dan Adaptabilitas

Karena pragmatisme berfokus pada apa yang bekerja, ia mendukung penyesuaian ide sesuai kebutuhan. Jika suatu metode tidak lagi efektif, maka harus diubah atau diganti.

4. Nilai Manfaat Lebih Penting daripada Idealisme

Pragmatisme sering dikontraskan dengan idealisme. Jika idealis berpegang pada prinsip moral atau kebenaran mutlak, pragmatis lebih memilih solusi yang memberikan hasil terbaik dalam situasi tertentu, meskipun harus mengkompromikan prinsip tertentu.

Contoh Pragmatisme dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Dalam Pendidikan (John Dewey)

John Dewey, seorang filsuf pragmatis, memperkenalkan konsep "learning by doing". Ia percaya bahwa pendidikan harus berfokus pada pengalaman langsung daripada hafalan teori.

2. Dalam Bisnis

Seorang pengusaha pragmatis akan memilih strategi yang paling menguntungkan, meskipun harus menyesuaikan rencana awalnya. Misalnya, jika pasar berubah, ia akan cepat beradaptasi alih-alih memaksakan ide yang sudah tidak relevan.

3. Dalam Politik

Politik pragmatis lebih mementingkan kebijakan yang bisa menyelesaikan masalah daripada mempertahankan ideologi kaku. Contohnya, kerja sama lintas partai untuk mencapai tujuan bersama.

Kelebihan dan Kritik terhadap Pragmatisme

✅ Kelebihan:

  • Solutif: Fokus pada solusi praktis.

  • Fleksibel: Mudah beradaptasi dengan perubahan.

  • Realistis: Menghindari teori yang tidak terbukti.

❌ Kritik:

  • Terlalu Relatif: Kebenaran bisa subjektif tergantung situasi.

  • Mengabaikan Prinsip Etika: Kadang dianggap mengorbankan nilai moral demi hasil.

  • Kurangnya Visi Jangka Panjang: Terlalu fokus pada solusi instan bisa mengabaikan dampak jangka panjang.

Mengapa Pragmatisme Relevan Hari Ini?

Di era yang serba cepat dan penuh ketidakpastian, pragmatisme menawarkan pendekatan efisien dan solutif. Ia mengajarkan kita untuk tidak terjebak pada teori tetapi selalu menguji ide dalam praktik.

Baik dalam bisnis, pendidikan, maupun kehidupan sehari-hari, berpikir pragmatis membantu kita menemukan solusi terbaik yang benar-benar bekerja. Namun, penting juga untuk menyeimbangkannya dengan nilai-nilai etika agar tidak terjebak dalam pragmatisme ekstrem.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana

80 Pengikut

img-content

Strategi Pertumbuhan Konglomerat

Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
img-content

Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking

Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler