Sengketa Wilayah Thailand-Kamboja, Konflik di Kawasan Kuil Preah Vihear

Kamis, 12 Juni 2025 18:18 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kuil Preah Vihear
Iklan

Konflik tidak hanya menyangkut klaim teritorial, Tapi juga faktor sejarah kolonial, nasionalisme, dan kepentingan politik dalam negeri.

***

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama puluhan tahun, dengan titik panas utama di sekitar Kuil Preah Vihear (Prasat Preah Vihear)—sebuah situs warisan dunia Unesco yang menjadi simbol persaingan kedua negara.

Konflik ini tidak hanya menyangkut klaim teritorial, tetapi juga melibatkan faktor sejarah kolonial, nasionalisme, dan kepentingan politik dalam negeri. Meski Mahkamah Internasional (ICJ) telah memutuskan status kuil, ketegangan di perbatasan masih kerap memicu bentrokan militer.

1. Akar Sejarah Sengketa

A. Zaman Kolonial Prancis dan Perjanjian Batas 1904-1907

  • Pada awal abad ke-20, Kamboja berada di bawah kekuasaan Prancis, sementara Thailand (dulu Siam) tetap merdeka tetapi terpaksa menandatangani perjanjian batas.

  • Perjanjian 1904 menetapkan bahwa batas kedua negara mengikuti garis watershed (garis punggungan bukit).

  • Peta tahun 1907 yang dibuat Prancis memasukkan Kuil Preah Vihear ke wilayah Kamboja, meski akses utama ke kuil justru dari sisi Thailand.

  • Thailand awalnya tidak keberatan, tetapi kemudian mempertanyakan keabsahan peta tersebut.

B. Sengketa Pasca-Kemerdekaan Kamboja

Sengketa wilayah antara Thailand dan Kamboja

  • Setelah Kamboja merdeka (1953), klaim atas kuil semakin menguat.

  • Thailand menduduki area sekitar kuil, memicu protes dari Kamboja.

  • Pada 1959, Kamboja membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional (ICJ).

2. Keputusan Mahkamah Internasional 1962

  • 15 Juni 1962, ICJ memutuskan bahwa Kuil Preah Vihear berada di wilayah Kamboja berdasarkan peta tahun 1907.

  • Namun, ICJ tidak menentukan batas wilayah secara detail di sekitar kuil, menyisakan ruang sengketa.

  • Thailand awalnya menolak, tetapi akhirnya menerima keputusan tersebut setelah tekanan internasional.

Masalah yang Belum Selesai

  • Wilayah sekitar kuil (4,6 km²) tetap diperdebatkan.

  • Akses utama kuil dari Thailand membuat konflik praktis terus berlanjut.

3. Eskalasi Konflik Modern (2008-2011)

A. UNESCO Menetapkan Kuil Preah Vihear sebagai Warisan Dunia (2008)

  • Kamboja mengajukan kuil sebagai situs warisan dunia UNESCO pada 2008.

  • Thailand awalnya mendukung, tetapi kelompok nasionalis Thai menentang, memicu unjuk rasa.

  • Bentrokan militer pertama terjadi pada Oktober 2008, dengan korban jiwa di kedua belah pihak.

B. Pertempuran Berdarah 2011

  • Februari-April 2011, bentrokan besar terjadi di perbatasan.

  • Rudal dan artileri digunakan, mengakibatkan puluhan tentara tewas dan ribuan warga mengungsi.

  • ASEAN turun tangan, tetapi tidak berhasil memaksa gencatan senjata permanen.

C. Keputusan ICJ 2013: Penegasan Kembali Kedaulatan Kamboja

  • Kamboja meminta ICJ menafsirkan ulang keputusan 1962.

  • November 2013, ICJ memutuskan bahwa seluruh area sekitar kuil adalah milik Kamboja, memerintahkan Thailand menarik pasukannya.

  • Thailand mematuhi, tetapi ketegangan sporadis masih terjadi.

4. Dampak Konflik

A. Dampak Keamanan

  • Pertempuran sporadis masih terjadi, terutama antara pasukan perbatasan.

  • Pengerahan pasukan kedua negara meningkatkan risiko konflik terbuka.

B. Dampak Ekonomi

  • Pariwisata terganggu: Kuil Preah Vihear seharusnya menjadi daya tarik wisata, tetapi konflik membuatnya sulit dikunjungi.

  • Perdagangan perbatasan terhambat, memengaruhi ekonomi lokal.

C. Dampak Sosial-Politik

  • Nasionalisme dipolitisasi: Kedua pemerintah menggunakan isu ini untuk mengalihkan perhatian dari masalah dalam negeri.

  • Pengaruh ASEAN: Ketegangan ini menguji efektivitas diplomasi regional.

5. Upaya Penyelesaian dan Prospek Kedamaian

A. Peran ASEAN dan PBB

  • ASEAN mencoba memediasi, tetapi tidak memiliki kekuatan memaksa.

  • PBB mendorong dialog, tetapi solusi akhir harus datang dari kedua negara.

B. Pemetaan Ulang dan Komisi Bersama

  • Kedua negara membentuk Joint Boundary Commission (JBC) untuk menetapkan batas definitif.

  • Progres lambat karena sensitivitas politik.

C. Masa Depan Konflik

  • Jika tidak ada kesepakatan batas permanen, ketegangan bisa kembali meledak.

  • Kerja sama ekonomi (misalnya zona perdagangan perbatasan) bisa menjadi solusi jangka panjang.

Kesimpulan

Sengketa Thailand-Kamboja adalah contoh konflik kompleks yang melibatkan warisan kolonial, nasionalisme, dan kepentingan politik. Meski ICJ telah memutuskan status kuil, ketegangan di perbatasan masih rentan memicu kekerasan. Solusi damai membutuhkan komitmen kedua negara untuk menetapkan batas jelas dan mengurangi retorika nasionalis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagikan Artikel Ini
img-content
Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana

80 Pengikut

img-content

Strategi Pertumbuhan Konglomerat

Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
img-content

Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking

Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler