Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Novel Belenggu Karya Armijn Pane: Pergolakan Batin dan Modernitas
Minggu, 25 Mei 2025 15:15 WIB
Membahas tentang karya Armijn Pane yaitu belenggu salah satu novel yang menorehkan kegelisahan zaman dengan kepekaan batin yang mendalam.
Belenggu adalah salah satu novel penting dalam sejarah sastra Indonesia modern. Ditulis oleh Armijn Pane dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1940, dengan gaya penulisannya yang modern dan kompleks, terutama dalam menggambarkan konflik psikologis dan moral tokoh-tokohnya. Ketika kata dan jiwa bersinggungan, lahirlah karya sastra yang bukan hanya bercerita, tetapi menggugah.
Belenggu (1940), karya Armijn Pane, adalah salah satu novel yang menorehkan kegelisahan zaman dengan kepekaan batin yang mendalam. Di balik kisah cinta segitiga antara Sukartono, Sumartini, dan Rohayah, tersimpan pergulatan keberadaan diri yang mencerminkan benturan antara nilai-nilai tradisional dan modernitas yang mulai menyeruak pada masa itu.
Sukartono, seorang dokter berpendidikan Barat, menjadi simbol manusia Indonesia yang terbelah antara kemapanan sosial dan kebutuhan jiwa yang tak terpenuhi. Sementara Sumartini dan Rohayah masing-masing hadir sebagai representasi dua perempuan yang berlawanan dalam masyarakat yang tengah mengalami perubahan. Konflik batin yang dialami para tokohnya menjadikan Belenggu lebih dari sekadar kisah asmara ia menjadi potret kompleksitas identitas manusia modern Indonesia.
Armijn Pane menulis dengan gaya yang tidak biasa untuk zamannya psikologis, introspektif, dan penuh makna. Ini adalah bentuk keberanian artistik yang mencerminkan gejolak intelektual kaum muda Angkatan Pujangga Baru yang ingin memerdekakan sastra dari sekadar alat propaganda kolonial. Belenggu sebagai karya pelopor yang membuka jalan bagi eksplorasi jiwa manusia dalam sastra Indonesia modern.
Cerita Belenggu berpusat pada tokoh utama, Sukartono, seorang dokter yang hidup dalam dilema batin. Ia terjebak antara istrinya, Sumartini seorang perempuan modern dan aktif dalam kegiatan sosial dan mantan kekasihnya, Rohayah, yang dahulu seorang penari namun kini telah berubah menjadi wanita yang lebih lembut dan penuh perhatian. Konflik tidak hanya muncul dari hubungan cinta segitiga ini, tetapi juga dari benturan nilai antara budaya tradisional dan modern, serta antara idealisme dan kenyataan.
Armijn Pane menggunakan teknik alur yang tidak berjalan satu arah dan gaya naratif yang cenderung mengamati secara mendalam. Ia memperkenalkan pendekatan sastra yang baru saat itu, di mana analisis psikologis tokoh menjadi bagian penting dari cerita. Ini menjadi pembeda utama Belenggu dibandingkan karya-karya sastra sebelumnya yang lebih menekankan pada konflik eksternal atau perjuangan fisik.
Selain itu, Belenggu juga mencerminkan gejolak zaman kolonial akhir, ketika masyarakat Indonesia mulai bergeser dari pola pikir tradisional menuju modernitas yang ditawarkan Barat. Karakter-karakter dalam novel ini adalah representasi dari individu-individu yang mencari identitas dalam perubahan sosial yang cepat. Secara keseluruhan, Belenggu bukan hanya kisah cinta, tetapi juga cerminan konflik identitas dan pertentangan nilai dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan. Novel ini tetap relevan dibaca hingga kini karena nilai-nilai dan pertanyaan moral yang diangkat masih menjadi bagian dari realitas kehidupan manusia modern.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Upaya Pembebasan Gender dalam Novel Kehilangan Mustika
Selasa, 27 Mei 2025 09:43 WIB
Perkembangan dan Promblematika Kurikulum Indonesia dari Masa ke Masa
Minggu, 25 Mei 2025 21:55 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler