Manusia yang masih mencari jati diri karena ketertarikannya pada isu anak, keluarga, komunitas, dan pemberdayaan. Berhasil dalam perjuangan memperoleh pengalaman dan pengetahuan di jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Jember. Dalam proses belajar dan menjadi manusia yang utuh

Mengasuh Anak, Keterampilan Hidup untuk Semua

Kamis, 1 Mei 2025 23:12 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
parenting
Iklan

Empati, kesabaran, dan kemampuan menyelesaikan konflik bukan hanya milik orang tua, tapi bekal penting bagi kita semua dalam hidup sehari-hari

Sering kali kita berpikir bahwa kemampuan mengasuh (parenting) hanya penting bagi mereka yang menjadi orang tua. Namun, pandangan ini perlu dikaji ulang. Dalam masyarakat yang saling terhubung, keterampilan mengasuh sejatinya merupakan keterampilan hidup (life skill) yang bermanfaat tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga dalam berbagai interaksi sosial antarorang dewasa.

Keterampilan Mengasuh = Kecerdasan Emosional

Untuk dapat mengasuh anak secara efektif, kita membutuhkan keterampilan seperti mendengarkan secara aktif, empati, dan kesabaran. Uniknya, keterampilan ini juga menjadi dasar dalam membangun hubungan yang sehat di tempat kerja, pertemanan, dan bahkan dalam hubungan romantis. Menurut Daniel Goleman (1995), semua ini termasuk dalam kecerdasan emosional — kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain.

Orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih mampu menjalin hubungan yang sehat dan produktif. Mereka bisa merespons situasi sulit dengan tenang, berkomunikasi secara efektif, dan menjadi teman atau rekan kerja yang suportif.

Belajar Sabar dan Mengatur Emosi di Tengah Tekanan

Pengasuhan menuntut seseorang untuk tetap tenang di tengah situasi yang penuh tekanan — seperti saat anak tantrum atau saat terjadi konflik antar anak. Kemampuan ini, yang disebut regulasi emosi, juga sangat berguna dalam dunia kerja dan kehidupan sosial secara umum.

Prinsip ini sejalan dengan terapi kognitif dan perilaku (Cognitive-Behavioral Theory), yang menekankan bahwa cara kita berpikir memengaruhi emosi dan tindakan kita. Ketika individu diajarkan untuk berhenti sejenak dan mengubah pola pikir mereka, mereka dapat mengurangi respons emosional negatif seperti kemarahan atau frustrasi. Hal ini sangat penting dalam situasi yang rentan terhadap konflik. Alih-alih bereaksi secara impulsif, individu yang mampu mengatur emosinya cenderung menyelesaikan konflik secara rasional dan berkomunikasi secara efektif.

Konflik Itu Wajar, Asal Tahu Cara Menyelesaikannya

Konflik bukanlah sesuatu yang selalu harus dihindari. Justru, jika diselesaikan dengan cara yang tepat, konflik bisa memperkuat hubungan. Dalam pengasuhan, orang dewasa belajar menengahi pertengkaran antar anak, menetapkan batasan, dan menyelesaikan perbedaan dengan adil.

Teori transformasi konflik dari John Paul Lederach menyebut bahwa konflik bisa menjadi peluang untuk membangun pemahaman dan memperkuat hubungan, asalkan ditangani secara konstruktif. Penyelesaian konflik mampu mengubah ketegangan yang merugikan menjadi peluang untuk pemahaman yang lebih dalam dan memperkuat ikatan sosial.

Bukan Hanya Interpersonal, Tapi Juga Intrapersonal

Menariknya, pengasuhan bukan hanya memperkuat hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan seseorang dengan dirinya sendiri.  Hal ini dijelaskan dalam teori kecerdasan ganda oleh Howard Gardner (1983), yang mengidentifikasi kecerdasan interpersonal (memahami dan berinteraksi dengan orang lain) dan kecerdasan intrapersonal (memahami diri sendiri) sebagai dua bentuk kecerdasan yang berbeda, namun saling melengkapi. Kedua bentuk kecerdasan ini penting dalam menavigasi sistem sosial, membangun hubungan, serta mengelola perilaku secara efektif.

Kita Semua Berperan dalam Pengasuhan

Kemampuan mengasuh seharusnya tidak eksklusif hanya bagi orang tua. Setiap orang dewasa — entah itu paman, bibi, tetangga, guru, atau teman — berpotensi menjadi bagian dari lingkaran pengasuhan seorang anak. Ketika lebih banyak orang memiliki keterampilan ini, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang aman, suportif, dan sehat.

Di saat yang sama, hubungan antar orang dewasa pun menjadi lebih hangat dan bermakna. Kita bisa berkomunikasi dengan lebih baik, memahami perbedaan, dan menciptakan lingkungan sosial yang sehat bersama-sama.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Fitria Wulan Sari

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler