Iqmal Nur Wahid | Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Industri | Universitas Pamulang
Optimalisasi Produksi Minuman Herbal UMKM Melalui Pendekatan Teknik Industri
Senin, 23 Juni 2025 16:13 WIB
Sebagian besar UMKM pengolah minuman herbal di Indonesia masih menjalankan proses produksi secara manual dan tanpa persiapan matang.
***
Di era pascapandemi, masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan melalui gaya hidup alami dan konsumsi produk berbasis bahan herbal. Salah satu produk yang mengalami peningkatan minat signifikan adalah minuman herbal tradisional, seperti jahe merah, kunyit asam, serai, temulawak, hingga wedang uwuh.
Selain dipercaya meningkatkan imunitas tubuh, bahan-bahan tersebut mudah didapat, murah, dan sudah dikenal turun-temurun oleh masyarakat Indonesia. Namun, di balik peluang pasar yang menjanjikan, terdapat tantangan besar yang dihadapi para pelaku usaha, khususnya skala mikro dan kecil, yaitu ketidakefisienan sistem produksi.
Sebagian besar UMKM pengolah minuman herbal di Indonesia masih menjalankan proses produksi secara manual, tanpa sistem perencanaan yang matang. Proses seperti pencucian bahan, perebusan, pengeringan, pengemasan, hingga distribusi masih dilakukan secara tradisional, dengan mengandalkan pengalaman dan kebiasaan turun-temurun. Akibatnya, proses kerja sering tidak terstandar, produktivitas rendah, waktu produksi lama, dan kualitas produk cenderung tidak konsisten. Inilah celah yang seharusnya dapat diisi oleh pendekatan teknik industri.
Sebagai disiplin ilmu yang fokus pada perancangan, perbaikan, dan instalasi sistem terintegrasi, teknik industri sangat relevan dalam menjawab persoalan UMKM pengolahan herbal. Salah satu metode dasar yang dapat diterapkan adalah line balancing, yaitu penyusunan ulang alur kerja untuk memastikan bahwa setiap stasiun kerja memiliki beban kerja yang seimbang. Dalam konteks produksi minuman herbal, metode ini dapat digunakan untuk menganalisis tahap mana yang paling memakan waktu, tahap mana yang terlalu ringan, dan bagaimana membagi ulang beban kerja agar produksi lebih efisien dan cepat.
Sebagai contoh, proses pembuatan minuman serbuk jahe merah biasanya terdiri dari: pencucian jahe, pemotongan, perebusan, pengeringan, penggilingan, pengayakan, pencampuran bahan tambahan, dan pengemasan. Tanpa perencanaan yang baik, beberapa pekerja bisa mengalami waktu tunggu (idle) cukup lama sementara yang lain kewalahan. Dengan line balancing, kita bisa memetakan cycle time setiap tahapan, menghitung takt time berdasarkan permintaan pasar, lalu menyesuaikan jumlah stasiun kerja dan pekerja agar aliran produksi lebih lancar.
Tak kalah penting, adalah aspek ergonomi kerja. Sayangnya, masih banyak pelaku usaha kecil yang mengabaikan kenyamanan dan keamanan kerja operator. Posisi kerja yang membungkuk dalam jangka waktu lama, pengangkatan bahan yang berulang, hingga paparan panas dari proses perebusan bisa berdampak buruk terhadap kesehatan pekerja. Dalam jangka panjang, kondisi ini akan menurunkan produktivitas dan bahkan menimbulkan biaya tambahan karena kelelahan atau cedera kerja. Di sinilah metode seperti RULA (Rapid Upper Limb Assessment) atau REBA (Rapid Entire Body Assessment) menjadi sangat penting untuk mengevaluasi postur kerja, memberikan rekomendasi perbaikan posisi tubuh, tinggi meja kerja, dan desain alat bantu produksi yang ergonomis.
Pendekatan teknik industri tidak hanya berhenti pada efisiensi kerja atau kenyamanan pekerja, tetapi juga menyentuh aspek pengendalian kualitas (quality control), manajemen persediaan, serta perencanaan produksi. Produk herbal yang tidak dikemas secara konsisten, atau tidak diproses dalam suhu dan waktu yang tepat, bisa berpengaruh pada rasa, aroma, bahkan masa simpan produk. Teknik industri memiliki beragam alat bantu untuk menjawab hal ini: dari Statistical Process Control (SPC) untuk memantau mutu produk, hingga Material Requirement Planning (MRP) untuk memastikan bahan baku tersedia tepat waktu dan dalam jumlah sesuai kebutuhan.
Lebih dari itu, saat ini kita telah memasuki era Industri 4.0, di mana integrasi teknologi dan sistem informasi mulai merambah ke sektor UMKM. Bahkan, dengan modal terbatas sekalipun, UMKM pengolahan herbal bisa mulai memanfaatkan aplikasi sederhana untuk monitoring produksi harian, pelacakan bahan baku, dan penjadwalan kerja, yang pada akhirnya akan meningkatkan akurasi dan efisiensi keseluruhan sistem produksi.
Jika teknik industri mampu diterapkan dengan tepat di sektor pengolahan minuman herbal, dampaknya bukan hanya pada peningkatan produktivitas, tapi juga pada keberlanjutan bisnis. UMKM akan mampu bersaing di pasar modern, memenuhi standar mutu, memperluas jangkauan distribusi, dan berkontribusi pada penguatan ekonomi lokal berbasis kearifan lokal.
Kesimpulan
Pendekatan Teknik Industri mampu memberikan solusi yang praktis dan aplikatif bagi UMKM minuman herbal untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya produksi, dan menjamin kualitas produk. Dengan demikian, UMKM tidak hanya mampu bersaing di pasar lokal, tetapi juga siap menembus pasar nasional bahkan ekspor.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Optimalisasi Produksi Minuman Herbal UMKM Melalui Pendekatan Teknik Industri
Senin, 23 Juni 2025 16:13 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler